Part 21

276 15 0
                                    

Jam istirahat terakhir sedang berlangsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam istirahat terakhir sedang berlangsung. Setelah tadi Dirga diam-diam menarik lengan Rafika menjauhi teman-temannya di kelas, sekarang mereka sedang duduk santai di kantin Bu Eem. Dirga sengaja mencari tempat duduk sedikit tertutup oleh banyak siswa lain karena tidak mau ketahuan teman-temannya.

Bu Eem mendekati meja mereka dengan membawa dua mangkuk bakso dan es teh manis. Setelah itu, Bu Eem kembali ke tempatnya lagi. Keduanya kini berhadapan agak sedikit canggung untuk memulai obrolan.

“Em ... begini,” ucap Dirga ragu memulai obrolan.

“Kenapa, Di? Oh iya, tumben ngajak makan di kantin berdua. Ada yang mau diomongin?” tanya Rafika menautkan alisnya.

“Begini, Ra ....”

“Begini kenapa? Lo kok jadi aneh gini, sih?”

“Gimana, ya, ngomongnya.” Dirga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Mau ngomong apaan, sih? Santai aja kali.” Rafika tersenyum.

“Oh iya, maaf soal masalah semalam kalau gue pergi gitu aja.”

“Mau bahas masalah semalam? Astaga, Di. Santai, gue dan yang lainnya ngerti kok kenapa lo pergi gitu aja. Justru gue yang minta maaf karena udah beritahu orangtua lo alamat indekos Rahman.” Sembari menyantap makanan, Rafika berbicara. Begitu juga dengan Dirga.

“Bukan gitu, Ra, tapi gue ....” Di hadapan Rafika, Dirga menjadi gelagapan tak karuan. Suasana sekarang ini menjadikan dirinya canggung. Padahal, Dirga sendiri yang mengajak cewek itu ke kantin berdua.

“Lo kalau salah tingkah jadi lucu, ya, Di.” Rafika terkekeh pelan.

“Nggak, Ra. Gue masih santai, kok.” Dirga tertunduk menyantap makanannya.

“Di, kalau ngomong itu lihat gue, bukan mangkuk. Kan, lo yang ngajak gue ke sini, masa ngobrolnya nggak saling lihat wajah. Coba lihat sini dulu.”

“Iya, Ra.” Dirga mengangkat wajahnya kembali dan mendapati cewek itu sudah menyodorkan sendok yang di atasnya sudah ada bakso. Serius Rafika mau menyuapi Dirga? Dirga terpaku menatap wajah Rafika.

“Sesekali cewek gitu yang menyuapi cowok. Nggak apa-apa, kan?” Rafika semakin mendekatkan sendoknya ke mulut Dirga. Dia membuat cowok itu tak bisa berkutik. Kini Dirga semakin dibuat gelagapan.

“Malu dilihat banyak orang, Ra. Lo nggak usah gitu, entar gue malah diketawain banyak orang. Ra, jangan bikin gue kayak anak culun di hadapan banyak orang.” Kedua matanya menyapu semua siswa yang sedang duduk di tempat mereka masing-masing. Memang, kantin sekarang ini sedang ramai.

“Nggak diterima, nih?”

“Cukup sekali, jangan diulangi lagi.” Seketika Dirga langsung menerima suapan dari Rafika. Sambil melengos, dirinya mengunyah bakso itu dengan cepat.

Rafika tersenyum. “Lo selain ganteng, lucu juga, ya. Jangan ketus lagi, Di, gue takut.” Cewek itu tersenyum puas.

“Sekarang lo, biar impas.” Dirga menyuapi Rafika dengan mudah, tanpa paksaan. Rafika tersenyum menatap Dirga saksama sembari mengunyah baksonya.

“Terima kasih, Di.”

“Udah jangan senyum kelamaan, entar gue khilaf.” Dirga tergelak puas.

Rafika berdecak. “Jangan sampai, awas kalau berani.” Kepalan tangan diarahkan ke Dirga untuk mengancam.

Dirga menggenggam kepalan tangan Rafika itu cukup erat. “Jangan marah. Cepat habisin makanannya, Ayu dan yang lainnya pasti lagi nyariin,” ucapnya tulus. “Pulang nanti bareng gue, ya? Gue bakal antar lo sampai rumah dengan selamat, tapi diam-diam aja, jangan beritahu yang lain.”

“Kenapa diam-diam?” tanya Rafika bingung.

“Nggak apa-apa, sih.”

“Tangannya belum mau dilepas gitu?” Rafika melirik tangannya yang masih digenggam erat oleh Dirga. Spontan cowok itu langsung melepaskan genggaman tangannya. Dirga melengos mencoba menghindari kontak mata.

Tak ada obrolan lanjut dari keduanya. Mereka kembali fokus menghabiskan makanan dengan cepat. Apa yang terjadi dengan keduanya kali ini? Rafika dengan mudahnya membuat Dirga gelagapan. Cowok populer di SMA ini ternyata bisa bersikap lembut, bahkan sangat lembut di hadapannya.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Area parkiran pun sudah terlihat sepi. Dirga sengaja belum berangkat karena sedari tadi membiarkan teman-temannya pergi lebih dulu dengan berdalih ada urusan sebentar di sekolah. Rahman pun jadi diantar Udik untuk pulang.

Setelah semua temannya sudah pergi, Dirga segera melajukan mobilnya meninggalkan parkiran. Dirga berhenti di dekat pos satpam karena melihat Ayu masih berdiri di dekat Rafika menunggu angkot. Kedua temannya itu masih berdiri di depan pintu gerbang sekolah. Selang lima menit kemudian, ada angkot yang berhenti di depan mereka. Ayu naik lalu pergi meninggalkan Rafika sendirian.

Tak lama kepergian Ayu, ada dua siswa yang menghampiri Rafika. Dirga menatap kedua siswa itu saksama dari mobilnya. Matanya tidak salah tangkap bahwa salah satu dari murid itu adalah Indira.

“Mau ngapain Indira nyamperin Rafika?” tanyanya sendiri.

Diandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang