28

1.6K 243 13
                                    

     Mendapat satu hari untuk liburan adalah hal yang menyenangkan, tapi satu hari libur untuk mengerjakan laporan itu menyiksa. Seowon, Mingyu, Soonyoung, dan Jihoon berkumpul diruang tamu untuk mengerjakan laporan dengan berbagai macam camilan disekitar mereka. Seowon merenggangkan tubuhnya dan berguling dikarpet untuk mengurangi stres yang melanda.

  "Ahh.. kapan laporan ini selesai!! Aku lelah" dilihatnya Jihoon yang duduk bersandar disofa dan mengerjakan laporan dengan fokus, lalu Soonyoung yang menyelonjorkan kakinya karena lelah bersila tapi juga fokus mengerjakan laporan. Sedangkan temannya yang paling tinggi itu tidak berhenti mengunyah sambil mengerjakan laporan. "Kim Mingyu, apa kau tidak ingin membuat makanan? Aku lapar!!"

  "Ada banyak camilan disini. Aku ingin menyelesaikan ini dulu" Seowon mendengus malas. Ia mendekati Jihoon dan melihat laporan gadis itu sambil mengunyah kentang goreng disebelah laptop Jihoon.

  "Kau kurang berapa laporan lagi Jihoon-ah?"

  "Hm.. kurang satu lagi. Pengangkatan limpa"

  "Laporanku banyak mengandung pediatri. Apa kau juga?"

  "H'hm... ER lebih banyak pasien anak-anak. Tentu saja pediatri yang paling mendominasi laporan kita" Seowon menyuapi Jihoon kentang goreng sesekali, dan diterima begitu saja. Jujur, Jihoon juga merasa lapar, tapi jika ia makan maka ia akan mengantuk setelahnya dan memilih tidur daripada moodnya hancur karena mengantuk.

    "Benar juga. Ah, Jihoon-ah kau ingat pasien ibu hamil yang mengalami fraktur pelvic?" gadis berkacamata itu menggigit bibirnya dengan mata memincing, ciri khas ketika dia berpikir. Lalu mengangguk. "Apa kau juga memasukkan kasusnya?" Jihoon kemudian membongkar map nya, lalu memberikan satu hard file pada Seowon.

  "Aku memasukkannya. Tapi aku tidak yakin apakah itu tepat" dengan mata berbinar Seowon membaca lembar-lembar itu.

  "Penanganan pasca neonatal nya juga kau masukkan kesini? Bukankah waktu itu sudah bukan kita yang menangani?"

  "H'hm.. tapi aku terus mengawasi perkembangan ibu dan bayi nya. Mungkin saja kecelakaan itu memberikan efek samping pada bayi nya"

  "Oke, ku pinjam dulu untuk kuperlajari"

  "Kau mau memasukkannya juga?"

  "Kasusnya iya, tapi untuk ke perkembangan bayi nya aku masih tidak tahu karena aku tidak ikut mengobservasi nya. Aku tidak akan bisa mempertanggungjawabkan laporanku jika aku menulisnya"

  "Eeeiiii.. kau bicara seperti orang benar saja" buku tebal itu Seowon layangkan ke kepala Mingyu.

  "Kau semakin banyak bicara Mingyu-ah"

  "Seowon yang mengajariku" dan satu buku lagi mengenai kepala Mingyu.

.

.

.

   Keempatnya memasuki rumah sakit dengan baju formal, tidak seperti biasanya yang menggunakan scrub dan jas prakteknya. Hari ini mereka harus mengumpulkan salinan laporan-laporan kasus pada pihak rumah sakit. Dan Soonyoung membuat Jihoon heran dengan tingkahnya lagi hari ini. Pagi-pagi buta ia bangun dan membantu Mingyu memasak sarapan hingga menata meja makan sedemikian rupa. Ia juga mengambil alih pekerjaan rumah Jihoon menyapu dan membersihkan rumah, terutama ruang tamu. Lalu ia juga memaksa membawakan laporan-laporan Jihoon yang sama tebalnya dengan punya Soonyoung. Dan yang paling membuat Jihoon tidak paham Soonyoung masih sempat mengingatkan Jihoon untuk mengenakan cincin pertunangan mereka sejak sarapan. Dihadapan Mingyu dan Seowon.

  "Ada apa dengannya?"Mingyu mengarahkan dagunya pada Soonyoung yang berjalan mendahului mereka dengan tangan penuh laporan.

  "Apa yang kau lakukan padanya Jihoon-ah?" Jihoon saja tidak tahu apa yang terjadi pada Soonyoung. Gadis itu memutar bola matanya malas dan mengikuti Soonyoung ke ruangan Taejoon saem.

   Pria yang memasuki kepala tiga itu tersenyum ramah pada keempat mahasiswa itu. Ia merasa bangga dapat membimbing keempatnya meskipun hanya dalam waktu yang singkat. Diperhatikannya satu-persatu muridnya.

  "Saya harap kalian tidak kapok untuk kemari lagi ya. Jujur, saya merasa sangat terbantu dengan keberadaan kalian disini. Dan terima kasih banyak karena kalian menjadi murid yang tidak lelah untuk terus belajar. Suatu saat jika kita telah menjadi kolega, saya harap kita dapat bekerjasama kembali"

.

.

.

   Mereka kembali ke Seoul siang hari setelah dari rumah sakit. Soonyoung dan Jihoon memilih  langsung kembali ke dorm Jihoon setibanya di Seoul. Seperti biasanya, mereka jarang berkomunikasi jika tidak perlu. Soonyoung membawa barang-barangnya beserta milik Jihoon bahkan sebelum Jihoon menyentuhnya. Lelaki itu berjalan mendahului Jihoon dan tidak banyak mengajak Jihoon bicara selama di lift. Menata barangnya dikamar lalu masuk kekamar Jihoon untuk membantu gadis itu membereskan barangnya.

  "Keumanhe, aku bisa melakukannya sendiri. Kembali lah kekamarmu" gadis itu menghentikan Soonyoung. Dan lelaki itu menuruti kata Jihoon begitu saja, membuat kening Jihoon mengerut heran. Diikutinya Soonyoung hingga kekamar lelaki itu, bola matanya mengikuti setiap gerakan Soonyoung. "Ada apa denganmu?" lelaki itu hanya menghendikkan bahunya.

    Jujur Jihoon tidak paham apa yang dipikirkan lelaki dihadapannya ini. Ia cukup lelah dengan perjalanan jauh, dan ia tidak ingin menambah rasa lelahnya karena sifat Soonyoung. Ia mendesah lelah. "Berhenti jika kau tidak melakukannya dari hati"

   "Kau juga tidak melakukannya dari hati" kalimat itu terlontar begitu saja dari Soonyoung. "Jika kau bisa mengapa aku tidak?" gadis itu mendekat menatap tepat ke manik coklat milik Soonyoung.

   "Mwo?" disibaknya anak rambut yang menutupi wajah Jihoon, kemudian diikutinya bentuk wajah Jihoon dengan jemarinya.

  "Menerima pertunangan ini, kau bisamelakukannya tidak dari hati. Lalu mengapa aku tidak?" Jihoon sedikit terkejut. Senyum miring itu! Senyum miring yang sering ia dapatkan ketika high school dulu kembali ia lihat. Berbagai perasaan tiba-tiba muncul di hatinya. 

  "Kau menyamakannya dengan apa?"

   "Saat ini. Perlakuanku padamu"

  "Katakan intinya saja bangsat" Jihoon menggeram pelan. Emosinya cukup labil untuk diajak bermain-main saat in. Dan Jihoon benci itu.

   "Aku berusaha mendekati dan memberikan banyak perhatian padamu, tapi kau seakan buta dan tuli pada itu semua. Kau bahkan memilih dekat dengan orang  lain" Jihoon mendengus keras. Jadi ini yang dimaksud Soonyoung? Dia tidak senang ketika Jihoon dekat dengan orang lain selain dirinya? Lalu gadis itu mengangkat sebelah bibirnya.

   "Kau kira kau siapa, huh?"

   "Aku tunanganmu dan kau tunanganku" tegas. Soonyoung menjawabnya terlalu cepat dan tegas. 

   "Kau tahu? Ada begitu banyak pertanyaan yang muncul diotakku mengenai kita. Tapi satu hal yang pasti. Aku bahkan tidak melakukan apapun ketika kau masih chatting an dengan Eunbi saat kita menyetujui perjodohan itu. Aku bahkan tidak mengungkit apapun saat tahu kau masih memilih Eunbi daripada aku. Aku tidak ikut campur"

   "Karena kau memang tidak pernah peduli!" Soonyoung membentaknya. Ini masalah yang tidak berdasar dan membuat Soonyoung membentaknya. Ayolah! Ini tidak lucu sama sekali!

   "Lalu jika aku peduli apa yang kudapat darimu, huh?" Soonyoung menarik Jihoon kedalam ciuman paksa dan memeluknya erat. Gadis itu terpaku ditempat. Blank. Ia menahan napasnya saat belah bibir Soonyoung mencoba bermain pada bibirnya. Maniknya melihat Soonyoung menutup mata sambil terus memperdalam ciuman sepihaknya. Air matanya tiba-tiba turun saat sekelebat bayangan malam itu kembali muncul. Didorong dan ditamparnya kuat-kuat wajah Soonyoung lalu pergi dari sana dan mengunci diri didalam kamar.

   Sedangkan Soonyoung, lelaki itu nampak bingung. Ia bahkan tidak tahu mengapa ia melakukan itu semua pada Jihoon. Itu seperti bukan Soonyoung yang biasanya. Dilihatnya pintu kaamr Jihoon yang tertutup rapat dengan perasan campur aduk. Jika sudah seperti ini apa yang harus ia lakukan?

.

.

.

Mask (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang