Nasi goreng yang baru saja matang lengkap dengan uap panas, sudah tersaji di depan mata Hendra. Kilatan cahaya penuh gairah memancar dari matanya.
Sesekali Hendra meneguk air liurnya, tak sabar ia untuk sekedar mencicipi gurih dan lezatnya nasi goreng babat itu. Melihat Hendra yang sedang dalam wujud unyu seperti itu membuat Hika tersenyum sendiri.
"Kenapa kamu tunggu seperti itu sih kak? Kan bisa kamu tiup-tiup agar panasnya hilang", tanya Hika masih dengan segores senyum di wajahnya.
Hendra tak memalingkan sedikitpun arah pandangannya. Hendra menarik nafasnya dengan panjang kemudian duduk sedikit bersandar sebelum menjawab pertanyaan tadi.
"Gue kirain produk luar negeri itu lebih cerdas, ternyata sama aja", celoteh Hendra pelan. Walau pelan tetap terdengar oleh Hika karena kondisi kantin yang memang sedang tidak terlalu ramai.
"Nabi kita melarang untuk meniup-niup makanan", jelas Hendra sambil menatap wajah Hika untuk sesaat. Hendra memalingkan wajahnya kembali menatap nasi gorengnya.
"Tapi banyak kok yang melakukan itu, padahal agama mereka sama dengan agama kita?", Hika mencoba berargumentasi.
"Lalu apa kabarnya dengan birthday cake yang lilinnya selalu ditiup itu?". Sebuah kegundahan merayapi Hika.Sebuah kalimat yang berfungsi sebagai pembenaran itu hanya membuat sedikit lengkungan pada bibir Hendra.
"Dulu gue juga berfikir gitu.. mengikuti apa yang umum dalam masyarakat kita tapi sejak berteman dekat dengan Abi jadi beda. Gue baru ngerti bahwa apa yang banyak berkembang di masyarakat itu gak selalu benar". Hendra mencoba membetulkan posisi duduknya kemudian mengambil sendok dan garpu sebelum mengaduk nasi gorengnya dengan perlahan.
"Bodohnya lagi kadang kita yang mengaku sebagai orang terpelajar, orang yang pernah makan bangku sekolahan malah sama bodohnya dengan generasi yang gak sekolah bahkan mengikuti mereka tanpa pernah cari tahu benar atau salahnya", lanjutnya lagi.
Hika mengerutkan dahinya seolah berfikir dalam.
"Gue sih gak terlalu hafal dengan ajaran agama tapi kalo kita cuma ngikutin orang tanpa pernah cari tahu ilmunya maka sama aja kita sudah menorehkan sebuah kegagalan kepada orang tua kita dalam mendidik anaknya. Dan gue gak mau kayak gitu". Hendra mulai menyendok sedikit nasi itu dan mencicipinya, sekedar memastikan nasi itu sudah tidak panas.
Sebetulnya ucapan Hendra memang ada benarnya. Bukankah udara yang kita hembuskan itu adalah CO2 alias karbondioksida yang merupakan udara kotor yang dihasilkan dari pernafasan manusia ketika menghirup oksigen lalu dikeluarkan dalam bentuk CO2. Maka bagaimana keadaannya jika seseorang menelan kembali udara kotor yang telah dikeluarkannya lewat makanan atau minumannya?.
Hika menangguk-anggukan kepalanya setelah mengerti dengan ucapan Hendra tadi.
Hendra menghabiskan nasi gorengnya dalam waktu yang tidak lama karena selain tanpa gangguan. Ia juga memakannya dengan kecepatan tinggi. Semua itu adalah hasil didikan dari sang ayah yang merupakan anggota militer. Meski sang Ayah sudah tidak ada karena gugur ditembak pemberontak negeri ini tapi tidak membuat Hendra lupa dengan gaya makannya itu.
"Kalo dipikir-pikir nih ye, gak ada bedanya deh antara kita niup makanan dengan kalo kita ngentutin makanan. Keduanya sama aja, sama-sama beracun". Canda Hendra setelah meminum air di gelasnya menyisakan hanya seperempatnya saja. Hika ikutan tertawa dengan pengandaian itu.
Hendra meminta waktu sejenak sebelum mereka beranjak dari tempat itu. Hika tak keberatan bahkan mencoba mencari tahu tentang kedekatan Hendra dan Abi. Tanpa sungkan Hendra menceritakan saja apa yang dia tahu.
