Aku tidak pernah tahu bagaimana cara pandang mereka terhadapku. Yang aku tahu mereka selalu menganggapku tidak ada - Ljh.
.
.
."Jihoon-ah. Ayo kita mengerjakan tugas bersama"
'Jihoon-ah kerjakan tugasmu lalu berikan padaku, akan ku salin'
Aku tahu apa yang mereka pikirkan. Aku hanya berpura-pura mengikuti permainan mereka. Dan ketika aku mencobanya.
"Mian, aku harus bekerja part time"
"Memang pekerjaan macam apa yang bisa kau kerjakan? Menempeli guru agar dijadikan pembantu oleh mereka? Disuruh-suruh lalu kau menyerahkan seluruh hidupmu? Klise! Dasar pecundang, bangsat"
.
.Berita berita busuk itu selalu cepat menyebar dari mulut biadab para gadis penggosip itu. Aku bukan tidak ingin berteman, tapi aku terlalu blak-blak an mengatakan apapun yang aku ingin respon. Aku pikir pertemanan itu mau dan mampu menerima teman satu sama lain. Tapi ternyata tidak. Mereka meninggalkanku hanya karena tidak mau menuruti kemauan mereka untuk ikut hang out, aku tidak mau membantu mengambil barang mereka yang tertinggal, dan aku tidak mau repot-repot memberikan jawaban saat ujian pada mereka. Apa aku salah?
Aku hanya lelah dimanfaatkan oleh mereka. Mungkin dimata mereka aku munafik, tapi aku serius ingin melihat mereka rajin belajar daripada rajin menyontek.
Dan dia. Kwon Soonyoung. Yang aku kira sahabat, kini justru menjauh. Memang tidak mengucapkan sesuatu yang buruk. Tapi menjauhnya satu-satu nya temanku membuatku ingin menyerah.
Soonyoung hanya berdiri disudut sana, melihatku dilempari telur dan susu busuk. Pemuda itu hanya berdiri disana saat mereka menendangi perutku dan memukulku. Soonyoung tetap berdiri disana meski aku menangis dalam diam memohon bantuannya saat mereka mulai memukuli dadaku, mungkin rusukku telah patah. Dan Soonyoung tetap berdiri disana dan ikut pergi saat mereka puas menyiksaku dan meninggalkanku dengan keadaan sekarat.
Aku berusaha berdiri dengan tubuh penuh luka dan darah. Terbatuk dan mengeluarkan darah. Aku tahu aku pria. Tapi aku tidak bisa berhenti menangis. Lebih baik mati daripada menahan rasa sakit seperti ini. Aku bukan melankolis. Tapi aku menyatakan kesungguhanku. Mencoba beranjak dan pergi dari sana meski berkali-kali terjatuh dan memuntahkan darah.
Di perempatan jalan. Aku melihat dia diseberang sana. Soonyoung diseberang sana menatapku dengan tatapan yang datar. Bayangannya menjadi kabur dimataku. Aku berusaha mendekat mencoba merefleksikam Soonyoung tanpa bayangan ke dua atau ke tiga. Dan sesuatu itu menghantamku keras. Tubuhku terbanting ke atas dan terjatuh tanpa ampun ke aspal jalan yang tiba-tiba basah karena hujan. Dan mataku menangkap siluet Soonyoung yang akhirnya mendekatiku. Langkah tegapnya menghapiriku.
"Bagian mana yang sakit Jihoon-ah"
'Aku bahkan tidak dapat merasakan tubuhku'
"Katakan sesuatu Jihoon"
'Aku senang akhirnya kau mau menghampiriku'
"Berjuanglah Jihoon"
'Aku lelah, dan aku ingin istirahay Soonyoung'
"Jangan pejamkan matamu Jihoon!!"
'Aku mengantuk Soonyoung'
"Ya! Katakan sesuatu Jihoon!! Tetap buka matamu!! Bertahanlah!! Maafkan aku teman!"
'Terimakasih teman'
.
.
.Lee Jihoon. Seorang mahasiswa nekat melakukan bunuh diri dengan cara menabrakkan diri setelah mendapat pembulian di kampus.
'Bahkan mereka masih memfitnahku setelah aku mati' -Ljh

KAMU SEDANG MEMBACA
Mask (Complete)
Fiksi RemajaYang jahat tidak selamanya jahat. Yang baik tidak selamanya baik. Lee Jihoon Kwon Soonyoung