Para staff ER sedang mengerubungi Soonyoung, menanyakan perihal kecelakaan yang dialami orang tuanya kemarin. Jam istirahat siang ini para staff ER memilih untuk bersantai di ruang istirahat ER. Merebahkan tubuh sejenak di kasur tingkat dan segelas kopi, teh atau coklat hangat untuk meningkatkan gula darah mereka. Begitu juga Jihoon yang memilih segelas kopi untuknya. Tidak sebelum Seowon merebut gelas kopi panas beraroma sangat harum itu.
"Jangan kopi" mendesah malas. Ia berusaha mengambil kembali kopinya.
"Aku belum tidur semalam Seowon. Aku butuh kopi" meletakkan kopi diatas meja lalu mendorong Jihoon pada salah satu kasur bawah yang kosong. Membaringkan gadis itu lalu duduk ditepi ranjang.
"Kau hanya butuh tidur. Bukan kopi"
"Kita tidak punya banyak waktu. Kopi pilihan paling efisien saat ini" kedua alis Seowon menukik melihat sendiri betapa keras kepalanya Jihoon, selama ini ia hanya mendengar dari Mingyu tentang Jihoon. Dan kini ia paham, gadis perfectionist nan keras kepala ini benar-benar ada dan disekitarnya. Ia kemudian berdiri dan mengambil infus set lalu memasangkannya pada Jihoon. "Mwoya?"
"Ini paling cepat Jihoon. Infus, lalu makan, dan minum vitamin. Tidak ada penolakan" manik Jihoon mengamati Seowon dari atas sampai bawah. Tidak pernah sekalipun dalam benak Jihoon terpikirkan untuk mengenal Seowon, meskipun mereka satu angkatan dan satu fakultas. Pikirnya sekedar tahu saja cukup, tapi ternyata justru kini mereka terjebak menjadi satu kelompok selama hampir satu bulan. Terlalu banyak bicara dan terlalu banyak ingin tahu, mungkin itu yang dapat Jihoon deskripsikan jika ditanya bagaimana Lee Seowon itu. Selalu sarapan porsi double dengan sereal dan susu pada ronde pertama dan nasi pada ronde kedua.
Jihoon tahu, mata temannya itu tertuju pada cincin pertunangannya. Seowon adalah lelaki yang terlalu peka pada sekitar. "Jangan lupa untuk melepas itu saat di OR, Jja! Selesai!"
.
.
.
Jihoon baru memejamkan matanya pukul empat pagi, tapi ponselnya sudah berbunyi dengan brutal sejak tadi. Dengan mata masih tertutup rapat, dirabanya lantai sebelah kasur tempatnya meletakkan ponsel dan laptop.
"Yeoboseyo"
"Jihoon-ah, kau di dorm? ER sedang sibuk karena terjadi kecelakaan ambruknya salah satu jembatan dipesisir pantai. Korban dalam perjalanan menuju rumah sakit. Tolong segera kemari" dan panggilan itu langsung terputus. Jihoon mengacak rambutnya sebal dan mendengus keras. Mandi dengan cepat dan berlari ke rumah sakit, mengingat rumah sakit tempatnya bakti sosial adalah satu-satunya rumah sakit di pulau Jebu, mau tidak mau membuat mereka lebih sibuk dari normalnya ER pada rumah sakit lain. Berlari cepat menyimpan barangnya diloker dan memasuki ER yang sudah siap menerima pasien. Rambutnya ia ikat tinggi, tapi ia mendesah sebal. Kacamatanya tertinggal, hal ini akan menyulitkannya.
Tidak lama dua orang pasien datang, keduanya seorang anak kecil yang sepertinya sempat tertimpa reruntuhan jembatan. Lalu tiga pasien anak-anak juga menyusul datang. Taejoon saem dan dokter serta staff yang lain sibuk menangani pasien. Jihoon sedang melakukan intubasi pada salah seorang anak.
"Hati-hati pada gigi depannya!" kedua tangannya terhenti sesaat. Sepasang wanita dan pria berada didepannya, mungkin orang tua korban. Teriakkan wanita itu sempat menarik perhatian orang-orang di ER. Jihoon kembali memasangkan intubasi lalu mengecek kembali keadaan pasien. Kemudian dia memcoba menanyakan pada Taejoon saem yang menangani pasien di sebelahnya.
"Saem, sebaiknya dilakukan foto pada bagian kepala dan dadanya. Tangan dan kakinya tidak merespon tapi matanya masih merespon"
"Bawa ke bagian radiologi, mintalah bantuan Byun saem disana. Bilang atas namaku. Ambil suratnya di perawat Yoon" gadis itu mengangguk kecil lalu pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mask (Complete)
Teen FictionYang jahat tidak selamanya jahat. Yang baik tidak selamanya baik. Lee Jihoon Kwon Soonyoung