Kembali ke hari Senin. Dirga tetap santai bersekolah meski pikirannya terus terganggu dengan hukuman yang akan diterima nanti lantaran minggat saat pelajaran Pak Alvin. Sampai istirahat kedua Dirga tak kunjung dipanggil oleh guru BK ataupun Pak Burhan.
Kini Dirga dan kedua temannya sedang berada di kantin asyik mengobrol. Namun, seketika waktu mereka terganggu lantaran kedatangan Ayu dan Rafika. Kedua siswi itu langsung menghampiri Dirga.
"Lo dipanggil Pak Burhan tuh, Di," kata Ayu memberitahukan.
Rahman dan Udik langsung terkesiap mendengar kabar itu. Mereka mulai was-was kepikiran tentang hari di mana membantu Dirga minggat. Keduanya tertunduk mencoba menghindari kontak mata dengan Ayu ataupun Rafika. Mereka takut terlibat dalam masalah ini.
"Iya, Di. Lo dipanggil kepala sekolah sekarang. Tadi ada anak kelas sepuluh ke kelas nyariin lo buat nyampein pesan ini," ucap Rafika.
"Masalah pelajaran Pak Alvin, ya, Di?" tanya Ayu memastikan.
Dirga menghela napas pasrah lalu berdiri. "Kayaknya sih begitu," jawabnya santai.
"Buruan sana temuin kepala sekolah."
"Iya, Yu." Dirga segera berlalu meninggalkan mereka menuju kantor.
Setibanya di kantor, Dirga sudah ditunggu Pak Burhan yang terlihat sedang duduk di meja depan kantor bersama guru-guru lainnya. Dirga bingung lantaran ternyata di situ juga ada Bu Resti, wali kelasnya, sedang mengobrol. Dengan langkah yang santai Dirga mendekat.
"Ayo masuk ke ruangan bapak," kata Pak Burhan setelah Dirga mendekatinya. Pak Burhan berjalan lebih dulu, Dirga mengikutinya.
Sekarang Dirga sudah duduk di hadapan Pak Burhan. Bu Resti yang baru saja masuk ke ruangan langsung duduk mendekati Dirga. Masalah apa lagi yang akan dihadapi Dirga kali ini?
"Begini, saya dan Bu Resti sudah menerima laporan dari Pak Alvin bahwa kamu minggat ketika jam pelajarannya. Dia sudah memeriksa pelajaran-pelajaran sebelumnya dan kamu hadir, tapi kenapa saat masuk jam pelajaran Olahraga kamu malah minggat?" tanya Pak Burhan langsung ke intinya.
"Begini, waktu itu saya lupa bawa seragam olahraga. Nah, kalau murid yang nggak bawa seragam olahraga gak bakal diabsen sama Pak Alvin. Daripada gak diabsen, mending saya pulang duluan, Pak. Begitu penjelasannya," jelas Dirga dengan santainya.
"Kamu menjelaskan begitu santainya. Mudah sekali mencari jawaban. Asal kamu tahu, guru BK sudah tidak mau lagi mengurusi masalah kamu. Sekarang setiap ada permasalahan yang berhubungan dengan kamu, bapak sendiri yang akan menyelesaikan. Kamu mau dikeluarkan dari sekolah ini?" Nada bicara Pak Burhan sedikit menekan.
"Terserah Pak Burhan saja mau memberi hukuman apa kepada Dirga. Saya sebagai wali kelasnya hanya mengikuti apa yang menjadi keputusan Pak Burhan, bahkan kalau Dirga harus dikeluarkan dari sekolah ini saya terima, Pak," lirih Bu Resti merespons perkataan Pak Burhan barusan.
Sontak saja ancaman dari Pak Burhan langsung membuat Dirga kaget setengah mati. Ditambah lagi Bu Resti yang tidak mau membela Dirga lagi kali ini. Sebagai wali kelas, Bu Resti hanya bisa mengikuti keputusan kepala sekolah. Benarkah Dirga akan dikeluarkan dari sekolah ini?
"Pak ...." Dengan suara berat, Dirga kembali berbicara memasang wajah menyedihkan. Dirga sangat berharap kalau ancaman Pak Burhan tadi hanya main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra [Completed]
Teen Fiction"Jadi guru Bahasa Inggris, ya, Di?" celetuk Udik dari tempatnya, "Dirga mau ngajarin arti kata i love you pada Rafika tuh, Pak," lanjutnya. "Bukan, Dik," balas Dirga, "gue mau jadi guru Sejarah aja, biar bisa ngajarin Rafika gimana perjuangan mendap...