3

2.1K 197 5
                                    

"Apa yang kau lakukan, Jaebum?"

Suara lembut Seulgi menyapa pendengaran Jaebum saat ia baru bangun. Jaebum berusaha memperjelas penglihatannya, mungkin saja ia bermimpi. Mata sayunya menatap mata Seulgi yang menatapnya khawatir.

Setelah yakin itu benar-benar Seulgi ia mendekap sosok yang sangat ia cintai secara tiba-tiba yang membuat Seulgi kaget bukan main. Seulgi hanya diam mendapat pelukan dari Jaebum tanpa membalasnya. Otaknya masih mencerna apa yang sekarang sedang terjadi.

Dalam pelukan tersebut Seulgi merasakan punggung Jaebum yang naik turun. Seulgi tahu bahwa Jaebum sedang menangis sekarang. Seulgi membiarkan itu dan berinisiatif mengusap punggung Jaebum agar ia merasa tenang. Bukannya tenang, tangis Jaebum semakin pecah dan berusaha mengatakan sesuatu.

"Maafkan aku Seul ak-aku memang salah, to-tolong maafkan aku Seul"

"Jangan tinggalkan aku, aku tidak bisa hidup tanpa kalian Seul"

Seulgi membeku mendengar ucapan Jaebum. Ia juga tidak ingin pergi, tapi apa yang bisa ia lakukan. Ingin ia bersikap egois untuk ini, untuk mempertahankan Jaebum, tapi ini menyangkut sahabatnya. Tidak mungkin ia membiarkan sahabatnya menjalani semua ini sendiri. Ia tahu bagaimana kehidupan Jiyeon. Menurutnya Jiyeon pantas bahagia sekarang, meskipun ia harus berkorban orang yang paling ia cintai.

Air mata Seulgi menetes, memikirkan kehidupannya sekarang. Ia segera menghapus air mata tersebut agar Jaebum tidak melihatnya. Sekarang ia membalas pelukan Jaebum. Jaebum semakin mengeratkan pelukannya.

Setelah dirasa Jaebum mulai tenang Seulgi melepas pelukan itu. Ia menatap wajah Jaebum yang masih basah akibat air matanya, matanya sudah memerah. Seulgi menangkup wajah Jaebum dengan kedua telapak tangannya. Ia menghapus sisa air mata di pipi Jaebum menggunakan ibu jarinya. Seulgi memberi senyum pada Jaebum dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku sudah memaafkanmu Jaebum. Kau tahu sebesar apapun kesalahanmu aku tidak akan pernah bisa membenci dirimu, meski aku ingin, tapi aku tidak pernah bisa. Dan yang terjadi sekarang-"

Seulgi menghela nafas

"Ini adalah takdir yang mungkin terbaik untuk kita. Jika kita memang ditakdirkan bersama, kita pasti akan kembali bersama lagi"

Setelah menyelesaikan ucapannya, Seulgi memeluk kembali Jaebum lebih erat. Jaebum membalas pelukan Seulgi. Jaebum melepas pelukan itu. ia menangkup wajah Seulgi dan menatap dalam Seulgi.

"I love you"

Cup

Jaebum mencium kening Seulgi lama. Seulgi yang diperlakukan seperti itu, memejamkan matanya yang diiring air matanya yang menetes.

"I love you too"  Seulgi hanya bisa membalasnya dalam hati.

Jaebum melepas ciumannya pada Seulgi. Seulgi segera menghapus air matanya. Kemudian ia menampilkan senyum pada Jaebum. Ia meraih tangan Jaebum yang terluka dan mengusapnya pelan.

"Apa yang kau lakukan, hm?"

"Maaf"

"Bagaimana jika Hyunjin melihatnya? bukankah kita akan pergi bersama"

Seulgi bangkit dari duduknya dan membantu Jaebum duduk di tepi tempat tidur. Seulgi meninggalkan Jaebum di sana dan mengambil sebuah kotak di laci meja riasnya. Ia kembali dan duduk di samping Jaebum.

