"Tiket untuk hari ini sudah sold out ya guyz, diborong oleh rombongan sekolah". Itu hanya sekelumit isi briefing hari ini yang disampaikan oleh Yudi.
Sesekali suara tawa terdengar untuk melemaskan kekakuan yang biasa terjadi dalam briefing.
Karena tidak ada penjualan tiket maka Abi diberi tugas sebagai escort. Tugas seorang escort adalah mengantarkan rombongan grup dari lobby tempat mereka berkumpul untuk dikawal, diarahkan perjalanannya menuju area penjualan tiket di lantai 5.
Mungkin ada sebagian orang yang akan bilang "ngapain pakai diantar? Cukup kasih tau lantainya nanti mereka akan sampai sendiri". Teorinya memang seperti itu tapi coba bayangkan jika satu grup itu dari rombongan anak sekolah setingkat SD yang berjumlah 300 anak dengan jumlah dewasa hanya berjumlah 20 dewasa yang merupakan para guru.
Jika tak ada pihak yang mengatur keberangkatan mereka dari lobby maka bisa dipastikan akan terjadi kekacauan di dekat pintu masuk permainan. Belum lagi jika di escalator ada kejadian saling mendahului yang bisa membahayakan proses perjalanan.
"Muka lo kenapa Kew kok pake ditempelin plester gitu?", ujar Hendra sambil berbisik karena tak mau mengganggu briefing.
"lo nyium aspal lagi Kew?", tanya Tya.
"Ho oh", jawab Abi sambil menganggukan kepala.
Anggukan kepala itu bukan untuk menjawab pertanyaan Tya melainkan sebagai respon setelah mendengar bahwa Hika menjadi seorang entry liner yang bertugas mengatur ketertiban barisan pengunjung saat melakukan antrian disekitar area tiket. Meski terlihat mudah namun seorang entry liner harus memahami product knowledge yang baik.
Abi sedang menyiapkan tas yang berisi gelang pengaman yang akan digunakan pada pengunjung grup. Tiap tas diberi label nama grup yang sudah direservasi. Hika turut membantu Abi.
"Lukamu sudah dibawa ke dokter?", tanya Hika dengan pelan seolah sedang berbisik.
"Belum, gak sempat", jawab Abi singkat.
"ih kok gitu sih, nanti kalau kenapa-kenapa bagaimana?", tanyanya dengan wajah sedikit panik.
"gak usah lebay gitu deh", jawab Abi dengan lemah.
"oia nanti kamu diundang Papa untuk makan malam di rumah, kak Abi bisa datang?".
"gak tau.. lihat nanti aja deh..memang ada acara apa?", Abi bertanya dengan heran.
"sebagai ucapan terimakasih, karena kamu sudah menolong kami", jelasnya.
"Gak usah repot-repot gitu". Jawab Abi sebelum meninggalkan area penjualan tiket.
Suasana disekitar penjualan tiket belum menampakan geliatnya tapi para petugas escort sudah mulai meneteskan keringat oleh sapaan terik mentari pagi bercampur polusi yang dilahirkan oleh kendaraan yang berseliweran.
Pergerakan para petugas escort sudah tampak. Mereka berjalan dengan posisi mundur bahkan saat mereka berada di escalator pun akan berdiri dengan posisi melawan arus. Pandangan mata mereka tak pernah lepas dari gerak-gerik kawanan yang dipimpinnya.
Awalnya memang sulit namun seiring berjalannya waktu akan menjadi sangat ahli. Tak jarang pujian meluncur dari mulut pengunjung mall. Seperti orang yang mempunyai dua mata di belakang kepalanya sehingga mereka bisa mengetahui kapan harus berbelok. Mereka juga hafal dengan nama toko atau outlet yang mereka lewati tanpa perlu melihat tulisan yang terpajang di toko itu, seolah memiliki cetak biru mall.
"Barisannya yang tertib ya? Jangan saling mendahului dan saat di escalator gak perlu mendorong orang yang ada di depannya.. selow aja", seorang escorter sudah berada di sebuah anak tangga antara lantai 4 menuju lantai 5 diikuti 2 escorter lain beserta barisannya dibelakang rombongan pertama yang akan tiba di area penjualan tiket.
KAMU SEDANG MEMBACA
tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu)
Romance"Mantan itu bukan untuk dilupakan, karena melupakan adalah bagian dari proses mengingat yaitu mengingat untuk tidak mengingat". Cerita ditulis secara suka-sukanya saya dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.. Jangan dikejar-kejar jadwal up date-ny...