45. proyek desa

140 17 3
                                    

Hika POV.

Meskipun hampir malam tetapi suasana mall tidak begitu ramai, mungkin karena bukan week end. Bahkan lift yang kami tumpangi tidak padat meskipun hampir penuh.

"Oommm Abiiii", teriakan itu terdengar jelas saat pintu lift baru saja terbuka sehingga memaksa orang yang sedang menunggu di depan lift untuk memalingkan wajahnya ke arah sumber suara. Seorang remaja berbaju orange sedang melambaikan tangannya kearah kami. Disebelahya berdiri seorang wanita muda yang kuyakin sebagai ibunya.

"Semuda itukah wanita yang bernama tante sofi?", gumamku.
Kak Abi yang berdiri diposisi paling belakang hanya melambaikan tangannya. Penghuni lift yang berada didepan segera keluar untuk memberi jalan kepada kami.
"Kamu duluan", bisiknya mempersilahkan aku agar keluar lebih dahulu sebelum pria yang menggunakan kruk itu.

Aku bisa melihat ekspresi gadis remaja itu saat sosok orang yang dirindukannya menampakan diri secara utuh. telapak tangannya menutup mulut yang sedang ternganga lebar.

 telapak tangannya menutup mulut yang sedang ternganga lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap aja Nadia 😊)


"Om Abi kenapa om? kok separah ini? sudah ke dokter?", tanyanya dengan sedikit genangan di matanya. Gadis remaja berambut panjang itu sedang memeluk tubuh lelaki itu.

"Jangan seperti ini dong Nad, nanti om malah jatuh nih", ujarnya sambil berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya.

"Kalau aku tahu om seperti ini, aku gak bakal maksa buat ketemu deh, mending om istirahat aja di rumah", ujar gadis itu sambil melepaskan pelukannya.

"Kamu sih... kebiasaan maksa orang.. makanya lain kali itu jika berbicara dengan orang lain harus kasih kesempatan orang buat ngomong.. bukan kamu yang mendominasi mulu", saran pria itu dengan gaya yang tidak kaku seperti biasanya.

"Iya aku salah, maafin aku", ujar gadis remaja itu.

"Tuh dengerin apa yang di bilang om kesayanganmu itu", ledek seorang wanita yang usianya tak jauh denganku.

"Oia perkenalkan nama aku Clarisa, tapi kalian bisa memanggilku Icha, aku sepupunya Nadia", ujar wanita cantik itu yang rambutnya tergerai sebahu menggunakan kaos berwarna gelap. Gadis itu menjulurkan tangannya kepada kami.

"Kami sudah reservasi tempat untuk pertemuan kita.. tapi aku gak nyangka kalau om bawa teman sebanyak ini.. nanti aku akan tambah meja deh", ujar perempuan itu sambil menggiring kami ke sebuah restoran yang ruangan area khususnya sudah dipesan. Aku masih tidak faham dengan yang mereka bicarakan.

"Om Hendra dan om Abi waktunya masih senggang?", tanya wanita itu sambil menggandeng tangan Nadia.

"Saya jangan dipanggil om.. dia saja yang jadi om", ujar Hendra sambil menunjuk ke arah Abi.

"Mas Hendra?", ujar Icha pelan.

"Nah itu baru bener", gurau Hendra.

"Genit.... ", ledek Nadia sambil memukul perut Hendra.

tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang