Eunbi mengedarkan pandangannya mencoba mencari seorang gadis yang sangat ingin ia temui. Ia melangkahkan kakinya menuju tribun paling atas lapangan futsal terbuka saat manik cokelat yang kali ini tidak tertutupi apa pun menangkap sosok Jihoon berdiam dengan buku bacaannya. Ia duduk di samping Jihoon.
"Jihoonie"
TAK ... Buku tebal itu Jihoon tutup kasar dengan tangan kanannya.
"Kita tidak sedekat itu"
Eunbi mengalah. Benar. Mereka tidak sedekat itu untuk memanggil sapaan seakrab itu.
"Benarkah kau menerima perjodohan itu untuk merebut Soonyoung dariku?"
"Apa yang ingin kau dengar dariku?"
"Jihoon, aku benar-benar ingin memintamu untuk membatalkan perjodohan itu. Aku sangat mencintai Soonyoung, dan hanya dia yang aku inginkan" Eunbi tak lagi bisa menahan perasaannya.
"Kau menginginkannya karena mencintainya atau kau mencintainya karena menginginkannya?"
"Jihoon. Berhenti bermain-main. Hanya kali ini saja, tidak bisakah kau membiarkanku bersama Soonyoung?" air mata turun dari manik cokelat muda milik Eunbi, gadis itu berusaha memohon pada Jihoon. Ia takut tidak dapat melanjutkan hidupnya tanpa Soonyoung. Meskipun ia memiliki orang tua, tapi keduanya sibuk. Tuan Lee sangat sibuk dengan perusahaan, sedangkan ibunya sibuk mengurus butik dan mencoba melakukan pendekatan pada Jihoon. Ah! Jihoon lagi! "Aku akan lakukan apa pun untuk mu Jihoon, kumohon" menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya didepan dada. Eunbi mulai sesenggukkan.
"Kau yakin?" mengangguk heboh saat Jihoon bertanya. Gadis Lee itu berdiri, menghempaskan tangan Eunbi yang menggenggam pergelangan tangannya. Sepersekian detik terlihat manik hitam dibalik kacamata itu kosong, sebelum kembali menatap tajam Eunbi. "Kembalikan ibuku"
.
.
.
Ujian kelulusan telah berlangsung seminggu lamanya. Jihoon duduk di barisan kedua dari depan sesuai dengan nomor pelajarnya. Kantung mata tercetak jelas pada seluruh siswa, tentu saja mereka belajar dengan giat untuk dapat masuk universitas negeri. Terutama mereka yang harus melalui beberapa tes kelulusan. Meskipun Jihoon dan Wonwoo termasuk murid yang mendapat beasiswa, tapi keduanya belajar dengan sangat tekun. Beruntung kekasih Wonwoo -Mingyu- sering mampir untuk memberi atau memasakan sesuatu untuk camilan malam Jihoon dan Wonwoo. Tidak seperti Wonwoo yang mendapat beasiswa, Mingyu harus berjuang keras agar dapat masuk ke minimal satu universitas yang sama dengan Wonwoo. Lelaki itu memang cerdas, tapi nilai nya sempat turun karena dirinya sempat sakit hampir satu bulan lamanya. Kecelakaan saat latihan Basket saat itu membuatnya harus istirahat total karena kaki dan tangannya terkilir cukup parah serta kepalanya terbentur lapangan terlebih dahulu saat jatuh hingga harus dirawat dirumah sakit sekitar satu minggu lamanya.
Keduanya pulang sekolah dengan perasaan lega. Langkah keduanya terasa ringan, serta sifat keduanya yang sama-sama pendiam membuat mereka menikmati keheningan yang mereka ciptakan sendiri. Sebelum suara Seokmin mengganggu mood mereka.
"Jihoon noona!!!" pemuda kelebihan energi itu menghampiri Jihoon dan Wonwoo. Menganggukkan kepala sejenak pada Wonwoo lalu fokus kembali pada Jihoon. "Hari ini adalah hari terakhir ujian noona kan?" gadis Lee itu mengangguk santai. "Aku mengajak noona untuk datang acara makan-makan kami. Noona tidak lupa tanggal ulang tahun klub kita kan?" Seokmin memicingkan matanya curiga.
"Akan aku usahakan"
"Ah noona, ada hadiah untukmu" Seokmin tiba-tiba berlutut dan memberikan bunga yang entah darimana dia dapat pada Jihoon. Buket bunga berisi mawar putih yang cantik. Bak seorang pangeran Seokmin tetap dalam posisi itu sampai Jihoon menerima bunganya. "Dari klub musik dan sebagian besar dariku hehehe, tolong terima ya noona. Please" mengedip-ngedipkan matanya lucu dengan senyum secerah matahari.