"Dulu saat baru gabung di departemen Tiket gue merasa dia tuh aneh, dia idealis. Dia berjalan sendiri sesuai kemauannya. Dia juga gak mau nge-cheat sedikitpun bahkan meski dia tau caranya untuk nge-cheat dan meskipun orang di sekitarnya banyak yang melakukan itu".
"Terus dia mendiamkan kalian?", tanya Hika.
"Ya enggak juga, tapi dia juga gak membiarkan itu berlarut-larut. Dia menemui HRD meminta kenaikan Gaji, tentu saja dia gak bongkar tentang kasus nge-cheat itu. Sampai akhirnya isu naik gaji itu dibahas pada tingkat manajemen. Lumayan sih akhirnya kami jadi ada tunjangan di luar gaji meskipun gak terlalu gede tapi bisa menurunkan tindak kecurangan itu". Ujar Hendra.
"Tapi gue deket sama dia itu saat gue ketangkap basah sama dia saat mau nge-cheat. Dia gak laporin gue ke koordinator atau ke manajer. Tapi gue ditarik ke gudang diinterogasi sama dia, kenapa kok gue jadi kumat gitu? padahal jabatan dan status kita tuh sama loh tapi saat itu gue memang takut kalo dilaporin dan rada sungkan juga sih sama Abi yang idealisme selangit".
"Karena butuh? Kepepet?", cecar Hika. Sebuah anggukan kepala menjadi jawabannya.
"Saat itu adik gue yang nomer 1 abis di putus kontrak kerjanya, dan adik yang masih SMP butuh uang untuk bayar uang ujian, gue udah pinjem ke kantor tapi ditolak.. pinjem ke manajer katanya lagi tiris juga tuh uangnya.. tapi anehnya Abi bisa minjemin uang. Meski pada akhirnya dia gak mau dibayar juga. Bahkan adik gue juga dimasukin kerja di tempat temannya", mata Hendra sedikit berkaca-kaca. "Sejak itu gue jadi akrab sama dia".
Entah sudah berapa kali Hika menganggukan kepalanya mendengar uraian itu, hingga Hendra menanyakan perihal Hika yang menyatakan rasa kepada Abi padahal mereka baru kenal dalam hitungan hari saja.
"Yang aku tau itu dia adalah orang baik dan dia berhak aku perlakukan dengan baik dan sangat patut untuk menjadi orang yang special di hatiku", ujar Hika.
"Tapi apa itu gak berarti lo tergesa-gesa gitu ya?".
"Tidak dong kak.. aku kan belajar dari tahu bulat yang digoreng dadakan. Meskipun digoreng secara mendadak tapi sama sekali tidak terlihat ketergesaan di sana".
Mendengar tahu bulat membuat selera makan Hendra kembali bangkit. Setelah merasa nyaman dengan kondisi perutnya Hendra mengajak Hika meninggalkan tempat itu dengan membawa beberapa bungkus kantong plastik yang berisi cemilan.
-------Hari ini cukup segini aja.
Otaknya lagi lurus ini.. dan chapter ini diluar dari rencana awal.. bahkan sulit untuk nentuin judulnya.. pengennya sih "kentut dan tiup" atau "pepatah tahu bulet" bisa juga "sebuah informasi"😂😂
Perihal larangan meniup makanan adalah sbb;
🙎Dari Abu Qotadah radliyallahu anhu,
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِى اَلإِنَاءِ
"Bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah melarang bernafas di dalam bejana". [HR Muslim: 267 (121), 267 (65) dan Ibnu Majah: 3428 dari Ibnu Abbas. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih]
😊
Berkata asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, "Hikmah dari aturan tersebut adalah bahwa bernafas di dalam bejana akan membuat jijik bagi orang yang minum sesudahnya. Boleh jadi akan keluar dari hembusan nafas itu beberapa penyakit yang ada pada lambung, paru-paru atau mulut yang dapat melekat pada bejana. Boleh jadi juga orang yang meminumnya akan tersedak apabila bernafas pada bejana. Oleh sebab itu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah melarang seseorang itu bernafas pada bejana namun hendaklah ia bernafas sebanyak tiga kali hembusan nafas, setiap kali ia bernafas hendaknya menjauhkan mulutnya dari bejana".
📖(Syar-h Riyadl ash-Shalihin: III/ 80.)
KAMU SEDANG MEMBACA
tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu)
Romance"Mantan itu bukan untuk dilupakan, karena melupakan adalah bagian dari proses mengingat yaitu mengingat untuk tidak mengingat". Cerita ditulis secara suka-sukanya saya dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.. Jangan dikejar-kejar jadwal up date-ny...