2. ingin kerja

613 27 2
                                    

Hikari Pov

Papa masih asik membaca koran pagi yang baru sempat ia baca di malam hari, maklum papaku itu orang yang memilik kesibukan yang padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Papa masih asik membaca koran pagi yang baru sempat ia baca di malam hari, maklum papaku itu orang yang memilik kesibukan yang padat. Meski begitu biasanya papa selalu sudah ada di rumah tak lebih dari pukul 18.30, kecuali jika papa sedang berada di luar kota karena mengurusi cabang perusahaannya yang berada di beberapa kota. Sedangkan mama masih sibuk bolak-balik dari dapur menuju meja makan untuk menyiapkan makan malam tentu saja ditemani oleh seorang juru masak yang ada di rumah kami.

"Pa...", kataku pelan karena posisi papa yang tak jauh dari tempat ku duduk.

"Hemmm", hanya jawaban singkat itu yang kudengar darinya.

Mata papa masih terfokus pada lembar-lembar koran yang sejak tadi dia baca.

"Anooo... anoooo", belum selesai keraguanku untuk mengungkapkan perasaanku namun sudah terpotong oleh suara mama yang menyuruh kami untuk segera menuju meja makan berbentuk lingkaran dengan empat kursi disekelilingnya. Tanpa perlu dikomando untuk yang ke dua kalinya, kami segera menyetujui seruan itu. Aku duduk di sisi kiri papa sedang mama berada di kanannya.
"Pa...", kataku lagi disela acara makan kami.

Tak ada jawaban dari orang yang kupanggil sehingga membuat nyaliku sedikit ciut untuk berbicara tapi tekatku sudah bulat, aku harus menyampaikan keinginanku. Selama ini papa dan mama memang selalu mengajarkan padaku untuk selalu mengatakan apa yang aku mau dan apa yang aku rasa. Selama ini mereka memang selalu mengabulkan apa yang aku pinta tapi untuk kali ini aku sedikit ragu.

"Apakah aku boleh bekerja?", tanyaku pelan sekali bahkan nyaris tak terdengar.

Suasana hening seketika. papa dan mama menghentikan aktivitasnya sementara aku dipaksa menunduk karena tatapan mereka. Tangan yang cukup besar itu menyentuh daguku dan memaksa untuk menatap mata pria yang aku sayangi itu.

"Kenapa?", tanyanya dengan wajah heran.

"Karena aku ingin", jawabku mencoba untuk menjelaskan.
Papa memandang wajah kekasihnya yang sedang tersedu sedu. Sebuah anggukan kepala ditangkap oleh papa hingga akhirnya ia menarik nafas panjang.

"Boleh.." jawab papa. "Besok papa akan minta siapkan 1 ruangan kerja untukmu dikantor", lanjutnya.

"Aku tidak mau, kantor papa itu terlalu serius dan aku tidak suka dengan suasana yang seperti itu". Jawabku yang membuat papa menjadi heran dengan kemauanku.

"Dua hari yang lalu aku menonton televisi dan ada liputan tentang sebuah tempat bermain untuk anak, dan tadi siang aku, mang ujang dan juga beberapa anak panti asuhan datang kesana untuk bermain. Aku suka tempatnya, aku juga suka konsep mereka. Saat disana aku juga baru tahu kalau di sana sedang ada penerimaan karyawan baru.. kalau boleh aku ingin kerja disana", jawabku.

Papa sedikit ragu lalu kubujuk dia dengan mengeluarkan ponselku dan menunjukan foto-foto yang kudapatkan. Papa hanya mengangguk angguk menatap layar ponselku.

"Emm sepertinya papa punya teman yang bekerja di sana, nanti coba papa tanya ke dia". Ujar papa.

"Kamu yakin mau kerja di sana?", tanya mama mencoba memastikan.

Aku menganggukan kepala dengan penuh tekat, tanpa keraguan sehingga membuat papa merengkuhku dan mama juga ikut serta dalam hangatnya pelukan keluarga.

Satu pekan setelah obrolan itu aku menjalani training tentang product knowledge perusahaan ini selama tiga hari dan kini aku akan memulai hari-hariku untuk bekerja sebagai penjual tiket.

tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang