28. senja dan malam

113 15 6
                                    

Suara tawa masih sering mereka ciptakan tapi kondisi seperti itu justru membuat Yudi merasa tak tenang.

"Aduuh gue masih penasaran ama yang Hika ngomong kemarin itu loh, dia ngomong apa sih Kew? Suzuki ya kew?", tanya Yudi lagi.

Obrolan mereka kini mengalami kemunduran, padahal mereka sudah pindah obrolan tapi Yudi justru belum juga move on. Pertanyaan itu justru menimbulkan candaan baru. Meski Abi tau bahwa yang dimaksud adalah daisuki tapi Abi justru menjawab "oooww itu... miyabi".

Mereka kembali tertawa. "Gile lo ndro, moso dia mau jadi Miyabi udah di cemek-cemek orang banyak pula. Dia minta mie juhi mungkin karena nahan lapar", Ujar Yudi masih tertawa sambil berdialek gaya kasino di geng warkop DKI.

Suara tawa berangsur menghilang bahkan kembali normal.

"Emang lo mo nembak siapa sih? Kok jadi segitu keponya?", Tanya Abi dengan sedikit melirik Tya.

"KEPPOWW!", jawab Yudi dengan nada menekan. Abi hanya tersenyum saja melihat ekspresi 2 temannya itu.

"Btw, kondisi kantor gimana?", tanya Abi dengan suara nyaris tak terdengar.

Pertanyaan itu justru memancing sensitifitas Tya, "orang gila, gimana badan gak mau remuk, di otak lo cuma ada kerja doang sih".

Kali ini Yudi yang merasa sangat puas setelah mendengar omelan Tya. Buru buru Abi mengganti topik pembicaraannya itu.

"Semua biaya rumah sakit ini bisa diganti sama kantor gak? Atau cuma sebagian aja?", tanya Abi meski dia tahu jawabannya tapi setidaknya pertanyaan ini bisa meredam emosinya Tya barusan. Yudi tak langsung menjawabnya karena ia sedang mengambil minuman dingin dari lemari es kemudian menyerahkan satu buah ke Tya.

"Memangnya Hikari belum bilang ke lo kalau semua biaya rumah sakit ini, sudah dibayar bapaknya?", tanya Yudi sambil menaikan kakinya ke sofa.

"Dia gak bilang tuh! gue malah baru tau", jawab Abi dengan sedikit kaget.

"udah lo gak usah mikirin itu... lo harusnya merasa beruntung karena ada orang yang sayang sama lo dan nerima lo apa adanya", jawab Tya sambil mengatur suhu mesin pendingin ruangan yang terlalu dingin.

Abi terdiam sejenak sebelum kemudian memberi sebuah argumen. "Dia dan gue itu bagaikan senja dan malam, meski saling beriringan tapi gak bisa menyatu".

Yudi menyimak argumen itu dengan mulut komat kamit karena mengulang pernyataan itu. Melihat itu membuat Tya melemparkan kepalan tisu yang tepat mendarat dihidung Yudi. Pandangan Yudi kearah Tya seolah sedang bertanya sesuatu.

"Ngapain lo nginget kalimat gak guna gitu? Emangnya lo menolak siapa?", sindir Tya sehingga membuat Yudi menggaruk kepala yang nyatanya tidak gatal itu.

"Iye juga sih", sebuah jawaban singkat yang mampu membuat Tya sedikit senyum.

"Lo kapan pulang?", Yudi bertanya singkat. Sebuah pertanyaan yang hanya berfungsi untuk membuang rasa malunya tadi.

"Kalo kondisi stabil.. besok sebelum siang udah bisa pulang.. nunggu pemeriksaan besok pagi".

Percakapan mereka terputus oleh suara gaduh dari arah pintu masuk.

"hai hai lama nunggunya ya? nih gue bawain makanan, ada nasi goreng, sate ayam, martabak, cemilan juga ada", kata Hendra saat masuk kembali bersama Hikari.

"lo belanja apa ngeborong? pasti bukan lo yang bayar!", teriak Tya sambil membuka bungkusan yang dibawa Hendra. Masing-masing orang sedang sibuk mencari apa yang bisa ia makan.

"Hahahaha tau aja lo", jawabnya sambil membuka bungkusan sate ayam.

Meski tadi Hendra sudah makan di kantin tapi saat Hika mengingatkan hal itu hanya dijawab ringan oleh Hendra bahwa perjalanan dari kantin ke kamar ini membutuhkan energi yang sangat besar sehingga membuatnya lapar kembali. Sebuah jawaban lebay tapi sudah sangat difahami oleh teman-temannya bahwa nafsu makan Hendra memang sulit untuk dibendung.

"Nih nasi goreng spesial buat kamu", kata Hikari sambil menyerahkan makanan itu setelah menempatkanya diatas sebuah piring yang terbuat dari plastik.

Abi tak enak untuk menolak kebaikan Hika oleh karena itu ia menerima tanpa banyak perdebatan. Ia mencoba memasukan makanan itu tapi beberapa butirnya berjatuhan di pahanya. Entah karena grogi atau karena malu.

"Aku suapin aja ya? biar gak berjatuhan nasinya", suara itu begitu pelan dan terkesan sangat sabar. Hika mengambil alih sendok dari tangan Abi dan mulai menyuapi dengan perlahan.

"uhuk uhuk ehem", batuknya Hendra membuat Abi jadi salah tingkah.

"Abis nelen batu loh? biasa aja makannya", canda Yudi sambil memberikan segelas air mineral kepada Hendra. Hikari menyuapi dengan sangat sabar. Tapi Abi sedikit canggung karena malu.

"Kew, nanti Kalo lo sudah masuk kerja, lo gak usah sok sibuk.. Lo kalo gak kuat lambaikan tangan aja ke kamera biar temen-temen pada bisa bantu lo" , Hendra mulai melucu setelah meminum segelas air untuk melancarkan laju makanan dari tenggorokannya.

"Lo masih aja ngomongin kerjaan .. have fun dulu sih bro", ujar Yudi dengan mulut penuh makanan

"Lo juga kalo makan tuh diabisin dulu yang di mulut, ntar kalo keselek baru tau rasa.", sambung Tya menyalahi Yudi.

"Hika gak makan?", tanya Abi.
Semua orang di ruangan itu menghentikan kegiatannya. Baru kali ini dia mendengar Abi menyebut nama Hika di depan sang pemilik.

"Cieeeeee mulai perhatian nih yee", jawab mereka bertiga membuat pipi Hika memerah.

"Aku nyicip aja", katanya sambil memasukan kerupuk ke dalam mulutnya.

Tepat jam 9 malam mereka pamit pulang, tersisa Abi dan Hikari yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
----------

Mumpung ngeditnya sudah selesai sekalian posting aja.

Btw tentang mie juhi.. itu nama makanan khas betawi. Ada juga yang menyebutnya dengan nama "rujak juhi".


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang