14. ngamen on the street.

144 14 15
                                    


Baru kali ini Hikari masuk ke dalam area permainan sebagai seorang pengunjung palsu. Pengunjung yang tak dikenakan biaya tiket masuk.

Suara gelak tawa dari anak-anak yang berusia 4 sampai 16 tahun itu memenuhi ruang dengarnya. Sudah sangat lama ia tak mendengar suara gelak tawa dari anak-anak yang jumlahnya hingga ratusan orang.

Setiap sudut permainan dipenuhi oleh antrian anak yang ingin ikut serta dalam permainan.

Mobil, bus, taksi bahkan kereta dalam bentuk mini pun selalu dipenuhi penumpang.

Sudah lebih dari satu jam Hikari menikmati area permainan ini hingga ia duduk di sebuah kursi tak jauh dari toko pizza.

Sebelumnya Hika sudah memesan satu loyang pizza ukuran sedang untuk nanti diberikan kepada Abi, Yudi dan Tya. Bisa dibilang sebagai pengganjal perut saat mereka akan berangkat nanti.

"Lo Hikari? yang waktu itu teriak-teriak di kafetaria?", tanya sang kasir pizza saat Hikari hendak membayar pesanannya.

Dengan malu Hika menganggukan kepalanya.
"Kok kamu bisa tahu?", tanya Hika dengan penasaran.

"Pakaian kemeja putih rok hitam dan bebas menggunakan gelang pengaman ke area permainan, cuma para penjual tiket yang bisa berbuat seperti itu", jelasnya.

Kasir itu segera memanggil temannya dan membisikan sesuatu kepada orang yang dipanggilnya.

"bayarnya nanti aja, temen gue lagi nyari name tag anak operasional biar lo bisa dapet diskon, gak lama kok nunggu name tagnya", Ujar Kasir itu.

Sebenarnya meski tak diberi diskon sekalipun Hika tetap dapat membayarnya. Tapi Hika tidak menolak dan berterimakasih pada kasir itu.

"Kalau begitu saya tambah satu pizza kecil dan satu orange juice untuk orang yang sudah bersedia meminjamkan name tagnya dan 3 orange juice untuk saya bawa pulang". Ujar Hika dan membayar tagihannya setelah sang kasir memegang name tag yang dijanjikan tadi.

Agar tak menunggu lama Hika memberitahu tempat dimana dia akan duduk sehingga pesanannya tadi bisa segera diantarkan.

Tak jauh dari tempatnya duduk sedang ada pertunjukan musik akustik. Sang vokalis adalah seorang perempuan ditemani oleh seorang pemain gitar. Mereka sudah menyanyikan beberapa lagu-lagu cinta.

Setiap kali lagu berakhir maka sang penyanyi akan meminum air mineral yang sudah ia siapkan sebelumnya.

Suara sang penyanyi memang cukup merdu ditambah dengan wajahnya yang cantik tapi keberadaannya seperti tak diakui oleh orang yang berlalu lalang.

Bagai tersengat lebah, Hika menyelidik wajah dari sang vokalis yang tak lain adalah pacar Abi. Benar itu wajah si cantik yang mesra mesraan dengan Abi.

Rasa kesalnya belum reda namun sosok Abi mendadak muncul dan mendekat ke arah sang vokalis. Mereka melakukan toss dan terlibat obrolan santai.

Ada yang berbeda dengan gaya rambut Abi sekarang. Jika sebelumnya hanya disisir ke samping maka kini rambutnya dibuat sedikit berdiri dan acak-acakan sehingga memberi kesan sedikit nakal.

Tak lama kemudian sang vokalis dan gitaris meninggalkan Abi yang kini sudah duduk sambil memangku gitar.

Abi mengetuk-ngetuk mic dengan jari telunjuknya sehingga menghasilkan suara beduk.

"Cek sound.. cek cek.. hahaha udah idup ternyata.. saya kirain ini cuma pajangan aja", gurau Abi memulai penampilannya.

"Karena suara saya gak sebagus Feby maka bagi siapa saja yang memiliki suara pas-pasan tapi mau bernyanyi, saya perbolehkan untuk menyumbangkan suaranya. Yang penting jangan malu kalo dikomplain oleh pendengar yang ada disini", lanjut Abi membuat beberapa orang yang duduk disekitar Hika menjadi tertawa.

tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang