21

1.7K 102 2
                                    

Happy reading

Grekk!

Bruk

"Ebuset! Selo dong," sungut Diki yang dikejutkan saat hampir menelan siomay.

Nenden, si pelaku, cengengesan saja sambil menarik kursi di samping Diki. Bel istirahat berbunyi 10 menit lalu, mereka baru saja tiba di kantin dengan kerusuhan seperti biasa.

"Pesenin dong," suruh Sherly bossy.

"Pesen aja sendiri. Ngapa nyuruh-nyuruh," balas Vino cuek. Ia tetap memakan basonya dengan tenang.

"Yaelah, baru duduk ini," kata Nenden lalu menenggak air putih botol milik Diki tanpa ijin.

"Kalian gak liat muka kita udah bonyok begini? kasianin kek," kata Sherly menunjuk pelipis dekat matanya yang membiru.

"Ya sukur sukur kalian mau traktir, anggap aja sedekah," Fia menambahkan.

Vino menghela napas, mengangkat tangan, lalu menepuk dahi Sherly keras membuahkan ringisan kesakitan dan dibalas tinjuan Sherly ke pinggangnya.

Afka berdecak, menggeleng prihatin pada keadaan wajah empat gadis itu yang biru di beberapa tempat. Mereka sudah benar-benar mirip gembel di bawah jembatan yang dipaksa sekolah. Seragam kotor, wajah lecek, di kantin pun minta sedekah.

"Emang gimana ceritanya bisa gini, sih? Kalian berantem? Sama siapa?" Tanya Diki penuh perhatian, menarik pipi Nenden agar menatap ke arahnya.

"Mereka ngalangin jalan, ya kita gelut lah," jawab Nenden enteng, meringis pelan saat Diki menyentuh sudut bibirnya yang terluka.

"Mereka? Siapa? Kalian kenal? Anak mana?" Tanya Diki beruntun, berkerut alis tidak senang.

Nenden mengangkat bahu ringan, "gak kenal."

"Udah diobatin?" Tanya Vino pada Sherly.

"Udah dikasih salep," jawab Fia mewakili.

"Gak nanya ke lu," kata Vino dengan wajah songong.

"Gue ngewakilin," balas Fia enteng.

"Biar gue pesenin deh, repot emang kalo punya temen bocah begini," kata Afka akhirnya mengalah sambil berdiri.

"Thanks, Ka. Pesenin gue ba-"

"Bubur ayam 4," potong Nero pada kalimat Fia.

"NO!!" Pekik keempat gadis itu membuat keributan lagi, menatap Nero melotot.

Beruntung penghuni kantin sudah cukup biasa mendengar dan melihat keributan yang mereka buat. Jadi sebagian dari murid di kantin yang tengah makan hanya melirik sebentar sebelum melanjutkan aktifitas mereka kembali.

Ribut, ricuh, bising, ramai, itu sudah biasa di kantin, bukan?

Tapi selalu ada saja hal yang bisa empat siswi itu lakukan untuk menarik perhatian orang-orang sekitar mereka, meski itu hanya hal kecil.

"Apa aja, asal jangan bubur," kata Mina menolak mewakili tiga gadis lainnya.

"Gue mau gado-gado," kata Nenden mengangguki.

"Gue baksoo~" kata Fia menangkup telapak tangan di bawah dagu.

"Kali ini gue setuju sama Nero, bubur ayam. Titik," putus Afka lalu melengos pergi dari meja kantin menuju salah satu penjual.

Keempat gadis di meja persegi panjang itu serempak menatap datar pada Nero yang duduk di samping Diki.

"Kalian gak bakal bisa makan yang pedes dan panas, makan yang lembut aja," kata Nero tak kalah datar.

Troublemaker Girl { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang