29

1.8K 256 9
                                    

    Soonyoung sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Ia menunggu Jihoon bersiap disofa. Tapi gadis itu tidak muncul-muncul juga. Dan kamar itu sudah kosong, mengedarkan maniknya ke seluruh kamar Jihoon lalu pada gantungan kunci di samping lemari pendingin. Jihoon sudah berangkat, menggunakan mobilnya sendiri. Rasa bersalah kembali mendatanginya. Sial, masalah kembali datang karena dirinya sendiri.

  Soonyoung akui, ia masih belum memiliki rasa apapun pada Jihoon bahkan hingga saat ini. Tapi disaat yang bersamaan ia benci jika Jihoon menjauhinya. Katakanlah ia masih labil, bagaimanapun jika ia masih dalam masa adaptasi dengan lingkungan dan perasaan baru yang dibuat untuknya. Geram, ia memukul setir mobilnya kuat-kuat. Ia harus bicara pada Jihoon agar masalah ini selesai.

.

.

.

   "Kwon Soonyoung!" itu Jun. Temannya yang mendapat lokasi bakti sosial di Jeju. "Bagaimana bakti sosial kelompokmu kemarin?"

   "Lumayan, banyak kasus baru untuk menjadi pengalamanku" keduanya duduk dibangku taman bawah pohon rindang sambil memperhatikan mahasiswa lain yang berlalu lalang sambil menenteng buku, jas lab, atau preparat lainnya.

   "Ah! itu Jihoon! JIHOON-AH!" gadis yang dipanggil hanya menoleh dengan wajah datarnya lalu melanjutkan langkah pergi begitu saja. Dengan blouse berwarna putih dan outer abu miliknya gadis itu pergi ke gedung patologi. "Kau sedang bertengkar dengannya?" Jun menelisik raut temannya yang terus memperhatikan Jihoon itu. 

  "Mungkin" jawaban ambigu Soonyoung membuat Jun mengerutkan alisnya.

   "Apa maksudmu?"  lelaki sipit didepannya itu terdiam. Tidak tahu harus bercerita atau harus ia simpan sendiri. Tapi ia rasa, tidak seharusnya ia membagi masalah pribadinya pada orang lain. Terutama itu menyangkut Jihoon.

.

.

.

   Jihoon baru saja keluar dari ruangan Profesor Hwang dan melihat Soonyoung menyandar pada dinding seberang menunggunya keluar. Jihoon menghiraukannya, membuat Soonyoung mengikuti langkahnya cepat sebelum gadis itu kembali menghilang dna menghindarinya.

   "Aku minta maaf" langkah Jihoon terhenti. Mengambil kesempatan, Soonyoung memposisikan diri didepan Jihoon. "Aku minta maaf padamu tentang kemarin" kedua manik itu berada pada satu garis lurus.

   "Dua kali"... "Dua kali kau berbuat salah, dua kali pula kau meminta maaf"

  "Aku-"

  "Dengan kesalahan yang sama" Ya. Itu benar. Dua kali kesalahan yang sama telah Soonyoung lakukan.

   "Geurae, aku akan memberikan alasan aku melakukan itu" diraihnya kedua lengan Jihoon. "Aku dalam masa adaptasi, ani- maksudku kita. Sebelumnya kita memiliki kehidupan masing-masing, dan sekarang kita seakan harus berbagi semuanya apalagi dengan status yang tiba-tiba ada diantara kita. Disatu sisi aku ingin berusaha untuk menerima keadaan dan keberadaanmu disekitarku. Tapi aku juga memiliki rasa egois yang masih ingin menjadi dan menjalani kehidupan Kwon Soonyoung yang dulu" kepala lelaki itu tertunduk sesaat sebelum kembali menatap Jihoon dan menariknya kedalam sebuah pelukan. Hangat. 

    "Aku benar-benar minta maaf padamu. Kita sudah jalani hingga sejauh ini. Kuharap kita bisa memperbaiki keadaan diantara kita. Sekali lagi maafkan aku"

.

.

.

   Wonwoo sedang menunggu Mingyu yang sedang menghadap Profesor Shin dan baru kembali dari toilet ketika melihat Jihoon dan Soonyoung berpelukkan di koridor sepi itu. Ia menghela berat. Teman mungilnya itu bahkan sudah sangat susah ia temui sekarang, padahal dorm keduanya bersebelahan. Hanya dari Mingyu lah ia mendapat berita mengenai Jihoon dan Sooonyoung.

Mask (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang