43. Miskin?

104 15 22
                                    


"Gue bingung mau mulai dari mana", jawab Hendra yang mulai mencoba untuk lebih berhati-hati agar tidak membuatnya salah bicara lagi.

Abi memang melarang Hendra untuk bercerita tentang sisi lain dirinya. Dia bahkan tidak ingin orang-orang di kantornya mengetahui "sandiwara" itu.

Dalam hati Hendra menyampaikan permintaan maafnya kepada sahabatnya itu, tentu saja tak ada jawaban sedikitpun dari Abi karena hanya Hendra dan Tuhannya yang tau tentang apa yang diucapkan dalam hati itu.

Meskipun terkesan mengkhianati sahabatnya tapi ia merasa bahwa ini adalah satu satunya cara yang bisa digunakan untuk menutupi kesalahpahaman diantara mereka.

"kalian bisa janji, gak akan membicarakan ini pada yang lain, termasuk kepada Yudi, Zul, Aji maupun kepada Mama dan Papa kamu, Hika?", ujar Hendra dengan sedikit ragu.

Hikari dan Tya saling bertukar pandang. Seolah mereka saling bertanya tentang rahasia yang akan disampaikan. Sepenting itukah kalimat yang akan diungkapkan oleh Hendra sehingga informasi itu tak boleh sampai ke telinga orang lain. Merekapun menganggukan kepalanya secara bersamaan sebagai tanda setuju dari syarat yang tadi diajukan.

Hendra kembali mengambil laptop milik Hika dan jarinya mulai menari dengan sangat lincah di atas keyboard itu. Sesekali dia terdiam seolah berfikir tentang sesuatu atau mungkin sedang berfikir tentang data apa yang ia bisa perlihatkan untuk memperkuat perkataannya tadi.

Dikembalikannya laptop itu kepada Hika. Layar monitor menampilkan sebuah gambar berupa bangunan berbentuk pendopo dengan beberapa deret meja tanpa kursi, bagian lantainya hanya beralas tikar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hika memandangi foto itu dengan bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hika memandangi foto itu dengan bingung. Yang dia tau adalah bangunan itu seperti sebuah bangunan berdesain adat jawa, tapi kenapa banyak meja di sana?.

Tya ikut melihat gambar dalam layar itu. Dahinya sedikit berkerut seolah berfikir keras.

 Dahinya sedikit berkerut seolah berfikir keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang