Abi pov
"Yes, gue gak telat", gumam aku sesaat setelah sampai di halte busway semanggi dengan rasa senang.
Kulirik arloji di tanganku, sekilas tertera angka 06:30. Masih sangat memungkinkan bagiku untuk bersantai sejenak di sebuah kursi panjang yang berada di halte ini.
Langit yang sejak tadi mendung kini telah menurunkan butiran butiran air yang menyirami bumi meski hanya gerimis ringan tapi cukup memberi kesejukan bagi kota ini.
ku turunkan resulating sweater yang kugunakan sejak subuh tadi agar tubuhku bisa merasakan sejuknya pagi kemudian mengambil sebuah botol berisi teh setengah manis kesukaanku dari dalam tas.
Namun malang tak dapat ditolak, saat aku sedang menikmati tetesan minuman itu tiba-tiba ada seorang perempuan yang terdorong ke arahku yang disebabkan oleh ketidaksabaran penumpang yang lain saat akan mendarat di halte ini.
Botol minumku terlepas dari genggaman. Menumpahkan sebagian isinya ke baju kerjaku, sedang sebagiannya lagi membanjiri lantai halte."Maaf kak, saya tidak sengaja. Saya terdorong", Katanya pelan dengan wajah yang pucat.
Kupandangi wajahnya yang tirus. Sementara rambut sebahunya berkibar tertiup angin. dia mengenakan sweater yang digulung pada bagian lengan hingga sebatas siku.
"Maaf ya kak, baju kamu jadi basah", perkataannya membuyarkan lamunanku. Aku tanyakan padanya apakah dia baik-baik saja.
"Daijoubu desu.. eh maksud aku tidak apa-apa kok", jawabnya sambil tersenyum.
Senyum itu membuat siapapun yang melihatnya akan merasa betapa indahnya pagi ini.
"Honto (beneran?)", tanyaku memastikan yang dijawab dengan anggukan.
"kamu yakin baju kerjanya gak basah? karena sweater kamu basah gitu loh", kataku kemudian membuatnya menurunkan resulating sweater abu-abu miliknya.
dirabanya kemeja putih yang melekat ditubuhnya yang ternyata masih kering sementara mataku terpaku pada sebuah tanda pengenal yang melekat di dadanya.
"emm kenapa menatap aku seperti itu? ada yang salah?", tanyanya sambil merapatkan resulatingnya lagi seolah tatapanku terkesan mesum.
"emm itu.. name tagnya hati-hati jatuh dan hilang... mungkin sebaiknya dimasukan ke dalam tas, pakainya kalau sudah sampai di area kantor aja, karena kalo hilang pasti mbak bakal repot untuk membuatnya lagi", kataku sambil menggaruk kepala yang tak gatal.
"naruhodo (aku paham), arigatou (terimakasih)", katanya kemudian menurunkan kembali resulatingnya dan melepas name tag untuk dimasukan ke dalam tas.
"mata ne (sampai jumpa)", kataku sambil segera memungut botol minum yang kini menjadi dua bagian dan memasukannya ke dalam tempat sampah.
Menjauh aku dari wanita itu, bergegas menuju kantor tempatku bekerja."cotto.. cotto mate kudasai (tunggu.. mohon tunggu sebentar)".
Sepertinya wanita itu menyuruhku berhenti, padahal aku baru berjalan 8 langkah. Aku berhenti sejenak tanpa berpaling ke arahnya.
Langit makin menurunkan air dengan jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya."nama kamu siapa?", tanya wanita itu yang suaranya kini tepat dibelakangku.
aku membalikan tubuh menghadapnya dan menempatkan ujung jari telunjuk mengarah ke dadaku. wanita itu kini kembali tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
"saya Adi Bima", kataku tanpa menjulurkan tangan seperti halnya adegan saat orang berkenalan.
"ooh nama aku", kalimatnya belum selesai karena aku lebih dulu memotongnya.
"tunggu", kataku saat ponsel yang berada di saku celana bergetar.
"hallo", aku mulai menjawab panggilan itu sementara tangan ku yang satunya sedang merogoh isi tas dan mengambil sebuah payung.
"ini kamu pakai aja... hujannya akan semakin deras", kataku disela percakapan telepon. Masih kudengar kalimat terakhir yang ia ucapkan sebelum akhirnya aku semakin jauh berlari darinya.
"cara mengembalikannya bagaimana?", tanyanya tapi kuacuhkan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu)
Romance"Mantan itu bukan untuk dilupakan, karena melupakan adalah bagian dari proses mengingat yaitu mengingat untuk tidak mengingat". Cerita ditulis secara suka-sukanya saya dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.. Jangan dikejar-kejar jadwal up date-ny...