8

1.7K 257 2
                                    

    Jihoon masih berada di ruang rawat inap Kwon eommoni. Dirinya menemani Kwon eommoni selagi Soonyoung dan Kwon abeoji mengurus administrasi dan pulang mengambil pakaian. Kwon eommoni memang memiliki penyakit jantung sejak dulu. Usianya yang masih dibilang muda membuatnya jarang mengkhawatirkan penyakitnya. Tapi dokter memang sudah pernah mengkonfirmasi bahwa penyakit eommoni akan sering kambuh seiring bertambahnya usia, terutama jika pola makan yang tidak sehat. Maka dari itu seperti yang Jihoon tahu, eommoni sangat menjaga pola makannya. Meskipun terlihay easy going tapi eommoni mampu mengontrol pola makanya.

   "Jihoonie, apa kau tidak lelah sayang? Maafkan Soonyoung ya, dia malah membawamu kemari" tangan wanita paruh baya itu mengusap sayang pipi Jihoon.

  "Gwenchana eommoni. Aku juga mengkhawatirkan eommoni" digenggamnya jemari halus Kwon eommoni. Jihoon tersenyum dalam hati, ia bahagia masih bisa menggenggam jemari seorang ibu. Ia rindu. Dan ia berjanji, tidak akan kehilangan kehangatan genggaman itu lagi.

  Soonyoung kembali ke ruang rawat dengan pakaian santai. Kaos putih, celana jeans, dan jaket denim nya. Serta satu tas ransel besar berada dipunggungnya. Soonyoung mendekat dan mengecup kening sang ibu, membuat sang ibu terkekeh.

  "Kau tidak malu mengecup kening ibu dihadapan Jihoon, Soonyoungie?" jemari yang tadi menggenggam Jihoon kini beralih mengusap bangga lengan putra kesayangannya.

  "Untuk apa?" sang ibu hanya terkekeh melihat anak lelakinya begitu cuek akan hal-hal manis yang sering dilakukannya. Pukul delapan malam Jihoon pamit pulang kepada Kwon eommoni dan Kwon abeoji. Soonyoung mengantarnya pulang, itu hanya permintaan orang tua Soonyoung saja, padahal bus masih beroperasional hingga pukul setengah sepuluh malam.

  "Antarkan aku ke flat ku saja" Jihoon menyandarkan tubuhnya lelah. Ia juga belum mandi dan ganti baju sejak pagi. Badannya lengket dan gerah ingin segera mandi dan bergelung nyaman di kasurnya.

  "Tidak kerumah?"

  "Dan bertengkar dengan Eunbi tengah malam? Tidak. Aku malas mendegar ocehannya-"

   "Jihoon" Jihoon menghela napasnya berat. Ia hampir lupa jika Eunbi yang ia bicarakan adalah kekasih dari Kwon Soonyoung. Lelaki disampingnya ini. Lelaki yang justru berlari kearahnya ketika sang ibu masuk rumah sakit, padahal memiliki seorang kekasih gadis cantik yang katanya ramah dan memiliki sopan santun. Tidak seperti dirinya yang bermulut tajam dan suka berbicara apa adanya.

  "Mian" hening menyelimuti mereka. Keduanya sibuk dengan pemikiran masing-masing. Jihoon dengan segala rasa lelahnya. Dan Soonyoung, lelaki itu masih memikirkan apa yang telah dibicarakan sang ayah kepadanya.  Ia memilih menepikan mobilnya didekat sungai Han. Keluar tiba-tiba dengan berlari. Jihoon keluar dari mobil dan memilih duduk di salah satu bentuk tribun dekat sungai.

   Ketika sendiri seperti ini, membuatnya memikirkan kembali tawaran beasiswa itu. Banyak hal yang berebut masuk ke ruang pikirnya. Beasiswa, Eunbi, Appa, Soonyoung, Kwon abeoji dan eommoni, serta masa depannya sendiri. Tiba-tiba terasa penuh untuk dipikirkan.

   "Minumlah, selagi hangat" sebuah cup berisi susu cokelat itu mengepulkan asapnya didepan wajah Jihoon. Aroma coklat dan susu itu menggodanya untuk mencicipi rasa susu cokelat itu, entah dari mana Soonyoung mendapatkannya. Rasa manis dan sedikit pahit itu nyapa indra perasanya dengan cepat, membuat rasa hangat segera masuk ke dalam rongga tenggorokkannya hingga ke perut. Soonyoung menggulung lengan jaket denimnya sapai siku, lalu kembali menyesap kopi panasnya. "Abeoji mengatakan sesuatu padaku"

  "Hmm.."

  "Tentang kita" kalimat yang mampu menyerap segala atensi Jihoon. Gadis itu meletakkan cup susu cokelatnya demi fokus pada Soonyoung. "Keadaan eomma memburuk. Mereka menginginkan kita segera terikat satu sama lain" hal yang ditakutkan oleh Jihoon terjadi.

   "Eunbi. Apa mereka pernah tahu?"  Soonyoung mengangguk pasrah.

  "Ya, tapi mereka menganggap itu hanya hubungan biasa. Bukan sesuatu hal yang mereka anggap serius" Soonyoung menangkap raut bingung dari gadis disebelahnya. "Mereka tidak menganggap hubunganku dengan Eunbi serius. Seperti hanya cinta monyet dan main-main"

   "Aku tidak tahu harus seperti apa" lirihan Soonyoung masih sampai ditelinga Jihoon. Lelaki itu nampak frustasi.

  "Terlalu banyak hal yang terjadi secara tiba-tiba Soonyoung" Jihoon bangkit dan berjalan mejauh lalu masuk kedalam mobil dan diam ditempat hingga Soonyoung ikut masuk dan mengantarnya pulang.
.
.
.

  Seminggu ini Jihoon rajin menjenguk Kwon eommoni. Hampir setiap hari sepulang dari sekolah ia menyempatkan mampir ke rumah sakit sebelum pergi menuju dokseosil untuk melanjutkan belajar. Jihoon juga lebih sering di flat nya dari pada dirumah. Selain lebih dekat dengan rumah sakit, flat nya juga menjadi tempat favoritnya agar konsentrasinya lebih baik.

    Jihoon baru saja sampai di flatnya, ia memilih mandi dan berganti pakaian santai. Training abu berbahan ringan dan sweater putih bergambar kumamon menjadi pilihannya. Menyeduh teh gingseng untuk menemaninya membaca beberapa buku sastra korea. Rambut setengah basah itu tergerai dengan menguarkan aroma strawberry kesukaannya. Mendudukkan diri di kursi belajar yang beralaskan selimut bulu lembut berwarna abu-abu, ia menyandarkan punggungnya sejenak. Lalu akhirnya memfokuskan diri pada buku sastra korea didepannya. Sesekali menyesap teh gingseng membuatnya lebih rileks. Setengah jam berlalu, Jihoon terlalu larut dalam kalimat demi kalimat yang ada di buku itu. Dahi nya kadang mengerut saat mendapati kosakata baru atau yang tidak ia mengerti, lalu dirinya akan dengan cepat mencarinya dalam dunia internet di MacBook putihnya.

   Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, Kwon Soonyoung. Pemuda iti memberi kabar bahwa Kwon Eommoni masuk ke dalam ruang ICU karena mengalami aritmia berkepanjangan dengan suhu tubuh tiba-tiba menurun. Hanya dengan menyambar dompet, Jihoon segera berangkat ke rumah sakit. Jantungnya berdetak lebih cepat, ia merasa deja vu. Dulu, ia pernah merasakan ini. Namun dirinya tidak secekatan sekarang yang bebas naik busway sendiri. Perasaan takut itu masih sama. Perasaan panik itu juga masih sama. Ia merapalkam doa dalam setiap langkahnya. Serta merapalkan kalimat 'Ku mohon jangan lagi' dalam hatinya.

    Langkahnya ia percepat dan perlebar saat matanya menangkap siluet Kwon abeoji.

   "Abeoji, eommoni?"

   "Masih ditangani dokter, Jihoon" manik hitam Jihoon mengedar, mencari Soonyoung. Dikursi paling ujung sana ia duduk, menumpukkan siku pada lutut ia menggenggam jemarinya erat dekat kepala. Mungkin juga berdoa. Jihoon mendudukkan diri disebelahnya. "Bagaimana bisa?"

   "Entah. Setibaku dari minimarket rumah sakit eomma sudah seperti itu" Soonyoung nampak lelah. Kantong mata berwarna hitam terlihat jelas dibawah mata sipitnya. Rambut yang berantakan dan wajah yang tampak suram. "Eomma juga sempat seperti itu dua hari yang lalu kata appa. Saat hanya appa yang menjaga"

   "Soonyoung-"

   "Aku menerima beasiswa itu" menatap tidak percaya.

   "Apa itu tandanya aku juga harus menerima?" kedua manik berbeda warna itu bersitatap. Sejenak Soonyoung merasa nyaman ketika menatap manik hitam dibalik kacamata baca itu.

   "Ya"

  "Soonyoung Jihoon" keduanya langsung berdiri dan mendekat kearah dokter yang memeriksa. Dokter jaga itu berkata bahwa dalam tiga hari ini Kwon eommoni akan tetap berada di ICU untuk di observasi apakah ada aritmia datang lagi atau tidak. Kedua lelaki beda generasi itu mengangguk mantap demi kesehatan wanita satu-satunya di keluarga mereka.

    Jihoon memilih ikut menginap. Lagipula sudah terlalu malam untuknya pulang sendiri. Ia berjalan-jalan sejenak, dengan berdalih ingin membeli minuman di minimarket rumah sakit. Tak sengaja ia melihat Soonyoung sedang bertelepon dengan seseorang di salah satu taman rumah sakit yang ia lewati.

   "Maafkan aku sayang, aku benar tidak bisa menemanimu besok. Eomma masuk rumah sakit" Oh, itu pasti Eunbi -pikir Jihoon.

   "Ya, datanglah kemari besok.jenguklah eomma agar kalian akrab. Lagi pula kau harus mendekatkan diri pada eomma sayang, cobalah menarik perhatiannya" mendadak Jihoon menyesal mencuri dengar percakapan Soonyoung dengan penelpon.

Mask (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang