26. Kekecewaan

1.6K 113 23
                                    

Happy reading

Empat siswi yang sudah berseragam acak-acakan dan penampilan layaknya gembel di bawah jembatan itu sekarang duduk di hadapan sang kepala sekolah.

"Apa kalian tau kesalahan kalian kali ini sangat fatal?" Tanya kepala sekolah yang sudah beruban itu.

"Dan ini sudah gak bisa ditolerir lagi," lanjut kepala sekolah.

"Saya tau selama ini kalian sering terlibat masalah di luar sekolah, berkelahi, ikut geng-geng motor. Di sekolah pun kalian sering membuat masalah, dari hal sepele sampai hal besar yang cukup merugikan," kepala sekolah bersender di sandaran kursi kebesarannya.

"Kalau aja keluarga Arpadinata tidak menjamin kalian selama ini, dan tidak didukung prestasi kalian, maka sudah dipastikan kalian di DO dari sekolah ini sejak lama,"

"Saya dan guru-guru mempertahankan kalian disini karna kemampuan kalian masih bisa diandalkan sekolah. Tapi kejadian barusan, itu sangat tidak bisa diterima."

"Kalian tenang selama beberapa hari belakangan ini, dan ternyata sedang merencanakan ini? Apa kalian tau, kalian saat ini seperti sedang menaruh bom waktu di sekolah dan hari ini bom itu meledak,"

Sherly mencengkeram kuat ujung roknya menahan untuk tidak segera menggebrak meja dan memaki pria tua di hadapannya. Fia membuang muka ke segala arah asal tidak menatap pria di depannya ini yang tengah mengungkit sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia mereka saja. Nenden menunduk dengan mata terpejam mencoba menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan sepatah katapun karna itu hanya akan memperlambat mereka keluar dari ruangan ini. Mina menggigit bibir dalamnya, membela diripun percuma karna apapun yang ia katakan nantinya hanya akan dianggap alasan klise untuk membebaskan tuduhan.

"Kalian tau apa yang akan terjadi setelah ini? Sekolah kita akan masuk berita. Wartawan akan menunggu di depan gerbang sekolah kita setiap saat untuk menggali informasi. Sekolah kita mungkin akan dikasihani, tapi tidak menutup kemungkinan ada yang mencap jelek sekolah kita karna lalai dalam penjagaan."

"Yang terburuk adalah... orang-orang akan takut menyekolahkan anak mereka kesini karna mudah dimasuki geng-geng motor seperti tadi yang membahayakan. Padahal tahun ajaran baru sebentar lagi, bukan?"

"Gimana kalo tadi ada korban? Siswa atau siswi yang gak bersalah, keluarga mereka akan menuntut sekolah." Tekan kepala sekolah terus kencerca keempat siswi itu yang hanya menunduk dalam.

"Harusnya saya men-DO kalian berempat hari ini dan surat pengeluaran kalian akan diterima besok. Tapi," kepala sekolah menatap lekat empat siswi bandel tapi cerdas itu yang sejak detik pertama memasuki ruangannya hanya diam saja.

"Tapi sebelum itu, apa kalian ada yang mau dikatakan untuk pembelaan?" Tanya pria berkumis itu lagi.

Keempat siswi itu mengangkat kepala untuk menatap padanya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Apapun yang kami katakan, itu cuma dianggap pembelaan diri, kan? Alasan, kan? Jadi buat apa dengerin omongan kami?" Tanya Mina membuka suara lebih dulu.

Pak kepala sekolah terdiam sesaat sebelum menegakkan posisi duduknya kembali, mengangguk membenarkan.

"Benar. Tapi kalo pembelaan kalian masuk akal, mungkin saya akan pertimbangkan untuk surat DO kalian."

"Kalo saya bilang, saya dan temen-temen saya gak tau soal aksi penyerangan sekolah ini, apa bapak percaya?" Tanya Mina menaikkan alisnya.

Pak kepala sekolah terdiam kali ini nampak tidak bisa menjawab. Nenden mendengkus sarkas melihat hal itu. Kini giliran mereka yang bicara.

Troublemaker Girl { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang