33

2.5K 251 57
                                    

"Seperti yang selama ini kau katakan. Orang-orang dapat salah paham dengan kita" Soonyoung berpindah kehadapan Jihoon. Laki-laki itu berjongkok dan menggenggam tangan Jihoon erat-erat serta menatap kedua manik yang telah menemaninya sejak ia masuk perkuliahan hingga tahun ketiga mereka disini. "Kali ini, mereka tidak perlu salah paham pada kita. Karena aku ingin mempertegas hubungan kita pada mereka. Sesuai dengan presepsi mereka tentang kita. Apa aku boleh melakukannya Jihoon?"

"Aku tidak bisa"

.

.

.

   Pada dasarnya sesuatu yang diawali dengan paksaan tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik diakhir. Mungkin itu yang terjadi pada Soonyoung dan Jihoon. Tidak, Jihoon tetap teguh pada keputusannya untuk tidak melangkah lebih jauh dengan Soonyoung. Soonyoung tidak pernah tahu apa yang ada dipikiran gadis itu hingga tetap membuat jarak dengannya.

   Ini bahkan telah menjadi akhir tahun perkuliahan mereka, tapi bahkan jika Soonyoung melangkah satu kali mendekat maka Jihoon juga akan melangkah satu kali menjauh.

   Mengigit bibir bawahnya ragu, Soonyoung mendekati Jihoon yang sedang berada di bangku taman sendirian. Gadis itu nampak sederhana dengan gaya khas nya. Celana jeans, kemeja dengan lengan terlipat hingga siku, dan rambut dikuncir kuda.

   "Jihoon-ah. Tidakkah kau lelah?" gadis itu hanya menghela napasnya sedikit keras, tapi tidak mengangkat kepalanya dari buku yang ia baca.

   "Aku.. " merindukanmu. Bolehkah Soonyoung mengatakannya? Banyak hal yang ingin Soonyoung sampaikan pada Jihoon. Soonyoung ingin jujur akan perasaannya, akan keresahannya, dan rasa takut yang tiba-tiba terselib dihatinya. Ia takut kehilangan Jihoon. Apakah itu aneh?

  Soonyoung panik saat Jihoon tiba-tiba berdiri dan melangkah pergi. Entah mendapat keberanian dari mana, Soonyoung memeluk erat Jihoon dari belakang. Menghirup aroma rambut gadis itu dan memasukkannya ke dalam memori terindah tentang Jihoon.

  "Apa yang kau lakukan? Lepas" bibir berkata lepas, tapi tubuhnya merasa nyaman dalam pelukan Soonyoung. Dan jujur ia rindu. Dengan cepat Soonyoung membalikkan tubuh Jihoon lalu kembali memeluknya erat.

  "Aku sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi, Jihoon. Aku hanya akan kembali berusaha untuk mendapatkanmu. Tidak, tapi hatimu"

   Jihoon tidak tahu sejak kapan air mata keluar begitu saja dan membasahi baju Soonyoung. Yang ia tahu tangannya tiba-tiba terangkat dan membalas pelukan Soonyoung yang sangat tidak sinkron dengan logikanya. Yang ia tahu tiba-tiba ia menumpukan tubuhnya pada Soonyoung sepenuhnya. Membiarkan lelaki itu membuatnya tenggelam dalam pelukan.

    Apakah ia telah lelah? Apakah kini saatnya untuk Jihoon benar-benar menjemput kebahagiaannya juga? Bolehkah?

.

.

.

     "Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Soonyoung sekarang?" Seowon duduk disamping Jihoon dengan terus mengunyah keripik kentangnya. Gadis yang menjadi satu kelompok di beberapa ujian praktikum akhirnya itu nampak lelah dengan cepolan rambut dna kacamata bulat khas miliknya. Tentu saja lelah, ini musim ujian praktikum bagi tingkatannya sebelum melakukan penyusunan skripsi sebagai tugas akhir.

   Jihoon menghendikkan bahunya sembari menyesap kopi kaleng yang ia beli. Meluruskan kakinya yang pegal karena terus berdiri selama tiga mata kuliah praktikum berturut-turut tadi membuat Jihoon hampir collapse. Beruntung Seowon memaksa Jihoon meminum susu tadi pagi. Setidaknya sebagai pengganjal perut.

Mask (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang