Pukul sebelas malam, dimana shift Soonyoung dan Jihoon selesai. Keduanya memilih landung kembali ke dorm dan beristirahat. Tidak dipungkiri bahwa lelah yang semakin menjadi telah mendominasi tubuh dan pikiran mereka. Ekor mata Soonyoung melirik buku-buku yang didekap Jihoon.
"Igeo mwoya?"
"Syaraf dan radiologi"
"Kau kena semprot Byun saem?" Jihoon mengangkat bahunya kecil. "Sekarang semua sudah terkena semprotannya" gadis itu menoleh sejenak, pertanda ia tertarik pada pembicaraan ini. "Seowon yang pertama kali kena di hari ketiga kita di rumah sakit, lalu aku, Mingyu, dan hari ini dirimu"
"Gwenchana, itu juga demi kebaikan kita" dan suara malam kembali menemani mereka. Cuaca yang cukup dingin dan gelap membuat Jihoon dan Soonyoung mempercepat langkahnya. Keduanya langsung masuk ke kamar masing-masing dengan Soonyoung yang menggunakan kamar mandi pertama. Gadis Lee itu nampak cuek dan memilih bermain didunia maya dengan ponselnya di kamar, lalu gantian mandi dengan Soonyoung.
Aroma ramyeon dan tteobokki serta kimci menggoda Jihoon mendekati dapur. Tangannya yang sedang mengusapkan handuk dirambut basahnya terhenti. Soonyoung menggunakan apron tengah berkutat dengan alat dapur. Laki-laki itu nampak canggung mendapati Jihoon memperhatikannya seperti itu. Meletakkan cangkir teh lalu melepas apronnya dan duduk dikursinya.
"Makanlah" ragu, Jihoon menarik kursi dan duduk diseberang Soonyoung. Memperhatikan laki-laki yang sudah maka dengan lahap tanpa menyentuh makanannya. "Makanlah sebelum dingin"
"Soonyoung" yang dipanggil menggulirkan bola matanya kesembarang arah sambil terus menyeruput mie nya. Didekatkannya cangkir teh pada Jihoon. Teh yang memiliki aroma khas yang menenangkan buatan Soonyoung. Ia pernah merasakannya dulu.
"Aku memesannya karena aku tidak bisa memasak kecuali ramyeonnya, aku membuatnya sendiri" menyeruput kuah mie nya dan menyuapkan tteok ke dalam mulutnya. "Makanlah"
"Soon"
"Hm.." Soonyoung berdehem sebentar, membersihkan tenggorokkannya. "Anggap saja sebagai rasa terimakasih"
"Untuk?"
"Uri eomma, abeoji, dan semuanya" sumpit dan sendoknya diletakkan, Soonyoung mencoba bicara serius. "Aku belum sempat mengucapkan terimakasih padamu. Kau tahu aku tidak suka berhutang budi. Jadi makanlah"
Jihoon mengangguk paham. Lalu ia ikut menyeruput mie nya dan memakan tteobokki serta kimci yang tersedia. Mengunyah santai dan menikmati teh herbal buatan Soonyoung. Sejujurnya ia juga lapar. Berpikir membuatnya mudah lapar.
"Bagaimana keadaan eomma?"
"Katanya lebih baik dari yang sebelumnya. Dia titip salam padamu" Jihoon kembali mengangguk. "Geureom, bagaimana proyek musikmu?"
"Baik. Chanyeol oppa sedang mengeditnya"
"Oppa?"
"Heum"
"Laki-laki tinggi yang kapan hari muncul di rumah sakit?"
"Heum"
"Kalian terdengar dekat"
"Heum"
"Sedekat apa?"
TAK
Jihoon meletakkan sumpitnya kasar dimeja. Alisnya sudah berkerut malas. Matanya menatap pada manik Soonyoung. Raut menampilkan keberatan untuk menjawab.
"Bukan urusanmu. Kau membuat mood makanku hilang, Soon" gadis itu berdiri dari duduknya dan akan kembali kekamar jika tidak ditahan Soonyoung.
"Aku hanya ingin tahu. Kenapa kau begitu marah? Duduklah kembali dan makan"
"Kau tidak perlu tahu"
"Kau dan aku terikat Jihoon. Tidakkah kau ingat?"
"Aku ingat. Dan aku sangat ingat juga bahwa kita terikat karena terpaksa jika kau lupa"
"Ya, karena itulah sekarang aku berhak ingin tahu kedekatan kalian"
"Dengarkan aku. Kau dan aku tidak cukup memiliki alasan untuk saling terbuka lebih dari ini. Keterikatan kita bukanlah karena hati, tapi karena logika"
"Jihoon-"
"Sudah pernah kukatakan, berhenti bersikap seperti ini. Kau hanya akan membuat orang-orang salah paham tentang kita"
"Tidak ada yang perlu disalahpahamkan disini. Kita bahkan sudah jelas. Lalu mengapa takut pada presepsi orang?"
"Karena aku tidak ingin perasaanku yang mengambil alih logikaku. Atau aku yang akan berakhir"
.
.
.
"Hubungan mereka memang terlalu rumit. Aku hampir tidak ingin peduli pada mereka. Seharusnya mereka sadar pada perasaan mereka sendiri mengenai hal ini"
Lagi. Seowon melihat dan mendengarnya. Dalam hati ia merasa akan lebih sering mengumpati kedua teman barunya itu
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mask (Complete)
Teen FictionYang jahat tidak selamanya jahat. Yang baik tidak selamanya baik. Lee Jihoon Kwon Soonyoung