Tidak ada yang menarik dari seorang Lee Jihoon kecuali segudang prestasi yang membuat para guru bangga terhadapnya. Gadis itu tidak banyak bicara, tapi terus menambah deretan piala pada etalase sekolah. Dan hari ini, satu lagi piala olimpiade dari seorang Lee Jihoon yang akan terpajang di etalase sekolah. Tidak ada yang spesial. Tidak ada yang memberi ucapan selamat selain para guru. Tidak ada pelukan hangat dan kalimat-kalimat manis atau penyemangat lainnya. Semua disekolah cukup tahu dan mengatakan bahwa itu hal biasa bagi seorang Lee Jihoon.
Jihoon kembali kekelasnya tanpa ingin tahu apa yang terjadi disekitarnya. Gadis itu berhenti sejenak, melihat lelaki diujung sana, dekat pintu kelasnya dengan bersandar pada dinding dan memainkan sepatunya dilantai sekolah.
"Jihoon-ah" sapa lelaki itu saat Jihoon mendekat. Mata lebarnya menatap Jihoon penuh semangat tak lupa bibirnya terus tersenyum manis. "Selamat untukmu" -ah, hanya lelaki ini yang tidak bosan memberinya ucapan selamat- dengan cengirannya serta memeluk tubuh Jihoon.
"Oppa. Stop it" Seungcheol mencebikkan bibirnya. Selalu seperti ini saat ia memberikan ucapan selamat.
"Aku hanya mengucapkan selamat-"
"Aku tidak akan selamat dari Jeonghan eonnie-"
"Itu bukan Jeonghan-"
"Tapi fans Jeonghan eonnie dan dirimu yang akan membunuhku" jika Jihoon tidak mengucapkannya dengan nada dan ekspresi datar, mungkon Seungcheol akan tertawa. Tentu saja sebenarnya itu salah satu bentuk rengekkan Jihoon yang tidak orang ketahui.
"Aku akan mentraktirmu es krim di kedai biasanya-"
"Ajak jeonghan eonnie"
"Tentu saja! Pulang sekolah segera kesana ya, lalu akan antar pulang ke rumah samchon-"
"Aku pulang sendiri"
"Bisa tidak kau tidak memotong pembicaraanku Lee Jihoon! Astaga.." Satu alis Jihoob terangkat. "Okey okey, terserahmu. Yang pasti ke kedai es krim nanti pulang sekolah" anggukkan singkat dan Jihoon masuk ke dalam kelas. "Heuh~ aku tidak percaya memiliki sepupu seperti itu. Kadang menyebalkan dan kadang tidak tergapai"
.
.
.Soonyoung menghadang jalan Jihoon saat pulang sekolah, tentu saja dengan maksud Jihoon pulang bersamanya. Tetapi Jihoon membalikkan tubuh dan berjalan menjauhi Soonyoung.
"Jangan kekanakan Jihoon" niat untuk meneruskan langkah Jihoon terhenti, saat ujung mata semi sipit menangkap siluet Eunbi berada didekat mereka. Tapi justru Soonyoung yang mendekat kearahnya dan berhenti dihadapannya. Ujung bibirnya sedikit terangkat, bermain sedikit tidak akan menimbulkan masalah kan?
"Pulang sekarang denganku atau-"
"Soonyoungie, kenapa mangajaknya pulang?" gotcha!
"Bukan maksudku-"
"Aku melihatnya sendiri Soonyoung kau yang mendekati gadis sombong ini" telunjuk dengan kuku bercat merah itu mengarah pada Jihoon. Dengan memutar bola mata malas Jihoon beranjak pergi, meninggalkan sepasang kekasih tidak penting itu. Oh ayolah, siapa yang mau menjadi pendengar roman picisan di sore melelahkan ini.
Kaki mungilnya melangkah ringan keluar gerbang menuju halte terdekat. Tepat ketika dirinya duduk dihalte Seokmin mendekat dan memberikkan sekaleng cola didepannya dengan cengiran khasnya.
"Untuk ucapan terimakasih karena noona mau membantuku kemarin hehehe" Seokmin membulatkan matanya, dihadapannya Jihoon tersenyum manis. Sangat manis. Dan terlalu manis, karena dirinya langsung diserang shock.
"Tidak masalah"
"Ah noona~ jangan tersenyum seperti itu~ Aku langsung meleleh melihat noona tersenyum semanis itu~" rengeknya. Jihoon terkekeh melihat tingkat adik tingkatnya. "Oh! Noona mau langsung pulang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mask (Complete)
Fiksi RemajaYang jahat tidak selamanya jahat. Yang baik tidak selamanya baik. Lee Jihoon Kwon Soonyoung