10. makan siang rasa melow

140 16 10
                                    

Abi pov

"chotto.. chottomatte (tunggu... tunggu sebentar)", tapi terlambat dia mengatakan itu karena kotak makannya telah terbuka.

Sesaat kami menghentikan aktifitas makan dan juga canda. Mata kami tertuju pada isi kotak biru. Ternyata didalam kotak makanan yang terkesan lucu itu hanya terbujur 4 butir potong singkong rebus dan 2 potong ubi.

"Kamu....", kalimat Hendra seperti tercekat pada teggorokannya.

"Maaf, kami gak seharusnya buka kotak makan kamu, tapi saat kamu melarangnya sesungguhnya Tya gak ngerti karena kamu menggunakan bahasa Jepang... maaf", kataku.

"Hihihi gak apa-apa kok, karena sudah dibuka, aku makan sekarang aja", jawabnya sambil tertawa. Dia menundukan kepala sambil mengangkat kedua tangan seolah sedang berdoa.
"itadakimasu", katanya sambil mempertemukan kedua telapak tangan di depan dada.

"Orang aneh, kalo jadi otaku (pecinta anime Jepang) gak perlu segitunya juga kali", gumamku sambil melanjutkan suapan spageti.

"Hikariiii", terdengar suara teriakan dari arah pintu masuk kafetaria.

"Jiahhh ada bu Astri, berkurang deh jatah makanan gue, nasibmu nak", kata Hendra sambil mengusap perutnya sekali lagi, membuat kami sedikit tertawa dan mencairkan suasana.

"Aku gabung di sini ya?", tanpa jawaban dari kamipun dia sudah duduk di antara aku dan Hika, setelah sebelumnya ia menarik kursi dari meja sebelah.

"Wah ini siapa yang bawa? aku boleh nyicip?", tak ada jawaban dari kami.

"apa kabar kamu? betah gak di sini?", tanya bu Astri sambil menikmati hidangan yang ada di depannya.

"Sepertinya sih gak betah deh bu, karena tiap hari dijutekin Akew", celetuk Hendra yang disambut suara tawa oleh kami.

"Akew emang gitu, dulu gue juga diajarin ama Akew pake jurus jutek, kita mah gak kaget deh", canda Tia.

"Iya aku sudah tahu kok, Kak Abi memang jutek tapi dia juga baik", jawab Hikari sambil berusaha menghabiskan sisa makanan dimulutnya, kemudian meneguk air yang ada di samping kotak makannya.

"Jika kamu gak betah, kamu bisa kok saya transfer ke bagian Coustomer service, soalnya mereka juga lagi butuh orang, dan tadi atasan mereka udah bilang ke saya kalau mereka pengen kamu masuk departemen mereka, itu juga kalau kamu mau", kata bu Astri.

"Terimakasih untuk tawarannya, tetapi saya sudah cukup nyaman bersama kalian. aku merasa bahagia bisa bersama kalian. Kebahagiaan yang belum tentu bisa aku dapatkan ditempat lain. Bukan juga uang yang saya cari. Saya hanya ingin waktu yang saya punya sekarang bisa bermanfaat buat orang lain, selain itu saya pun sudah menemukan orang yang saya suka dan saya merasa sangat sangat sangat bahagia saat bertemu dengannya. itu semua sudah cukup untuk saya", Jawabnya dengan mata berkaca-kaca seperti akan menangis.

Mungkin jika ia mengedipkan matanya maka air mata itu akan segera mengalir. Kulihat tatap mata bu Astri seperti ingin menggali sesuatu lebih dalam lagi, tapi aku segera memberikan sisa tisu yang aku ambil tadi kepada wanita muda itu.

"Terima kasih kak", katanya sambil senyum ke arahku.

"Lo seriusan? siapa sih orang yang lo suka itu, kepo nih gue", kata Tya.

"Yang pasti bukan lo Kew, lo mah sudah terlalu tua buat dia, lo udah mau kepala tiga sedang Hikari paling baru 21", kata Aji datar yang disambut oleh tawa kami semua kecuali aku.

"Gak lucu!", kataku pelan sambil tetap menikmati makanan yang ada di depanku.

Percakapan mereka penuh tawa dan keceriaan, namun aku tak mendengar suara mereka karena headphone yang kupakai kini sedang mengalunkan musik instrumental.

Satu persatu rekanku meninggalkan meja makan hingga hanya tersisa aku, Tia, Yudi dan Hikari.

"Sini gue cuciin rantang dan tempat makannya, kalo gak dicuci nanti jadi bau", kataku mengambil rantang, kotak makan biru dan perlengkapan makan yang bekas kupakai.

"jangan gak usah", kata Hikari yang tak terdengar di telingaku sehingga aku tetap pergi menuju area washing and cleaning di kafetaria.

kucuci dua kotak makanan itu sambil mendengarkan musik yang mengalun dari ponsel. terasa ada yang menepuk bahuku dari belakang. kutengokan kepala untuk mengetahui siapa yang menepuknya, ternyata seorang gadis sedang berdiri sambil tersenyum.

"kenapa?", tanyaku sambil melepas headphone dengan menggantungnya di leher.

"biar aku saja yang cuci", ujarnya sambil tersenyum.

"tanggung, kamu cuci tangan aja sana", jawabku seolah menyuruhnya pergi.

"emmm ano.... tadi....", pertanyaannya terhenti karena ragu.

"nani (apa)", tanyaku sambil mencium aroma tempat makan itu untuk memastikan sudah bersih atau belum.

"ano... kenapa tadi kamu tarik tangan aku", tanyanya.

"ohh itu.. tadi kamu menghalangi jalan. kalo kamu masih disitu maka tubuh dia akan bersentuhan dengan kamu makanya aku tarik tangan kamu", jawabku.

"iya sih tadi saat berpapasan dengan kamu tadi.. jantungku jadi doki-doki (deg-degan) gitu aku kira kamu akan peluk aku", ujarnya pelan.

"ngaco", jawabku lagi.

"nih udah bersih, saya mau balik ke meja kerja", kataku dan meninggalkannya.

tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang