Soonyoung masih berkutat dengan berlembar-lembar kertas dihadapannya. Sejak Jihoon setuju membiarkan Soonyoung membantu rumah sakit keluarganya, hampir setiap hari Soonyoung berkutat dengan lembar-lembar laporan rumah sakit. Beruntung ia telah mempelajari nya dari sang ayah, bagaimana pun ia adalah anak lelaki satu-satunya hingga membuatnya harus belajar mengenai bisnis juga. Wajahnya sudah kusut sejak tadi, lengan kemeja yang tergulung dan kancing kemeja sudah terbuka dua itu menambah tampilan frustasinya. Manik gelapnya melirik jam kecil di ujung meja, dan mendapati jarum jam kecil pada angka tujuh. Jemari kekarnya mengusak rambutnya cepat dan mengeluh sesaat, ia terlambat satu jam untuk menjemput Jihoon di kampus. Hari ini Jihoon harus tertahan lebih lama di laboratorium mikrobiologi untuk membicarakan realisasi karya tulis ilmiahnya dalam pengembangan teknologi mikrobiologi infeksius bakteri yang dilakukan Jihoon saat senior high school dulu.
Dengan cepat ia beranjak dan mengendarai mobilnya cepat menuju kampus saat melihat pesan terakhir Jihoon yang mengatakan sedang di perpustakaan. Tidak lupa ia menyampaikan pada sekretaris Hwang agar merapihkan pekerjaannya dan dikirimkan keapartemen mereka untuk ia selesaikan nanti. Mata sipitnya memperhatikan jalanan yang tidak terlalu ramai. Ujung bibir nya terangkat mendapati masih ada pasar malam di tengah-tengah kota Seoul. Mungkin hanya disebut pasar malam dadakan, karena hampir setiap hari ia melewati jalanan yang sama tapi baru kali ini Soonyoung menemukannya. Mungkin nanti sepulang menjemput Jihoon ia akan mengajak Jihoon kesana.
Disana, gadis Lee dengan pakaian formal perkuliahan tengah menunggu Soonyoung di tepi jalanan depan perpustakaan dengan menenteng jas putih dan segelas kopi ala minimarket. Gadis dengan khas kuncir kuda itu masih mengenakan kacamata baca nya yang jujur sering membuat Soonyoung tersenyum kecil akhir-akhir ini karena menyadari bahwa wajah bulat gadis itu nampak pas dan manis saat mengenakannya.
"Sorry, tadi aku terlalu sibuk hingga tidak memperhatikan waktu" Soonyoung memperhatikan Jihoon yang sibuk menyamankan diri di kursi samping nya.
"It's okay. Itu wajar" bibir pink milik Jihoon mengulum kedalam saat Soonyoung terus menatapnya, eum.. sedikit tajam. "Hanya kali saja Soonyoung, untuk kopi. Berikan aku kompensasi oke" sedangkan lelaki kelahiran Juni itu hanya mendengus malas. Mood nya jadi sedikit turun.
Mingyu calling..
Jihoon menekan tombol hijau di mobil Soonyoung untuk menjawab panggilan Mingyu. Ngomong-ngomong Soonyoung dan Mingyu semakin dekat akhir-akhir ini. Keduanya berada pada kelompok yang sama untuk program bakti sosial universitas mereka untuk tahun depan.
"Kwon Soonyoung! Dimana kau sekarang?" sebelah alis Soonyoung terangkat mendengar suara yang dibuat menyedihkan Mingyu.
"Di kampus. Wae geurae?"
"Bisa temani aku di rumah sakit? Hehehe.. Wonwoo sedang pergi mengurus administrasi"
"Rumah sakit? Ada apa?"
"Nanti aku jelaskan, kemarilah!"
"Geurae. Rumah sakit mana?"
"Rumah sakit SNU. Aku kirim kan lengkapnya melalui chat ya! Thank you"
"Kenapa dia jadi banyak bicara?" Soonyoung mengangkat salah satu ujung bibirnya. Itu nada mengeluh Jihoon pertama yang didengar Soonyoung selama satu tahun mereka tinggal bersama. Good.
"Dia memang banyak bicara. Hanya bersikap cool didepan Wonwoo saja" gadis Lee mendengus malas. "Kau sudah melihat hasil pembagian wilayah untuk bakti sosial tahun depan?"
"Belum"
"Bukalah di website kampus" Jihoon mencoba melihat hasil pembagian wilayah yang diumumkan oleh universitasnya. "Eoddie?"
![](https://img.wattpad.com/cover/152890983-288-k816873.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask (Complete)
Teen FictionYang jahat tidak selamanya jahat. Yang baik tidak selamanya baik. Lee Jihoon Kwon Soonyoung