Pesan singkat dari Febi tadi pagi masih tetap dibacanya berkali-kali, Abi masih tidak percaya jika tulisan kanji yang ia kirim kemarin itu memiliki arti yang diluar dugaannya. Abi masih tidak mengerti maksud dari semua itu.
"Bercanda aja nih orang, atau salah kirim kali ya?", Abi mencoba untuk tetap berbaik sangka, bahkan dia berpendapat bahwa itu hanya kesalahan sang penerjemah saja.
Suara klakson mobil mengembalikannya ke dunia nyata. Sebuah mobil sedan berwarna merah berhenti di depan Abi dengan kaca samping yang sudah diturunkan setengahnya. Wajah seorang gadis tanpa polesan make up muncul dari dalam mobil. Lambaian tangan seolah mengatakan bahwa mereka sudah saling kenal.
Abi hanya menyunggingkan senyum flatnya. Tanpa banyak kata yang ia ucapkan Abi sudah mendekati kendaraan itu.
Abi memang tak ingin membuang waktunya dengan berlama-lama berdiri di pinggir jalan itu, karena jika mobil itu terlalu lama berhenti akan berdampak pada kemacetan jalan yang hanya mampu menampung 1 kendaraan jenis mobil disetiap arahnya.
Abi membuka pintu bagian belakang dan duduk di jok panjang itu. Harum bunga anggrek menyebar dan menggelitik indera penciuman.
"Pagi om.. nunggunya lama?", tanya perempuan yang duduk di samping pengemudi.
Usia wanita itu masih sangat muda, baru diawal kepala 2. Perkenalan Abi dengan gadis ini karena perantara sang pengemudi.
Sebuah coret-coretan tangan yang berserakan di rumah Mbak Sofi lah yang mempertemukan Abi dengan seorang remaja bernama Clarisa Arabelle yang lebih senang dipanggil Icha.
Saat itu Icha masih tercatat sebagai mahasiswi semester 4 jurusan arsitektur di salah satu PTN.
Coretan tangan itu pula yang menjadi awal rencana Abi untuk merenovasi warung bakso yang selama ini ia bangun dengan seadanya.
"Pagi icha.. baru 10 menit", jawab Abi.
"Rumah om dimana sih? kok minta dijemputnya dipasar.. kayak ibu-ibu aja.. mana pasarnya tradisional lagi", tanya Icha sambil memperbaiki posisi duduknya.
Abi faham dengan pertanyaan itu dan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar. Sebagai seorang putri dari pemilik beberapa SPBU mungkin Icha tak pernah bermain di sebuah pasar yang jika hujan turun akan menjadi sebuah tempat transaksi yang penuh dengan kubangan.
Mungkin juga Icha tak pernah menghabiskan masa kecilnya dengan bermain di balik meja para pedagang yang didominasi oleh papan dari bekas peti jeruk.
Icha pasti terlalu sering menghabiskan masa kecilnya di Mall mewah yang lantainya selalu terlihat kinclong karena para petugas kebersihan gedung yang tak pernah bosan untuk bergerak berulang-ulang sambil membawa kain pel. Kekinclongan lantai itulah yang akhirnya melahirkan sebuah iklan dengan jargon "belum 5 menit".
"Tuh di situ.. masuk ke dalam gang-gang itu", jawab Abi dengan sedikit malas sambil menunjuk kawasan pemukiman padat penduduk yang berada di seberang pasar
Senyum nyinyir malah terbentuk di bibir Icha. Wajah itu seperti berkata : "becanda aja si om ini".
"Kamu gak percaya kan?", Mbak Sofi bisa membaca wajah keponakannya itu. "dulu tante juga gak percaya, tapi kenyataannya ya begitu.. tante pernah ketemu ibunya loh, sedang berdagang di pasar itu.. ya di temani om Abi", jelas mbak Sofi yang menjadi pengemudi.
Penjelasan tantenya itu langsung merubah ekspresi wajah Icha menjadi ternganga.
"Hebat... Amazing.... gak nyangka loh om.... aku mau dong jadi pacarnya om Abi", gurau Icha sambil memberi toples berisi permen."Maksudnya rasa permennya yang Amazing?", goda Abi sambil mengambil dua butir permen yang dia tawarkan sehingga membuat Mbak Sofi tertawa.
"iihhh dia sih gak serius gitu.. ", ucap Icha dengan gaya manja.
Icha memang sudah sering melempar guyonan suka terhadap Abi, tapi Abi juga tak pernah menganggapnya serius.. bahkan ia juga sering membalasnya dengan guyonan yang aneh.
"Kita mau kemana mbak? kok bisa ada Icha segala.. semalam Icha nginap di rumahmu ya mbak?", tanya Abi.
"Iya gitu deh.. ini mau nganter dia pulang setelah itu kamu temenin aku ke butik ya?".
Abi menganggukkan kepalanya beberapa kali seolah mengerti dan juga mengiyakan permintaan mbak Sofi.
Mobil berjalan dengan kecepatan sedang untuk membelah kemacetan Jakarta siang itu. Sesekali Abi menyanyikan lagu yang diputar melalui mp3 player. Kekompakan Abi dan mbak Sofi bernyanyi sedikit membuat Icha jengkel, pasalnya lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu lawas tahun 80an.
Sesekali mereka tertawa saat salah satu diantara mereka menyanyikan lagu itu dengan fals. Dalam penat Abi pun tertidur dan berkelana dalam dunia mimpi.
--------Abi POV.
Aku sedikit terjaga saat tubuhku terasa diguncangkan. Setengah sadar aku mendengar suara lembut yang berusaha membangunkanku. Cukup sulit bagiku untuk membuka mata meski cuma sebentar.
"Sorry om.. jadi ngebangunin om.. padahal tadi tante Sofi udah bilang ke mami papi kalau om itu pasti kurang tidur.. karena bantuin ibu om.. tapi papi ada perlu sama om, penting banget", kata Icha yang sudah membuat kepala Abi jadi pusing.
Aku kembali memejamkan mata dan hanya menjawab dengan gumaman saja. Suasana menjadi hening sesaat dan sepertinya aku kembali memasuki alam mimpi. Aku merasa sesuatu yang lembut dan basah menyentuh bibirku. mimpi ini memang sangat indah dan enak. Apalagi erengan itu sungguh terdengar nyata. Erangan itu.. jika ini sebuah mimpi maka tak mungkin aku bisa mendengar desahan itu apalagi bibirku terasa seperti dikulum. Ku buka mata perlahan, sehingga jika ini memang mimpi maka biarlah sekalian basah dan jangan terputus. Dugaanku meleset karena nyatanya aku mendapati Icha yang matanya sedang terpejam.
Aku pegang kedua sisi lehernya dan mendorong dengan perlahan sehingga tautan kami terlepas. tatapan matanya seolah meminta sesuatu yang lebih dari itu.
"kenapa?", tanyaku dengan singkat."aku suka om.. aku naksir om sejak pertama bertemu.. tapi sepertinya tante sofi juga suka sama om.. jadi aku gak berani berterus terang", katanya dengan mata tertunduk.
"Nah itu tadi sudah bilang.. jadi sudah bereskan?", jawabku kemudian mengajaknya keluar dari mobil.
"om.. aku beneran om..", ucapannya belum selesai namun sudah kuhentikan dengan melumat bibirnya... hanya desah yang keluar dari bibir tipisnya. Aku melakukannya hanya dalam waktu 2 menit saja.
"Saya sudah menambatkan hati ini pada orang lain, jangan berharap lebih dari saya.. dan jangan curigai tantemu seperti itu, karena saya dan dia tidak pernah melakukan hubungan sex dalam bentuk apapun... semoga kamu bisa mengerti", kataku kemudian keluar dari mobil dan membanting pintu.
---------
KAMU SEDANG MEMBACA
tak semanis teh setengah manis (Rehat Dulu)
Romance"Mantan itu bukan untuk dilupakan, karena melupakan adalah bagian dari proses mengingat yaitu mengingat untuk tidak mengingat". Cerita ditulis secara suka-sukanya saya dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.. Jangan dikejar-kejar jadwal up date-ny...