“appa pulang”
Jaebum memasuki rumahnya dengan langkah yang ringan. Saat ia sampai di dalam rumahnya tampak sepi.
“Ryujin”
Tidak ada yang menjawab. Namun ia mendengar ada suara langkah kaki dari sampingnya.
“eoh hyung sudah pulang?”
“nde, di mana Ryujin?”
Jaebum berjalan mendekati sofa ruang tengah dan mendudukkan diri di sana. Ia melepas jas dan juga dasi yang terpasang indah di kerah kemejanya.
“ada di kamar”
Changkyun mendudukkan diri di samping kakaknya.
“hyung, aku ingin bicara suatu hal padamu”
“bicara apa? Sepertinya serius”
“ini tentang Seulgi noona. Sebenarnya inilah yang ingin aku bicarakan denganmu di kantormu waktu itu”
Jaebum yang tadi sibuk mengganti channel TV kini hanya terdiam, tapi ia tetap menatap lurus ke TV.
“aku melihatnya di rumah sakit beberapa waktu lalu”
Perlahan Jaebum mulai menatap adiknya.
“ke rumah sakit? Apa dia sakit?”
“aku tidak tahu hyung. Waktu itu aku melihatnya keluar dari ruangan dokter Park yang merupakan dokter penyakit dalam”
Jaebum hanya diam. Melihat itu Changkyun ingin mengutarakan sesuatu yang mengganjal di pikirannya, namun ia bimbang ingin mengungkapkannya.
Ia menarik napas dan membuangnya perlahan.
“hyung, kau tidak ada keinginan untuk kembali bersama Seulgi noona?”
Jaebum yang telah kembali menatap TV kini jadi menundukkan kepalanya dan meremas kedua jari tangannya.
“sudah terlambat” suara itu hampir teredam oleh suara TV.
Changkyun mengerutkan keningnya. Apanya yang terlambat? Itu kiranya yang ada di pikirannya.
Mengerti kebingungan yang melanda Changkyun, Jaebum kembali berucap.
“dia sudah bahagia sekarang”
“dari mana hyung tahu?”
“ia sudah memiliki kehidupan baru. Beberapa waktu yang lalu saat aku kehilangan Ryujin di mall aku bertemu dengan Seulgi. Dia bersama seorang gadis kecil dan gadis itu menyebut daddynya. Aku yakin jika sekarang Seulgi sudah menemukan seorang pria yang baik”
Meskipun Jaebum menampilkan sebuah senyuman, tapi Changkyun tetap dapat melihat kekecewaan di wajahnya.
“apa hyung yakin?”
“apalagi yang perlu diperjelas bukankah sudah sangat jelas ada seorang anak dan juga daddy. Sudah tidak ada lagi kesempatan untukku sekarang”
“tapi apa hyung tidak merindukan Hyunjin?”
Hening. Itulah suasana yang ada di antara mereka berdua. Lidah Jaebum rasanya kelu hanya untuk mengucapkan satu kata.
Rindu?
Jelas ia sangat rindu akan kehadiran putranya itu di sisinya. Namun bisa apa dia jika bahkan bertemu saja rasanya tidak mungkin. Dan itulah keinginan terbesarnya saat ini.
Ingin sekali dia bisa bertemu dengan putranya barang sekali saja. Tapi takdir berkehendak lain. Seulgi pergi seperti ditelan bumi. Dia tidak pernah bisa menghubunginya lagi sejak pertemuan terakhirnya di bandara beberapa tahun silam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK
Fanfiction"Mungkin ini memang jalan terbaik untuk kita. Jika memang kita ditakdirkan bersama, kita pasti kembali bersama"