26. menjaga hati

111 13 18
                                    

"Gue menghormati lo sebagai seorang mentor dan juga sebagai kakak. Lo juga yang sering nasehatin gue saat gue galau. Dan sekarang gue pengen lihat keberanian lo menghadapi pernyataannya Hika", ujar Tya kali ini dengan cukup tenang. Suasana masih hening sesaat. Masih tak ada jawaban dari Abi.

"Sebenernya lo itu gak mau jawab? Gak tau jawabannya? Atau lo memang pecundang yang cuma ngumpet di bawah bayang masa lalu lo sih Kew?", teriak Hendra tapi tak ia ungkapkan karena melihat kondisi Tya yang masih serius menanyai Abi.

Yudi yang sejak tadi hanya diam mulai membuka suaranya.
"Kalau menurut gue sih... lo itu terlalu menjaga hati lo deh Kew". Yudi menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Hendra hanya cengegesan sendiri mendengarnya. Baru kali ini ada orang yang dalam posisi tersudut sebagai tersangka tapi dengan dasar kebaikan. Bukannya menjaga hati itu bagus?.

Kalau kata para ustadz malah hati itu harus kita jaga dan jangan dikotori? Tapi kenapa kalimat Yudi justru mengandung pesan kalau menjaga hati adalah sesuatu yang patut dipersalahkan.

"Lo masih belum bisa melupakan mantan terindah lo itu kan? Itu sebabnya lo menjaga hati lo agar semua kenangan manis itu gak tergeser dengan wanita lain".
Sebuah sindiran itu dilontarkan Yudi dengan harapan agar orang itu bisa membantahnya. Nyatanya orang yang disindir tak memberi sanggahan sedikitpun sehingga mereka berasumsi bahwa tuduhan itu benar adanya.

"Lo tuh gila apa bodoh sih? Mantan lo itu sekarang udah nikah dengan pria pilihan orang tuanya mungkin sekarang ini tubuhnya lagi dijamah oleh suaminya atau mungkin mereka lagi sibuk dengan bikin adonan anak. Tapi lo masih gak bisa benci dia? Bahkan lo masih mengharap bisa dengan dia? Ow-em-ji helloww situ masih waras?", Tya naik pitam dan kalimat terakhirnya dia ucapkan dengan gaya remaja yang sering ia lihat di sebuah sinetron.

Hendra cuma senyum melihat Tya yang kini terlihat lebay.
"Waktu gue masih polos dan suci, waktu gue masih belum bisa move on dari mantan... kayaknya pernah ada yang nasehatin gue deh", Hendra mencoba membuka kotak memory dalam kehidupannya.

"Emmmm mantan itu bukan untuk dilupakan, karena melupakan adalah bagian dari proses mengingat yaitu mengingat untuk tidak mengingat", lanjut Hendra mengingat nasehat dari Abi saat itu.

"Nah cakep tuh, nanti kalimat tadi lo kirim ke gue ya? Gue mau jadiin status di facebook gue", celetuk Yudi setengah bercanda.
Hendra cuma tersenyum kecil tak berani mengucapkan sumber kalimatnya. Takut nanti si pencetusnya akan dibully. Meski begitu Abi merasa bagai dijewer oleh ucapannya sendiri. Dia bisa menasehati temannya tapi lupa menerapkan pada dirinya sendiri.

"Gagal move on itu biasanya karena kita masih takut untuk kehilangan rasa nyaman yang diberikan oleh sang mantan... bahkan kita gak sadar bahwa masih punya keinginan untuk menikmati rasa nyaman itu lagi. Padahal tanpa sepengetahuan kita.... ada seseorang yang ingin memberikan sebuah rasa nyaman yang sensasinya melebihi rasa yang pernah diberikan oleh sang mantan.. tapi karena kita gak sadar dan terlalu fokus dengan kenangan nyaman dari sang mantan akhirnya kita hanya bisa menyia-nyiakan rasa dari orang itu", bagai seorang petapa sakti, Yudi menyelesaikan wejangannya.

"Nah itu baru mantap, nanti lo whatsappin gue ya? Kita tuker-tukeran status facebooklah", gurau Hendra.

"Kayaknya gue bakal lupa deh mending lo tanya ama orangnya aja langsung", jawab Yudi dengan jari telunjuk mengarah ke Abi yang sedang tersenyum malu karena mendapat sindiran dari kedua temannya.

Mereka semua tertawa dengan tanpa bisa menahan lagi. Orang yang biasa menasehati mereka kini memakan nasehatnya kembali. Mereka memang seperti itu, meski terjadi adu argumen tapi pada akhirnya akan tertawa bersama.

Hendra melangkah mendekati kulkas kecil dipojokan ruangan itu. Perutnya sudah mengirimkan signal lapar. Diambilnya sebuah apel dan juga semangkok puding setelah itu kembali ke tempat duduknya semula.

"Kew gue bagi ini ya?", sebuah permintaan yang terlambat untuk diucapkan. Puding itu sudah habis dalam waktu yang sangat singkat.

"itu kayak tasnya Hikari, dia kemana?", tanya Tya sambil menunjuk tas yang tersandar di sofa.

"Lagi beli nasi goreng di kantin", jawabku.

"Hah.. gue ke kantin juga ah.. lumayan bisa makan nasi goreng.. siapa tau bisa dapet gratisan.. berkah banget ini", canda Hendra sambil berlalu pergi meninggalkan kamar itu.
---------

Cukup segini dulu.. selamat rehat siang di senin yang penat ini.. sambil nyuap makan kita dengarkan lagu aja

Klo gak nyimak lagunya.. minimal simak tyas myrasihnya aja.😂😂

Ini status fb beberapa tahun yang lalu.. cuma numpang tempel aja.

 cuma numpang tempel aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy nice day aja

tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang