Part 22

278 15 1
                                    

Emosi Dirga terpancing lantaran melihat teman cowok Indira itu terus menggoda Rafika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emosi Dirga terpancing lantaran melihat teman cowok Indira itu terus menggoda Rafika. Padahal jelas bahwa Rafika tidak mau diganggu. Dirga terus menyaksikan apa yang sedang dilihatnya. Bahkan, Dirga melihat cowok itu menggenggam lengan Rafika erat, meski cewek itu memberontak.

Ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi. Dirga melajukan mobil mendekati mereka lalu keluar memukul cowok itu cukup keras, karena Rafika hampir saja dipeluk dengan paksa. Cowok itu tersungkur belum siap menerima pukulan Dirga.

Sementara Indira kaget setengah mati mendapati Dirga ada di hadapannya sekarang. Tangannya gemetar seraya menggenggam ponsel yang sedari tadi merekam.

“Kurang ajar!” teriak Dirga kesal langsung memukul wajah cowok itu beberapa kali.

“Berhenti, Di!” teriak Indira histeris melihat temannya terus dipukul.

“Cukup, Di. Cukup!” Rafika menarik Dirga dengan paksa agar cowok itu berhenti berkelahi. Dirga mundur beberapa langkah.

“Gue peringatin sama lo jangan ganggu Rafika lagi!” Dengan tegas Dirga menunjuk cowok itu. Indira membantu temannya berdiri dan mendapati sudut bibir cowok itu berdarah.

“Lo nggak apa-apa?” tanya Indira panik melihat wajah temannya itu. Indira mengalihkan pandangan ke arah Dirga. “Dirga, lo apa-apaan, sih?!” hardik Indira.

“Lo yang apa-apaan!” Dirga merampas ponsel milik Indira, kemudian menghapus video yang memperlihatkan kelakuan teman cowoknya itu terhadap Rafika tadi. “Jangan pernah ganggu Rafika lagi, atau gue gak akan segan buat nyakitin lo.”

“Kembaliin ponsel gue.” Indira merampas kembali ponselnya dari tangan Dirga.

“Sekali lagi lo bertindak begini ke Rafika, gue gak akan tinggal diam.”

Indira terdiam di tempatnya berdiri. Keinginan untuk bisa kembali dekat dengan Dirga tidak akan pernah terwujud lagi. Harapan itu benar-benar seolah sirna. Indira mulai menangis di hadapan Dirga yang sedang menggenggam tangan Rafika.

“Udah, lo nggak usah nangis di hadapan gue. Lo itu udah keterlaluan!” bentak Dirga menunjuk wajah Indira. “Sekali lagi gue ingetin sama lo, jangan ganggu Rafika lagi, atau gue akan nyakitin lo.”

Tatapan Dirga teralih pada cowok yang sedang memegangi pipi kirinya di samping Rafika. “Untuk lo, jangan pernah buat masalah lagi sama gue atau ganggu Rafika. Kalau nggak, lo akan ngerasain sakit lebih dari ini!”

“Kita pergi sekarang, Di. Cukup, nggak usah diladeni lagi.” Rafika menarik paksa lengan Dirga menjauh. Mereka berdua masuk kembali ke mobil Dirga lalu pergi meninggalkan Indira dan temannya.

Tak ada obrolan selama di mobil. Tak lama, mobil yang dikendarai Dirga berhenti tepat di depan rumah Rafika. Ternyata, di depan rumah itu sudah ada orangtua Rafika yang sedang menunggu anaknya pulang. Orangtua Rafika mendekati mereka berdua yang sudah keluar dari mobil.

“Assalamualaikum, Bunda,” ucap Rafika pada bundanya yang mendekat.

“Assalamualaikum, Tante,” ujar Dirga lalu tersenyum.

“Waalaikumsalam. Nggak mau mampir dulu?” tanya Lisa Anjani, bunda Rafika. Pertanyaan itu tertuju pada Dirga.

Rafika mencium punggung tangan Lisa, begitu juga dengan Dirga melakukan hal serupa. Lisa tersenyum melihat kesopanan teman anaknya.

“Dirga, Tante,” kata Dirga mengenalkan dirinya.

“Panggil aja bunda, jangan tante,” kata Lisa.

“Iya, Bunda.” Dirga tersenyum malu di hadapan Lisa.

“Siapanya Rafika?”

“Temen sekolahnya, Bunda.”

“Sekelas?”

“Iya, Bunda.”

“Gak mau mampir dulu gitu?”

“Kayaknya Dirga udah mau pulang, deh, Bun,” celetuk Rafika begitu saja.

Tahu apa Rafika kalau Dirga ingin pulang? Ah, itu hanya alasan Rafika saja yang masih canggung menyaksikan pertemuan Dirga dan bundanya.

“Serius mau pulang?” Lisa kembali bertanya pada Dirga untuk memastikan.

“Iya, Bunda. Kayaknya Dirga emang mau pulang, deh.” Rafika menyimpulkan keputusan sendiri.

Kerutan di dahi Dirga terlihat jelas. Dia menatap Rafika sebentar, lalu berkata, “Udah, kalau begitu Dirga pulang dulu, Bunda. Mampirnya lain kali aja.” Dirga kembali mencium punggung tangan Lisa.

“Iya, hati-hati di jalan. Oh iya, bunda titip Rafika sama kamu kalau lagi di sekolah. Jagain dia, awas kalau nggak.”

“Kalau nggak emang kenapa, Bunda?”

“Bunda gak izinin kamu dekat sama Rafika lagi.”

“Siap, Bunda. Dirga akan jagain Rafika saat di sekolah.” Dirga tersenyum pada mereka berdua. “Dirga pulang dulu, ya, Bunda. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam,” jawab Lisa.

“Waalaikumsalam,” jawab Rafika tersenyum malu.

Dirga segera pergi meninggalkan mereka.

Diandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang