Part 1

1.3K 173 132
                                    

Hari ini terlihat mobil sedan berwarna biru sudah memasuki lingkungan sekolah menuju parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini terlihat mobil sedan berwarna biru sudah memasuki lingkungan sekolah menuju parkiran. Salah seorang turun. Semua murid yang baru datang―sedang berada di parkiran―menatapnya tajam. Tanpa menghiraukan mereka, Dirga berjalan menuju kelasnya begitu saja dengan menyandang sebelah tali tas.

Dirgantara. Selalu menjadi pusat perhatian banyak orang. Bukan hanya karena dia memakai mobil ke sekolah atau selalu terlihat keren, tetapi masalah yang sering diperbuat justru membuatnya semakin dikenal. Rambut panjang, baju dikeluarkan, sering bolos, suka membuat masalah, dan banyak lagi hal buruk lainnya. Berbagai hukuman juga sudah Dirga dapatkan, termasuk surat panggilan.

Kakinya melangkah di sepanjang koridor. Lagi dan lagi mata para siswi yang dilewati mengikuti pergerakannya pergi. Semua siswi yang ada di sana seakan sudah terhipnotis dengan Dirga. Ah, mereka pasti berharap bisa menjadi pacarnya. Akan tetapi, itu sangat sulit untuk mereka, karena dia belum berpikiran untuk kembali mencari pacar. Hanya satu yang pernah mengisi hatinya, itu dulu, saat dia masih kelas sepuluh. Namanya, Indira, sekarang sudah jadi mantan.

Dirga berhenti sejenak untuk melepas hoodie yang dikenakan, lalu memasukkannya ke tas. Mungkin bagi murid SMA Cakrawala Jakarta terkhususnya cewek sudah mengenal siapa sosok Dirga, tetapi mereka hanya mengenal lewat gosip-gosip yang sering beredar di sekolah, kalau kepribadiannya sedikit orang yang tahu. Sulit untuk bisa mengetahui kepribadian dia yang sebenarnya.

"Ah, sialan!" ketusnya ketika menabrak seorang siswi. "Lain kali jalan lihat-lihat!" Dengan sorot mata sinis, Dirga menatap siswi itu.

"Maaf, maaf. Gue gak sengaja," ucap siswi itu sambil mengambil kembali buku-bukunya yang berjatuhan.

"Maaf, maaf!"

Siswi itu kembali berdiri dan menatap Dirga. "Maaf, gue gak sengaja," lirihnya sembari mengulurkan tangan. "Ra―"

"Gak penting gue tahu nama lo," potong Dirga begitu saja. "Lain kali, kalau mau kenalan gak usah pakai acara nabrak-nabrak segala. Basi!" Dirga menyapukan tangannya di hadapan siswi itu lalu pergi begitu saja menuju kelas.

Siswi itu hanya menatap punggung Dirga berlalu meninggalkannya.

"Guys, guys, guys! Ini dia orang yang ditunggu-tunggu ternyata sudah dateng. Eh, gandengannya ke mana, nih?" Rahman, teman akrab Dirga, langsung bersuara.

Mata Dirga tertuju tajam ke Rahman yang sedang duduk di kursi samping Ayu. Dirga mendekati Rahman. Tanpa diduga, dia langsung mencengkeram kerah baju temannya itu dengan raut wajah berang.

"Ngomong apaan lo tadi?!" bentak Dirga.

Amarah Dirga mulai terpancing dengan ulah Rahman yang tadi menanyakan gandengan. Hal yang tidak Dirga sukai adalah selalu ditanya tentang pasangan. Sampai saat ini dia bahkan tidak peduli dengan status jomblo yang dimiliki. Itu memang dirinya sendiri yang belum mau berpacaran lagi setelah kecewa dengan masa lalu.

"Owh, santai dulu, Di," ujar Rahman ketakutan sembari menyingkirkan tangan Dirga perlahan.

"Lain kali omongan lo dijaga, Man." Dirga berlalu menuju kursinya.

"Dateng lo? Ke mana aja kemarin-kemarin?" tanya Udik ketika Dirga sudah duduk di kursinya.

"Benar kemarin-kemarin lo sakit, Di?" Rahman kembali membuka suaranya memberikan pertanyaan setelah duduk di kursi depan Dirga dan Udik.

"Iya, gue emang sakit. Sakit hati!" ketus Dirga.

"Gue serius, Di. Lo ke mana kemarin-kemarin?" Udik kembali menanyakan hal sama setelah mendapatkan jawaban yang tidak sesuai dengan harapannya.

"Gue sakit. Puas lo?"

Entah kenapa saat ini Dirga seperti tidak mood untuk mengobrol. Jawabannya seakan membuat Udik maupun Rahman sedikit merasa kurang nyaman. Dirga terlihat kurang senang ketika ditanya masalah kenapa tidak masuk dalam beberapa hari ke belakang.

"Lo kenapa sih, Di?" tanya Ayu sembari berjalan mendekati mereka bertiga. Dia duduk di kursi samping Rahman. "Kalau ada masalah cerita sama kita, mungkin kita bisa bantu nyelesain masalah lo."

Diandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang