Happy reading
Jam istirahat, Zulvy sudah berdiri bersidekap dada di depan pintu kelas. Menunggu empat orang yang kemungkinan tau kebenaran di mana rumah sakit empat gadis yang hampir dua minggu ini sudah ia tidak temui.
Zulvy menyipitkan mata menatap empat siswa dengan penampilan agak berbeda dari tadi pagi, bukan agak tapi memang sepenuhnya berbeda. Seragam yang biasanya rapi dan lengkap kini bertransformasi menjadi seperti khas berandal sekolah. Baju yang dikeluarkan, memakai jaket di luar baju, tidak memakai dasi, rambut berantakan, memakai anting di cuping telinga mereka.
"Gue tau gue ganteng. Tapi kalo diliatin gitu sama cowok, rasanya jijik juga," sinis Vino begitu di depan Zulvy.
"Kalian," Zulvy kebingungan berkata-kata.
"Tunggu," tahan Zulvy saat empat siswa satu tingkat di bawahnya itu ingin berlalu.
"Di mana? Di mana cewek-cewek itu dirawat?" Tanya Zulvy langsung.
Diki menoleh, mengangkat alisnya tanpa berniat menjawab atau bertanya.
"Bukannya surat izin dari rumah sakit mereka udah diterima kepala sekolah, ya. Lo bisa minta sama beliau, kan?" Kata Vino yang menyahut acuh sambil tetap melangkah.
Zulvy mengernyit tidak suka, ia sudah bertanya berkali-kali pada mereka tapi sepertinya siswa-siswa itu sengaja tidak ingin mengatakannya pada Zulvy. Benar-benar menjengkelkan.
"Sebenernya kenapa mereka bisa masuk rumah sakit? Dan kenapa kalian dendam banget sama gue?" Tanya Zulvy cukup bisa didengar empat siswa yang berjalan di depan.
"Karna," Diki menyahut, menghadap Zulvy sepenuhnya.
"Lo jelek," sambungnya dengan telunjuk menuding wajah Zulvy.
Zulvy mendengkus jengkel, ia sudah mendengarkan serius tapi junior nya ini malah meledek.
"Baku hantam yok!" Tantang Zulvy menahan kesal.
Diki tertawa sambil mengibaskan tangannya di depan wajah dan membuang muka. Sebenarnya bukan hanya pada Zulvy, tapi semua orang mereka acuhkan karna tidak mood untuk ramah lagi.
"Ki, ayo cepetan," desak Vino dari arah mobil mereka.
"Iya! Gue pergi dulu, by-.."
"Kalian mau kemana? Kok buru-buru?" Tanya Zulvy bingung. Firasatnya tiba-tiba tidak enak tentang ini.
Diki tersenyum sengit sambil melangkah menjauh.
"RS," jawabnya singkat, padat dan jelas membuat Zulvy mengernyit.
"Gue ikut," kata Zulvy kemudian menyusul langkah Diki ke arah sebuah mobil.
"Ini belum jam pulang lo, ketos," kata Diki menekan kata 'ketos' dengan nada menyindir.
"Bodo amat. Gue ikut," balas Zulvy tidak peduli.
"Kenapa dia ikut?" Tanya Afka ketus begitu Zulvy berada di dekat mobil mereka.
"Emang kenapa kalo gue ikut? Gue gak bakal kencingin mobil lo," balas Zulvy sengit.
"Bacot lu," decih Afka membuang muka.
"Udah, masuk. Kita gak ada waktu," desak Nero kemudian masuk di balik kemudi.
"Tapi gue gak sudi satu mobil sama dia," Afka masih tidak terima.
"Perasaan gue gak ada masalah sama kalian dah. Napa kalian yang kayak punya dendam sama gue," jengah Zulvy sebelum ikut masuk mobil di bagian penumpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Girl { Tamat }
Teen Fiction[ First Story ] [ Bab lengkap ] 🌹🌹🌹 "ITU MEREKA, PAI!!" Teriak Adam saat melihat empat kepala siswi itu baru keluar dari satu lorong. Ia menujuk ke satu arah menggunakan gagang pel lantai. Satu tangan menepuk-nepuk pundak Oppie agar menoleh. "Ah...