"Jihoonie" Jihoon yang baru menerima buket itu terlonjak kaget mendengar suara Kwon eommonim. Dan benar, wanita paruh baya itu menghampirinya dengan diekoro Soonyoung. Lelaki bermata sipit itu telah melepas jas sekolah dan menggulung kemeja nya hingga ke siku. Seokmin segera berdiri lalu mengikuti Wonwoo yang membungkuk sebentar didepan Kwon eommoni. "Ini siapa Jihoon?" suara lembut khas Kwon eommoni membuat Jihoon mau tidak mau menjawabnya. Memperkenalkan Wonwoo dan Seokmin pada Kwon eommoni.
"Eommoni-"
"Eomma" koreksi Kwon eommoni.
"Eomma kenapa disini?" wanita paruh baya itu mendekat lalu mengusap rambut diikat Jihoon dengan lembut. Membuat Jihoon salah tingkah dihadapan Wonwoo dan Seokmin yang tidak tahu apa pun.
"Menjemputmu tentu saja. Kita makan malam dirumah ya, sayang" itu perintah, bukan permintaan.
"Tapi Jihoon sudah berjanji untuk menemani Wonwoo-"
"Gwenchana. Lain kali kita bisa melakukannya. Eommoni telah jauh-jauh menjemputmu Jihoon-ah" gadis tinggi itu tersenyum manis pada Kwon eommoni. Tentu saja membuat Seokmin sesak napas seketika. Itu senyum Wonwoo pertama yang ia lihat, dan benar-benar manis plus cantik. Ia heran Wonwoo dan Jihoon sama-sama memiliki sifat pendiam dan konsisten dengan stoic face nya, padahal ketika tersenyum sepertinya dunia Seokmin akan langsung runtuh dan langsung teralihkan begitu saja.
"Geurae" setelahnya Jihoon meninggalkan Wonwoo dan Seokmin yang terus melambaikan tangan padanya. Seokmin mengalihkan perhatiannya pada Wonwoo.
"Wonwoo-ssi. Kau dekat dengan Jihoon noona?" Wonwoo mengangguk sekali. "Apakah Wonwoo-ssi-"
"Jangan terlalu formal padaku" Seokmin mengusap tengkuknya salah tingkah.
" Hm.. Apa noona tahu masalah Jihoon noona yang hm.. Dengan Soonyoung hyung?" Wonwoo menaikkan sebelah alisnya saat ia rasa pertanyaan itu terlalu privasi untuk Jihoon.
"Tanyakan sendiri pada Jihoon" dan Wonwoo berlalu dengan Mingyu yang menjemputnya.
.
.
."Jihoon apakah Soonyoung sudah memberitahumu untuk kalian tinggal bersama?" Seketika Jihoon tersedak makanan yang sedang ia kunyah. Meraih gelas minumnya dengan cepat dan meminumnya setenang mungkin. Jihoon mengangguk sekali. "Jadi bagaimana?"
"Hm.. Apakah harus tinggal bersama eomma?"
"Maafkan eomma sayang. Jadi sebenarnya eomma dan abeoji akan ke Jepang, entah berapa lama. Abeoji harus mengurus perusahaannya yang disana. Daripada Soonyoung tinggal sendiri di rumah ini dan dia kesepian, jadi lebih baik ia tinggal denganmu. Lagipula eomma tahu kau akhir-akhir ini tinggal sendiri di flat mu kan, sayang?" mendadak Jihoon kehilangan napsu makannya.
"Sayang, jangan terlalu dipaksa. Jika memang belum sanggup, Soonyoung bisa menyewa flat sendiri kan. Mungkin yang berada dekat dengan flat Jihoon" Kwon abeoji akhirnga angkat bicara. Perasaan Jihoon dan Soonyoung langsung lega mendengar ide pria paruh baya itu.
"Tapi aku tidak bisa membiarkan Soonyoung tinggal sendiri, yeobo" Eomma Soonyoung menatap Jihoon penuh harap, lalu beralih pada Soonyoung. Yang tidak akan pernah bisa menolak permintaannya. Soonyoung menatap genggaman tangan ibunya pada lengannya. Lalu mencoba melakukan eye contac dengan Jihoon. Keduanya bersibaku dalam tatapan tanpa suara. Mencoba bertukar argumen dari manik keduanya. Hingga Soonyoung mengucapkan keputusan finalnya dengan seringai terpantri di wajahnya.
"Nde eomma. Kami akan tinggal bersama setelah lulus nanti. Di flat Jihoon"
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mask (Complete)
Fiksi RemajaYang jahat tidak selamanya jahat. Yang baik tidak selamanya baik. Lee Jihoon Kwon Soonyoung