Part 25

100 3 0
                                    

"Man, Dirga ke mana?" tanya Udik pada Rahman setelah mereka berada dalam kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Man, Dirga ke mana?" tanya Udik pada Rahman setelah mereka berada dalam kelas.

Rahman menoleh ke arah Udik. "Tadi sih masih tidur di indekos," balasnya.

Dirga masih tidur di indekos saat Rahman berangkat ke sekolah? Dia memang keterlaluan. Sudah jam tujuh Dirga masih belum datang juga, padahal pelajaran sebentar lagi mau dimulai.

"Emang gak lo bangunin, Man?"

"Udah, tapi dianya gak peduli, katanya masih ngantuk."

"Emang bodoh tuh anak."

"Lo kayak baru kenal Dirga aja, Dik."

"Gak habis pikir sama tuh anak. Pasti bolos nih hari ini."

"Jangan mikir negatif dulu, kali aja dia telat."

"Bosan gue beri dia nasihat, Man. Bingung gue cara berpikir Dirga gimana.”

"Jangan dibawa emosi, santai aja."

Pak Efendi berjalan masuk kelas menuju kursinya, lalu duduk. Dia mulai mengabsen satu per satu muridnya pagi ini. Akan tetapi, nama Dirga sengaja dilewatkan begitu saja, karena memang ketika masuk tadi tak ada raut wajah siswa itu terlihat. Selesai mengabsen semua murid, Pak Efendi segera memberikan materi.

"Assalamualaikum, Pak," ujar Dirga terengah-engah setelah berdiri di depan kelasnya. Dia mengatur kembali napasnya. “Maaf, saya telat, Pak,” lirihnya.

Dirga tertunduk berdiri di depan pintu berharap Pak Efendi memberikan keringanan atas keterlambatan masuk ke kelas. Dirga mengakui kesalahannya kali ini. Kenyamanan di atas kasur membuatnya kembali mendapatkan masalah.

"Sini kamu!" panggil Pak Efendi dengan suara membentak.

Dirga berjalan menuju Pak Efendi yang sudah duduk di kursinya. Dengan raut wajah tegang, kini Dirga sudah berdiri menghadap gurunya itu.

"Kenapa telat?"

"Kesiangan, Pak,” jawab Dirga singkat.

"Di rumahmu gak ada jam?"

"Saya gak tidur di rumah, Pak. Saya tidur di tempat Rahman dan di sana ada jam dinding. Sekali lagi saya minta maaf, Pak.”

"Rahman, coba kamu ke depan sini,” suruh Pak Efendi. "Benar Dirga tidur di tempat kamu?" tanyanya ketika siswa yang bernama Rahman itu berada di hadapannya.

"Iya, Pak. Dirga memang tidur di indekos saya,” terang Rahman.

"Kenapa gak bangunin dia kalau mau sekolah hari ini?"

"Udah dibangunin, tapi katanya masih ngantuk, Pak."

Tatapan tajam Pak Efendi kembali terarah pada Dirga yang masih saja tertunduk. Helaan napas gusar guru itu semakin menerangkan bahwa dirinya kesal. Pak Efendi masih menatap Dirga yang seolah santai menanggapi masalah ini.

"Kenapa kamu sampai bisa kesiangan gini?" Guru itu kembali menanyakan hal yang sama seperti sebelumnya. Namun, Dirga lebih memilih untuk diam. Dia tidak mau menjelaskan kalau semalam jalan sama Rafika. Alasan itu tidak efisien dan mungkin akan menambah masalah.

Dirga memutar otaknya memikirkan hal-hal yang masuk akal agar Pak Efendi mengerti dengan keadaannya. Dia melirik ke arah Rafika yang juga sedang memperhatikannya. Dalam hatinya tidak ingin melibatkan Rafika untuk masalah kali ini, tetapi keadaan sangat kepepet. Terlebih otaknya tidak bisa memikirkan alasan yang masuk akal untuk menghindari hukuman.

"Sekali lagi bapak tanya sama kamu. Kenapa kamu bisa sampai kesiangan?!" Nada suara Pak Efendi mulai meninggi. Emosinya mulai memuncak seiring Dirga yang tak kunjung memberikan jawaban.

Sontak saja Dirga kembali tertunduk menghadap ke arah Pak Efendi lagi. Kali ini nyalinya sebagai anak nakal benar-benar ciut, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Berharap ada seseorang yang bisa membantunya atau Pak Efendi ada urusan mendadak agar bisa bebas begitu saja.

"Dirga semalam di rumah saya, Pak. Kami belajar bersama sampai larut malam!"

Seketika Rafika yang berada di kursinya berdiri mengatakan hal itu. Dia mencoba membantu Dirga memberikan alasan agar terbebas dari hukuman atau setidaknya hukuman diringankan. Dengan beraninya Rafika mengatakan hal itu pada Pak Efendi. Jelas saja hal itu membuat seisi kelas heran. Mereka semua menatap ke arah Rafika yang sedang berdiri mengarah Pak Efendi, termasuk juga Ayu.

"Benar seperti itu Dirga?" Kembali Pak Efendi bertanya langsung pada Dirga.

Diandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang