Bagi setiap orang masalah itu mudah untuk diselesaikan, tetapi lain dengan Dirga. Dia sama sekali tidak pernah menemukan cara bagaimana menyelesaikan masalah pribadinya. Sudah setiap hari masalah yang menimpa sekarang ini menjadi tekanan bagi kehidupannya. Dirga bahkan harus berubah menjadi nakal agar bisa merasa bebas, tidak terbebani oleh masalah.
Dirga tak sama seperti anak remaja pada umumnya―yang selalu diperhatikan oleh kedua orangtua setiap hari, bahkan setiap pagi sebelum pergi ke sekolah. Bagi Dirga, semua yang dilaluinya hampir satu tahun ke belakang ini sudah terbiasa. Hanya Bi Siti yang selalu ada kala dirinya sedang di rumah.
Kedua orangtua Dirga sibuk dengan kerjaan mereka masing-masing. Untuk sekadar membangunkan di pagi hari mengingatkan sekolah pun jarang, bisa dibilang tidak pernah lagi. Hanya pembantu―Bi Siti―yang penuh perhatian mengurusi Dirga layaknya anak sendiri sampai saat ini. Ah, kalau Dirga terus mengingat masalah yang saat ini dirasakan, air matanya seakan mau menetes.
Dirga, Rahman dan Udik kini sedang berada di kantin menikmati pesanan mereka yang satu menit lalu diantar oleh Bu Eem. Sampai saat ini Dirga masih tak mau tahu tentang murid baru yang ada di kelas mereka.
"Eh, lo tahu, kan, murid baru di kelas kita itu?" tanya Rahman melirik Dirga.
Dirga mengangguk sambil menyantap baksonya. "Kenapa, Man?" tanyanya.
"Kemarin gue denger kalau dia minta nomor lo sama Ayu. Kayaknya sih dikasih."
"Iya, terus urusannya sama gue apaan?"
"Lo, kan, jomlo. Udah dia aja sikat. Lumayan lo dapet yang cantik gitu."
"Mau cantik gimana juga gue gak peduli sama dia. Kalau lo mau sama dia ambil aja."
"Buat gue aja gimana, Di?" celetuk Udik begitu aja.
"Terserah―"
"Ehem! Ehem!" Ayu yang baru saja mendekat bersama Rafika langsung berdeham menghentikan perkataan Dirga. "Terserah apa maksudnya, Di?" tanya Ayu melirik ke arah Dirga.
"Udik tuh suka sama lo," jawab Dirga asal.
Ayu bergidik geli. "Dih, males gue sama dia."
Perkataan Ayu barusan membuat Dirga dan Rahman tergelak puas. Mereka melihat raut wajah Udik ditekuk masam. Perkataan itu telak memukul Udik. Tanpa diduga, orang yang tak diharapkan kedatangannya muncul di hadapan mereka.
"Hai, Dirga," sapa Indira melihat Dirga lalu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra [Completed]
Teen Fiction"Jadi guru Bahasa Inggris, ya, Di?" celetuk Udik dari tempatnya, "Dirga mau ngajarin arti kata i love you pada Rafika tuh, Pak," lanjutnya. "Bukan, Dik," balas Dirga, "gue mau jadi guru Sejarah aja, biar bisa ngajarin Rafika gimana perjuangan mendap...