"Kau dan segala pemikiranmu benar-benar membuatku tidak mengerti" Eunbi menggelengkan kepalanya tidak paham. Jihoon benar-benar terasa semakin jauh sekarang. Gadis itu nampak jauh berbeda dengan Jihoon kecil yang dikenalnya dulu. Jihoon kecilyang akan lebih memilih bungkam daripada meluapkan emosinya kini berubah menjadi Lee Jihoon yang sangat tidak terduga pemikiran dan tindakannya. Jihoon yang sekarang sangat berani mengambil langkah diluar zona nyamannya, hingga membuat Eunbi mulai takut pada Jihoon. "Apakah tidak cukup bagimu mengambil segala atensi orang-orang disekitar kita untukmu seorang? Kau juga telah memiliki Soonyoung yang sangat membuatku sakit hati. Tidakkah itu cukup bagimu?"
"Apa kau pikir itu cukup?" seringai kecil muncul dibibir tipis Jihoon.
"Kau bahkan menjadikkanku orang yang paling butuh dikasihani satu sekolah saat Soonyoung menerima perjodohan denganmu. Setiap hari aku mendapat tatapan kasihan oleh semua orang di sekolah, Jihoon"
"Jadi kau merasa dirimu yang paling tersakiti?" Eunbi benar-benar merasa takut sekarang, Jihoon tiba-tiba tertawa kencang setelah menangis seperti tadi. Benar-benar berubah 180 derajat dalam beberapa menit. "Geurae, Akan kukabulkan. Kau dan segala rasa tersakitimu itu, akan segera kau dapatkan"
.
.
.
Eunbi dan Soonyoung nampak lelah duduk dibangku depan ruang rawat inap Kwon eommoni saat Jihoon datang. Keduanya sepertinya ketiduran dengan kepala sang perempuan bertumpu pada pundak sang lelaki. Tiba-tiba seorang dokter dan beberapa suster berlari memasuki ruangan Kwon eommoni. Suara riuh itu membangunkan Soonyoung dan Eunbi. Mata sipit Soonyoung menatap bertanya pada Jihoon yang berdiri dekat pintu rawat inap Kwon eommoni dan langsung diputus kontak matanya oleh Jihoon. Gadis mungil itu bersandar pada dinding samping pintu ruang inap Kwon eommoni sambil bersidekap tangan. Wajah tanpa ekspresi itu membuat Eunbi sedikit trauma akan tatapan Jihoon padanya pagi tadi. Dibalik kacamatanya Jihoon memejamkan matanya sejenak. Doa turut ia panjatkan demi keselamatan Kwon eommoni, lagipula hanya itu yang bisa ia lakukan. Terpejamnya kedua manik kelam itu diartikan lelah oleh Soonyoung, hingga Soonyoung berdiri dan membawa Jihoon untuk duduk disampingnya.
Hal ini terjadi tepat dihadapan Eunbi. Rasa sesak itu kembali datang, membuat Eunbi merasa sangat tidak nyaman. Manik cokelatnya ia lemparkan ke segala arah demi menghindari pemandangan ini. Bibirnya ia lipat kedalam, menahan getar nyeri yang kembali memenuhi hatinya.
"Aku menemui abeoji tadi pagi saat kau pergi" Soonyoung masih menatap pintu rawat inap ibunya. "Abeoji ingin kita bersiap-siap" sontak Jihoon menoleh dan menelisik raut Soonyoung. Lelaki disampingnya itu mengeluarkan sebuah kotak kecil berlapis kain beludru berwarna navy dan meletakkannya dipangkuan Jihoon. Jemari cantik Jihoon bergetar menyentuhnya, mendadak tubuhnya kaku. Kalimat yang ingin ia ucapkan tertahan begitu saja, lidahnya mendadak kelu. Didepannya terlihat sepasang cincin yang nampak simple namun manis, dengan ukiran nama mereka dibagian dalamnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.