"Lo serius dengan terjemahan lo itu?", tanya Abi pada Febi melalui telepon.
"Serius Bi, orang itu pasti gak punya umur yang panjang.. gue bisa ngomong begini karena foto yang lo kirim kemarin itu tertulis okasan atashi kekkon dekiru? (ibu, apakah aku bisa menikah?) lo faham kan artinya Bi, tapi itu jika benar-benar ditulis oleh orang yang sama", jawab Febi.
Abi masih tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Febi tadi sehingga ia tetap bersikukuh dengan asumsinya.
"Lo tau film 1 littre of tears? Lo pernah nonton gak?", tanya Febi sementara Abi hanya diam sambil mengingat drama Jepang yang pernah ia tonton.
"Aya? Erika sawajiri?".
"Nah tuh lo tau? Jangan-jangan lo pernah nonton tubuh telanjangnya si Erika di film Helter Skelter ya?".
Padahal Abi sedang pusing membayangkan film yang nguras air mata tapi Febi malah mengalihkan dengan Film semi yang membuat kepala bawahnya ikutan pusing."Kalo lo gak yakin dengan apa yang gue omongin, nanti gue kirimin screen shoot dari adegan film itu, lo bisa bandingin tuh bentuk tulisannya.. nyimpang apa gak".
Abi menganggap kalau dugaan Febi itu tidak logis dan terlalu mengada-ada.
"Kalo memang orang itu baik-baik saja, maka buat apa dia tulis di buku diary? Atau mungkin dia udah pernah operasi pengangkatan rahim? Jadi gak bisa punya anak? Terus dia malu kalo nikah karena mandul?", cecar Febi.
Obrolan pun sudah makin menyimpang sehingga Abi pun mengakhiri obrolan teleponannya itu.
Percakapan terjadi saat Abi baru turun dari mobil tadi dan semua itu masih terngiang dengan jelas.
Sebuah pertanyaan muncul dalam kepala Abi. Apakah memang usianya hanya tersisa sedikit seperti yang disebut oleh Febi? apakah penyakit yang dideritanya memang separah itu? Atau orang itu hanya ikut-ikutan saja seperti seorang penggemar sebuah film yang sering meniru adegan film kesukaannya.
Abi mencari informasi melalui dunia maya dan hasilnya sedikit mengagetkan. Dunia terasa berhenti berputar bahkan ia seperti kehabisan oksigen. Abi bukan penderita asma tapi nyatanya ia memang seperti sulit untuk bernafas. Dadanya sesak dan kepalanya semakin pusing.
"Hei dari tadi aku bertanya gak dijawab", Teguran dari Mbak Sofi seperti sebuah penyelamat bagi Abi. Sebuah pukulan ringan mendarat di lengan kanan.
Abi terperanjat karenanya dan telah kembali ke dunia nyata.
"Mikirin apa sih? sampai hilang fokus gitu.... aku tanya bagus baju yang mana? yang ini atau yang sebelumnya.. tapi kamu gak respon.. cerita ke aku dong", ujarnya lagi sambil memegang kedua pipi Abi.
"emm yang mbak pakai sekarang jauh lebih baik, lebih sopan dan gak mengurangi kecantikan yang mbak punya", jawab Abi sekenanya saja saat menilai gaun berwarna gelap itu.
Mereka memang sedang berada di sebuah butik dan Mbak Sofi sedang mencoba dan memilih beberapa baju yang akan ia beli.Kecurigaan Mbak Sofi semakin kuat saat ia bertanya tentang gaun yang ia coba tapi tak ditanggapi dengan serius oleh Abi bahkan terkesan hilang Fokus. Abi seperti berada di dunia yang lain yang tak diketahui oleh Mbak Sofi. Sesibuk apapun Abi tapi ia tetap bisa menyenangkan dan fokus terhadap lawan bicaranya. Tapi tidak untuk kali ini.
"Aku tahu kalau kamu tidak membandingkannya dengan yang sebelumnya tapi kalau menurut kamu ini baik maka aku ambil yang ini saja", jawabnya kemudian menyuruh pramuniaga itu untuk membungkusnya. Setelah melakukan pembayaran mereka segera meninggalkan tempat itu.
---------Abi POV.
"Ngapain kita sore-sore begini ke sini mbak? mau lihat matahari tenggelam? mana bisa? langitnya aja mendung karena polusi", tanyaku sementara kakiku sedang menggali pasir seperti induk ayam yang akan bertelur.
KAMU SEDANG MEMBACA
tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu)
Romantik"Mantan itu bukan untuk dilupakan, karena melupakan adalah bagian dari proses mengingat yaitu mengingat untuk tidak mengingat". Cerita ditulis secara suka-sukanya saya dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.. Jangan dikejar-kejar jadwal up date-ny...