Malam Minggu, waktu yang pas untuk bersenang-senang bagi kaum muda terkhususnya. Kegiatan apa pun bisa mereka lakukan asal itu membuat bahagia. Inilah malam yang ditunggu-tunggu para kaum muda, mereka menikmati malam Minggu dengan menghabiskan waktu panjang tanpa mengkhawatirkan apa pun.
Dirga masih berada di tempat Rahman. Mereka berdua sedang menyibukkan diri dengan ponsel masing-masing. Dirga sendiri lebih memilih melihat status orang-orang yang ada di Whatsapp-nya. Malam ini dirinya ingin merasakan kebahagiaan dan melupakan semua masalah yang terjadi.
Ketika jari lagi naik-turun melihat beberapa status teman-temannya, tiba-tiba saja Dirga mendapatkan video call. Cowok itu mengerutkan dahinya heran melihat nama si penelepon. Sedetik kemudian senyumnya tersimpul lalu menerima panggilan itu.
“Assalamualaikum, Om!” sapa Ayu.
“Waalaikumsalam, Tante!” balas Dirga tergelak.
“Eh, sialan! Gue belum tante-tante, Di.”
“Lo manggil gue 'om', berarti gue manggil lo 'tante'.”
“Dih! Oh iya, kenapa lo minggat waktu jam pelajaran Olahraga?”
“Em ....” Dirga bingung harus menjawab apa. Dia terus berpikir mencari jawaban yang pas atas pertanyaan Ayu barusan. “Itu, Yu ....”
“Em, itu, yang jelas.” Ayu berkata cepat.
“Oh iya, kenapa lo galau malam ini? Jangan galau, Yu. Gue ada solusinya biar lo nggak galau lagi. Mau gak?” tanya Dirga sengaja mengalihkan pembahasan.
“Apa solusinya?” tanggap Ayu cepat.
“Biar setiap malam Minggu nggak pernah galau lagi, gimana kalau lo jadian aja sama Udik. Kan, lumayan tuh si Udik gantengnya kelewatan. Biar cantik lo yang kelewatan itu bisa ngimbangin gantengnya dia.” Dirga tergelak puas melihat wajah Ayu kecut.
“OGAH!”
Penolakan Ayu membuat Dirga tergelak semakin puas. Rahman yang berada di samping Dirga pun ikut tertawa saat melihat wajah Ayu di layar ponsel milik temannya.
“Eh, lo jangan bikin gue marah ya, Di. Kalau masih ngetawain, gue bakal laporin ke Tante Wulan kalau lo minggat saat jam pelajaran Olahraga. Biar sekalian nambah masalah lo. Gue gak mau berbaik hati.” Ancaman yang diberikan Ayu tak membuat Dirga keder.
“Kasih tahu aja, gue gak takut. Lagian emang disengaja kok pulang duluan biar ngelihat apa orangtua gue masih peduli waktu dapat surat panggilan. Gue mau tahu apa mereka masih peduli sama sekolah anaknya. Silakan kalau mau ngaduin, gue malah berterima kasih,” jelas Dirga serius.
“Lo gila, Di? Ngapain disengaja! Gue tahu lagi gini, tapi tindakan lo itu gak bikin dapat perhatian. Malahan nanti bisa jadi lo dikeluarkan dari sekolah. Lo gak mikir ke situ, Di!”
“Lo gak tahu apa yang gue rasain, Yu. Jadi gak usah maksain perasaan lo buat ngertiin gue. Gue sendiri tahu apa yang dilakuin ini bisa buat semuanya jadi tambah kacau, tapi cuma satu yang gue mau, Yu ... cuma satu. Orangtua gue dateng ke sekolah buat ngurusin semuanya, biar tahu apa mereka masih peduli sama sekolah gue. Gue gak mau, Yu, setiap hari orangtua gue gak pernah nanyain ‘gimana di sekolahnya tadi, ada masalah apa nggak?’. Gue gak pernah ditanya seperti itu, Yu!”
“Ingat, lo gak pernah sendirian. Ada gue dan semuanya yang mau ngebantu lo buat nyelesain masalah ini. Lo harus ngelibatin kita, Di.”
Dirga menghela napas berat lalu memaksakan diri untuk tersenyum. “Iya, Yu,” lirihnya.
“Lo harus tetap semangat, Di. Jangan buat masalah ini jadi beban di kehidupan lo. Kita akan bantu sebisa mungkin. Gue janji bakal terus ada di saat lo butuhin.”
“Iya, Yu. Terima kasih.”
“Kalau begitu gue mau lanjut nonton drama Korea lagi, Di. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, Yu.” Setelah menjawab salah dari Ayu, Dirga memutuskan sambungan telepon mereka.
Tak lama kemudian, dari luar terdengar suara motor berhenti tepat di depan indekos Rahman. Dirga berdiri untuk membuka pintu melihat siapa yang datang. Helaan napasnya seakan seperti orang kecewa.
“Eh, Di. Itu muka kenapa kusut amet?” tanya Udik mendekati Dirga di ambang pintu.
“Siapa yang dateng, Di?” Rahman bertanya dari dalam.
“Orang ganteng, Man,” jawab Dirga cepat.
“Oh, si Rangga AADC?” Rahman kembali memberikan pertanyaan.
“Bukan yang aslinya, tapi KW. Eh, tunggu dulu. Bukan KW, tapi plagiat.” Dirga tergelak puas.
“Ah, lo kalau ngejek temen bahagia mulu. Minggir, gue mau terbang.” Udik menyingkirkan Dirga yang menghalangi jalannya. Dia masuk lalu duduk di samping Rahman. Dirga pun ikut bergabung.
“Dikira Superman kali bisa terbang,” sambung Dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra [Completed]
Fiksi Remaja"Jadi guru Bahasa Inggris, ya, Di?" celetuk Udik dari tempatnya, "Dirga mau ngajarin arti kata i love you pada Rafika tuh, Pak," lanjutnya. "Bukan, Dik," balas Dirga, "gue mau jadi guru Sejarah aja, biar bisa ngajarin Rafika gimana perjuangan mendap...