6

1.7K 252 8
                                    

    Hari-hari sekolah Jihoon membosankan. Berada ditingkat dua akhir membuatnya mempersiapkan segala hal untuk ujian kenaikkan tingkat. Bukan hal yang sulit tentu saja untuk Jihoon. Namun hal luar biasa terjadi saat ujian kenaikkan tingkat.

Flashback

  Pagi itu Jihoon berangkat cukup pagi, ujian sastra korea akan dilaksanakan sekitar satu jam lagi, tapi dirinya sudah berada dilingkungan sekolah. Ia memilih melanjutkan belajar di rooftop gedung kelas dua, karena hanya dari sana lah segala penjuru sekolah terlihat. Dari gedung kelas satu, lapangan basket, voli, marathon, gedung renang, hall, bahkan gedung kelas tiga yang berada paling jauh dari gerbang utama juga terlihat. Yang sangat ia sukai adalah, pemandangan sawah belakang sekolah mereka juga terlihat dari sana. Anginnya juga berhembus lembut, membuatnya lebih tenang. Earphone berbentuk pikachu itu menempel indah ditelinganya, serta kacamata baca bulat yang sejujurnya menambah kesan lembut pada diri Jihoon. Bibir mungilnya menggumam beberapa kali. Manik hitamnya beputar kearah atas saat ia berusaha menghapal, lalu terpejam saat ia berusaha mengingat beberapa kalimat dalam peribahasa-peribahasa sastra korea.

   Alarm yang ia setting 10 menit sebelum masuk itu berbunyi, membuatnya terburu-buru merapikkan buku dan segera beranjak ke kelas. Ia memilih berbelok ke arah kamar mandi untuk mengecek penampilannya sejenak sebelum melihat Eunbi masuk dengan tergesa kekamar mandi. Jihoon memasukkan tubuhnya kesalah satu bilik toilet, sedikit mengintip apa yang dilakukan Eunbi. Didepan kaca itu, Eunbi nampak ragu dengan membawa sebotol minuman berwarna kuning. Jihoon mengernyit bingung, tangan Eunbi bergetar hebat saat mengangkat botol itu. Lalu setelah beberapa saat diam Jihoon melihat jelas Eunbi meminum sebuah pill dan didorong dengan air berwarna kuning dari botol yang ia bawa. Setelahnya gadis bermanik biru palsu itu membuang botol bekasnya ke dalam bak sampah lalu berlari begitu saja. Jihoon sangat penasaran, ia hendak mengambil botol itu tapi bel sudah berbunyi dan ia harus segera kekelas.

   'Aku akan cari tahu nanti' batinnya.

  Eunbi yang duduk di arah jarum jam 2 nya nampak tidak tenang dikursinya. Jihoon melihatnya berkali-kali menumpukkan kepalanya dimeja, lalu memegangi dadanya seakan ia diserang sesak napas. Tidak ingin ambil pusing, Jihoon kembali akan memfokuskan pada kertas ujiannya yang tinggal sedikit lagi akan ia kumpulkan. Sudah penuh oleh jawaban, hanya saja Jihoon masih ingin meyakinkan diri sebelum mengumpulkannya. Sekitar 10 menit berlalu, Jihoon bangkit dan akan mengumpulkan lembar ujian saat tubuh Eunbi tiba-tiba tumbang. Busa keluar dari bibir gadis itu dan sedikit kejang ditubuhnya.
.
.
.

   Soonyoung segera menghampiri Eunbi di ruang kesehatan sekolah saat tahu Eunbi pingsan begitu saja.

  'Sudah dua hari ini dia sepertinya tidak tidur. Ia juga mengonsumsi obat-obatan yang salah. Mungkin dia berfikir itu akan menghilangkan rasa kantuk dan pusingnya serta mampu membuatnya kembali berkonsentrasi. Tapi itu justru memberi keburukan pada dirinya sendiri. Lambungnya tidak sanggup, otak dan tubuhnya butuh istirahat bukan butuh vitamin' begitu kata dokter jaga disana. Soonyoung menyayangkan perilaku Eunbi yang terlalu memaksakan diri untuk ujian ini. Ia tahu Eunbi melakukan ini agar menjaga akademiknya, lebih tepatnya agar mampu bersaing dengan Jihoon. Gadis itu menceritakan keluh kesahnya semalam saat Soonyoung menyempatkan diri menelfon Eunbi.

   "Kau tidak seharusnya memaksakan diri begitu Eunbi-ah. Biarkan saja tentang kompetisimu itu. Kesehatanmu yang terpenting" gumam Soonyoung, tangannya terus mengusap surai Eunbi hingga gadis itu sadar dan langsung tertunduk sedih dihadapan Soonyoung.

  "Jika memang tidak sanggup bersaing tidak perlu memaksakan diri" Jihoon muncul dari balik tirai. Dia ada disana sejak tadi. Memperhatikkan dalam diam interaksi sepasang kekasih itu. "Kali ini aku tidak egois. Kau bisa mengambil alih posisi peringkatku. Itu pun jika kau mampu" senyum miring Jihoon berikan. Bermaksud mengejek memang. Tidak masalahkan jika hanya sekali-kali? Setelahnya Jihoon pergi meninggalkan aura kebencian yang sangat besar dalam diri Eunbi.

Flashback off

    Sejak saat itu Jihoon melihat Eunbi begitu gigih belajar. Dirumah mau pun di sekolah. Bahkan Jihoon sempat melihat kesehatan Eunbi menurun hingga berakhir keluar darah dari hidung dan pingsan karena terlalu giat belajar. Begitu pun Jihoon, tiada hari tanpa belajar. Jihoon tidak ingin menyia-nyia kan kesempatan yang ditawarkan sang ayah untuk memilih studi sesuai keinginannya. Ketika hasil ujian kenaikan kelas diumumkan, Jihoon melihat dari balkon lantai dua gedung kelas dua dibawah sana, Eunbi mengepalkan tangannya erat lalu menatapnya tajam. Jihoon menyunggingkan senyum miringnya. Tentu saja Eunbi kalah telak, nilai Jihoon terlalu jauh untuk digapai. Lee Jihoon berada tepat diperingkat pertama -selalu- pada rangking paralel, sedangkan Eunbi berada diperingkat ke-7. Meskipun peringkat yang tidak terlalu jauh, tapi total nilai mereka sangat berbeda jauh.

    Jihoon menatap kedua manik biru palsu itu dengan wajah datar, salah satu sudut bibirnya tertarik keatas tipis -hanya sepersekian detik-. Namun kembali datar lagi saat dilihatnya Soonyoung memeluk pinggang Eunbi dari belakang. Ekspresi dingin kembali ia tampilkan, hingga keduanya berlalu pergi.

Ada rasa tidak nyaman dihati kecilnya.

Dan itu..

Sedikit menyakitkan.

Mask (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang