Happy reading
Suasana kamar rawat hening meski dihuni delapan makhluk yang masih bernapas. Namun empat gadis di ranjang masing-masing itu nampak asik menghitung barang mereka.
"Punya kalian apa aja?" Tanya Mina sambil menyusun barang-barang miliknya.
"Hmm... Bunga, coklat, boneka, makanan," jawab Nenden juga melakukan hal yang sama.
"Gue sih... Coklat, makanan, bahkan keranjang buah noh," sahut Sherly diakhiri dagu menunjuk ke arah meja nakas.
"Sama sih, ada buket bunga tapi banyakan makanan, roti, wafer," angguk Fia setuju.
"Donat, chiki, coklat, biskuit. Lebih banyak makanan," Mina manggut-manggut.
"Mereka pikir kita rakus apa mau bikin kita gendut?" Tanya Sherly misuh-misuh sebal.
"Ini bisa buat stok kita selama di sini," Fia cengengesan.
Keempatnya sibuk sendiri dengan perbincangan tentang makanan mereka yang hampir semuanya ada di minimarket kini ada di kasur. Bahkan mengabaikan empat laki-laki yang sejak tadi duduk tenang di sofa.
"Gue bahkan bisa beliin kayak gitu sepuluh kali lipat," gumam datar Diki menatap Nenden yang senyum-senyum memamerkan coklat batangnya.
"Gue bisa beliin tokonya," celetuk Afka membalas.
"Gue beliin minimarketnya," sahut Nero tak kalah datar.
"Gue gusur tanahnya, bisa apa lagi?" Tantang Vino kesal.
Ketiga orang di sampingnya menoleh, menatap Vino lempeng. Yang ditatap acuh saja dan bangkit berdiri dari sofa mendekati ranjang pasien.
"Udah ngitung-ngitungnya. Sekarang tidur," kata Vino menarik selimut Sherly hingga beberapa barang di atasnya berjatuhan.
"Wey wey!! Jatoh tuh, ambilin," suruh Sherly menggeplak lengan Vino keras.
"Iya bunda ratu~. Cepetan tiduran makanya," jengah Vino memutar bola matanya tapi merunduk juga untuk mengambil makanan yang jatuh.
"Lo siapa sih, ngatur-ngatur," sengit Sherly tidak terima bantal ranjangnya diturunkan hingga terbaring.
"Gue calon imam lo, jadi harus nurut," kata Vino disertai kerlingan nakal.
"Najiss," sungut Sherly membuang muka.
"Tidur, Sher," suruh Vino lagi, kali ini lebih serius.
"Ogah. Kenapa juga gue harus nurut sama lo," balas Sherly melotot.
"Lo tidur, atau gue buang coklat sama ini semua?" Ancam Vino meraup barang-barang yang masih di atas ranjang.
"Jangan!! Macem-macem gue sleding ginjal lo!" Ancam balik Sherly tajam menuding wajah Vino dengan pisau buah.
"Tidur sekarang," tekan Vino dengan tatapan tak kalah tajam dari mata pisau.
"Ck! Iya iya, sejak kapan nih orang suka merintah," gerutu pelan Sherly sambil menarik selimut hingga sebatas dada.
"Jangan apa-apain coklat gue, taroh di meja!" seru Sherly tiba-tiba saat melihat Vino memberesi barang-barangnya.
"Iya. Bawel," balas Vino mendengkus.
"Lo yang bawel," tuding Sherly balik.
"Bodo. Tidur cepetan," acuh Vino sambil memunguti makanan-makanan di ranjang Sherly dan memasukkan ke dalam satu plastik hitam.
"Kalian juga tidur," suruh Diki kalem, ia sudah berdiri di samping ranjang Nenden.
"Gue belum ngantuk," tolak Nenden langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Girl { Tamat }
Teen Fiction[ First Story ] [ Bab lengkap ] 🌹🌹🌹 "ITU MEREKA, PAI!!" Teriak Adam saat melihat empat kepala siswi itu baru keluar dari satu lorong. Ia menujuk ke satu arah menggunakan gagang pel lantai. Satu tangan menepuk-nepuk pundak Oppie agar menoleh. "Ah...