Ia membersihkan darah yang mengering disela-sela jari Jaebum. Ia memberi obat merah pada luka Jaebum. Jaebum sedikit meringis saat Seulgi menekan pelan luka Jaebum. Seulgi terkekeh melihat Jaebum yang meringis.

"Ditekan pelan saja kau sudah meringis kesakitan. Apa kau menangis saat tanganmu terluka?"

"Haish, ini memang sakit Seul"

Seulgi tertawa pelan.

"Baiklah-baiklah, nah sudah selesai"

Seulgi membereskan kotak obat yang baru saja digunakan dan mengembalikannya di laci. Ia menghampiri Jaebum kembali.

"Cepatlah bersiap, bukankah kita akan berlibur hari ini"

Jaebum mengangguk. Seulgi berjalan menuju pintu, tapi ia teringat satu hal jadi ia berbalik menatap Jaebum yang ingin membuka pintu kamar mandi.

"Jae"

"Ada apa?"

"Jangan lupa, kau bangunkan Hyunjin"

"Baiklah"

*

*

*

*

Cklek

Jaebum membuka pintu yang ada di samping kamarnya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. sampai pandangannya fokus pada sang putra yang masih terlelap di mimpinya. Jaebum mendekatinya dan duduk di tepi tempat tidur. Ia mengusap surai hitam Hyunjin.

"Hyunjin"

"Hyunjin, bangun sayang"

Merasa ada yang menyentuh kepalanya Hyunjin membuka matanya. Saat membuka matanya, pandangannya bertemu dengan wajah Jaebum yang tersenyum padanya. Hal itu membuat Hyunjin membalas senyum sang ayah.

"Selamat pagi appa"

"Selamat pagi sayang. Cepat mandi"

Hyunjin turun dari tempat tidur dan mengambil handuknya yang ada di gantungan lemari. Kemudian ia pergi ke kamar mandi.

Jaebum terus memandang punggung Hyunjin yang semakin lama semakin jauh dan kemudian terhalang oleh pintu kamar mandi. Jaebum berjalan menuju lemari Hyunjin. Ia memilihkan baju yang akan digunakan Hyunjin hari ini. Jaebum meletakkannya ditempat tidur Hyunjin agar ia tidak kesulitan saat mengambilnya. Setelah itu Jaebum keluar dari kamar Hyunjin.

*

*

*

*

Hyunjin telah menggunakan pakaiannya dengan rapi. Ia turun dari lantai dua dengan berlari kecil. Hyunjin melihat ibunya yang sedang memasak di dapur. Kebetulan tangganya dekat dengan dapur jadi Hyunjin bisa melihat ke dapur.

"Pagi eomma"

"Hyunjin jangan lari di tangga"

Belum sempat Seulgi menjawab salam dari Hyunjin, suara Jaebum sudah lebih dulu terdengar. Segera Seulgi menoleh pada Hyunjin yang sedang dinasehati oleh Jaebum.

"Bukankah appa sudah bilang jangan lari ditangga, kalau kau jatuh bagaimana?"

Hyunjin menunduk. Melihat itu Seulgi mematikan kompornya dan menghampiri mereka.

"Hyunjin" Hyunjin menatap ibunya

"Bukankah eomma juga pernah bilang, kalau di tangga jangan berlari. Eomma dan appa khawatir jika Hyunjin jatuh. Jangan diulangi ya?"

"Baik eomma. Hyunjin minta maaf"

"Kalau begitu Hyunjin juga harus minta maaf pada appa"

"Maaf appa, Hyunjin janji tidak akan mengulanginya lagi"

"Baiklah appa maafkan, kemari"

Jaebum merentangkan tangannya. Hyunjin menghambur dalam pelukan Jaebum.

"Kalau begitu Hyunjin dengan appa dulu. Eomma akan melanjutkan memasak lagi"

Jaebum menggendong Hyunjin menuju ruang tengah. Seulgi kembali ke dapur dan melanjutkan memasaknya.

TBC

BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang