3

2K 301 3
                                    


   Jihoon bukan gadis tidak bertanggung jawab. Meskipun bukan dirinya yang menerima hukuman, tetapi ia akan tetap menunggu hingga Eunbi selesai dengan hukumannya untuk pulang. Bukan pulang bersama, hanya ada setitik rasa bersalah yang menghinggapinya.

  Hari ini adalah hari terakhir masa pelayanan masyarakat Eunbi. Dan Jihoon bahkan pulang lebih lambat dari Eunbi. Ingatkan bahwa Jihoon harus mempersiapkan olimpiadenya. Dan hari ini ia memforsir habis tenaga dan pikirannya untuk ujian olahraga dan latihan mengerjakan soal olimpiade. Sebenarnya bukan hal sulit bagi Jihoon untuk belajar matematika atau bahkan mata pelajaran lain, hanya ia terlalu lemah dibagian olah tubuh. Ia akan mudah lelah, meskipun tidak separah demam atau bahkan pingsan. Biasanya ia akan sakit kepala berlebih dan lemas, dengan wajah yang sedikit lebih pucat dari biasanya pada keesokan harinya.

   Jihoon memilih ngerjakan soal latihan diatap sekolah. Tentu saja karena suasananya yang tenang dan sejuk. Membuatnya lebih mudah berkonsentrasi. Ia sedang tidak ingin memikirkan Eunbi ataupun Soonyoung, jadi menyumpal kedua telinganya dengan headphone merah kesukaannya menjadi pilihan terbaik.
.
.
.

  Ponsel Jihoon bergetar, nama Soonyoung tertera disana. Pesan singkat dari lelaki itu menanyakan keberadaan Jihoon. Helaan napas terdengar sedikit berat dari bibir mungilnya. Ia paham apa yang akan Soonyoung katakan. Biasanya lelaki itu akan mengantarnya pulang dan dalam perjalanan akan membicarakan sesuatu yang sangat tidak ingin Jihoon dengar.  Benar saja, Soonyoung meminta Jihoon pulang bersama.

   Keadaan didalam mobil itu cukup menegangkan. Dan belum ada satupun dari Jihoon maupun Soonyoung yang bersuara hingga Soonyoung memutar kemudi mobilnya kearah yang berbeda dari rumah Jihoon. Itu apartement Jihoon.

  "Kemana ini?"

  "Apartemenmu tentu saja" kedua mata Jihoon membulat. Tidak ada satu orang pun yang tahu tentang apartemennya.

   "Bagaimana kau tau? Putar balik Soonyoung, kembali kerumah atau berhenti disini!" dan Soonyoung kembali menepikan mobilnya dengan mendadak.

   "Kau pikir kau dapat menyimpan rapat semua rahasiamu? Lalu sekarang, apa kau puas Jihoon?" ahh..  Jihoon tahu arah pembicaraan ini. Gadis itu memilih bungkam.

  "Apa kau tidak lelah dengan segala macam bentuk olimpiade-olimpiade itu? Berikan kesempatan itu pada Eunbi,  dia butuh agar ia dapat melanjutkan studinya Jihoon" apa Jihoon tidak salah dengar? Bahkan suara pemuda itu nampak melembut dan memohon.

  "Aku juga butuh Soonyoung" Pikiran gadis itu melayang pada beberapa bulan lalu. Sang ayah menjanjikan dirinya bebas memasuki studi musik jika ia berhasil mempertahankan prestasinya. Jika tidak? Tentu saja ia harus masuk kedokteran agar dapat melanjutkan rumah sakit sang ayah.

  "Jangan jadi egois Jihoon" kalimat yang sering Jihoon dengar. "Kau sudah memiliki segalanya Jihoon! Kau memiliki kasih sayang orang tuanya! Kau memiliki prestasinya! Bahkan kau memiliki aku dengan paksa!" terbawa emosi membuat Soonyoung tidak bisa mengontrol nada suaranya. Senyum miring tercetak dibibir kucing Jihoon.

  "Kau salah Soonyoung. Pertama, dia yang merebut orang tuaku. Kedua, dia yang merebut kebahagiaan dan mimpiku. Dan ketiga, dia merebut.. cinta pertamaku" Soonyoung kembali bungkam. Ini kali pertama gadis itu membahas masalah percintaan. Dan Soonyoung melihatnya, ia bersumpah ia melihat bagaimana mata jernih gadis itu mendadak sedih dan kecewa. Apalagi lirihan diakhir kalimat itu, entah mengapa membuatnya tidak nyaman. "Aku memang ingin egois Soonyoung. Dan kau tidak berhak apapun tentang itu"

  "AKU BERHAK Jihoon! Jika kau lupa aku berhak! Aku bahkan berhak mengaturmu dan Eunbi! Aku memiliki hak itu Jihoon!" Sungguh ini kali pertama Soonyoung mengatakan itu. Baru kali ini ia mengakui haknya.

  "Lihat? Bukankah kau yang egois? Kau memonopoli kami Soonyoung. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika Eunbi tahu rahasia kekasih nya ini sampai terbongkar" Soonyoung tertawa, tapi tawa itu mengerikan untuk Jihoon

  "Kau berniat membeberkan segalanya? Oh bagus! Sekarang aku mulai mengerti strategimu Jihoon. Kau akan mengancamku? Membeberkan semua rahasia ini? Kau siap dikucilkan satu sekolah? Ingatlah Jihoon yang mereka tahu adalah aku kekasih Eunbi! Ingat itu!"

  "Ya kau..kekasihnya. Dan ingatlah, bahwa Eunbi yang kau cintai itu bahkan telah merenggut segalanya dariku. Dan suatu saat akan aku ambil itu!" Sengaja Jihoon tatap manik Soonyoung. "Terutama kebahagiaan dan cinta pertamaku. Kau tau aku juga perempuan yang ingin merasakan bahagia dicintai dan mencintai Soonyoung"

Mask (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang