Clek
Sebuah pintu di salah satu apartemen terbuka menampilkan seorang wanita yang keluar dari dalamnya. Ia terus menekan-nekan benda persegi panjang yang ada pada genggamannya, sambil sekali-kali mendekatkan benda itu pada telinganya.
Ting
Tadi memasuki lift dan menekan tombol yang bertuliskan angka 1 kemudian pintu lift tertutup. Selama di dalam lift pun ia tidak pernah berhenti menekan-nekan benda tadi yang disebut dengan ponsel.
“...........”
“ Annyeongaseo, ada yang bisa saya bantu ny. Kang? “
“...........”
“ Oh, tapi semua anak sudah pulang dari 30 menit yang lalu nyonya”
“...........”
“ Annyeongaseo”
Mendapat jawaban yang seperti itu membuat wanita itu gelisah dan khawatir.
Ting
Segera setelah pintu lift terbuka wanita itu segera keluar dengan tergesa. Iya kemudian berhenti sebentar dimeja resepsionis.
“Annyeongaseo” sapanya pada resepsionis dengan menundukkan kepalanya.
““Annyeongaseo, ada yang bisa saya bantu nyonya? “
“emm... Begini apa tadi ada sudah seorang anak kecil berpakaian seragam taman kanak-kanak masuk ke sini?"
“maaf nyonya tadi tidak ada sama sekali anak kecil yang masuk ke sini”
“ah.... Begitu baik kamsahamnida”
Karena mendapat jawaban yang tidak diinginkannya ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya keluar.
Baru saja ia keluar dari pintu lobi, ia mendengar suara seseorang yang dicarinya sejak tadi.
“EOMMA”
Mendengar ada yang memanggilnya wanita itu menoleh ke kanan dan kiri, hingga ia melihat seorang anak kecil yang berlari kearahnya. Wanita itu segera melangkah menuju anak tersebut. Ia memeluk anak itu.
*
*
*
*
PRANG
Sebuah rumah yang tadinya sepi dikagetkan dengan adanya suara benda terjatuh dari ruang dapur. Seorang wanita setengah baya berlari dari lantai 2 menuju lantai satu di mana tempat munculnya suara tadi. Saat sudah sampai di dapur dia melihat seorang wanita yang lebih muda sedang terduduk sambil memegangi kepalanya yang membuat wanita setengah baya tadi menghampirinya.
“NYONYA” wanita setengah baya tadi
“nyonya kenapa?"
Saat sudah berdiri wanita yang terjatuh itu mengerang sambil memegangi kepalanya.“ARGH..... sakit “
Bibi tergugup segera memanggil penjaga yang ada di luar rumah. Setelah memanggil penjaga, ia segera membopong Jiyeon yang telah kehilangan kesadarannya. Mereka segera membawa Jiyeon masuk ke dalam mobil yang telah menunggu mereka di depan rumah. Sopir yang mengendarai membantu memasukkan Jiyeon ke dalam mobil dikursi penumpang bagian belakang.
*
*
*
*
Seorang pemuda berlarian menyusuri lorong rumah sakit yang sedikit ramai. Ia sangat khawatir dengan keadaan Jiyeon. Didepan ruang UGD yang dipastikan itu merupakan ruangan dana Jiyeon berada, karena didepan ruangan terdapat bibi dan sopir Jiyeon disana.
“Bi, bagaimana keadaan Jiyeon? “
“Kami belum tau tuan-“
Perkataan bibi terpotong dengan adanya pintu ruangan UGD yang terbuka. Seorang wanita berjas putih keluar dari dalam ruangan tersebut. Pemuda tadi segera menghampirinya.
“Dok bagaimana keadaan istri saya? “
“ apakah tuan keluarganya? “
“ ya, dokter saya suaminya. Bagaimana keadaannya? “
“ lebih baik tuan ikut saya ke ruangan saya. Mari!!! “
*
*
*
*
“Apakah tidak ada cara lain dok? “
Seorang pemuda tengah duduk berhadapan dengan seorang wanita berjas putih yang berprofesi sebagai dokter. Pemuda tersebut bingung apa yang harus dia pilih setelah mendengar penjelasan dokter mengenai istrinya yang beberapa waktu lalu dibawa kerumah sakit karena merasakan sakit pada perutnya.
“ maaf tuan Im untuk saat ini belum ada obat atau metode yang akan menjamin seratus persen keselamatan ibu dan janin jika ini dibiarkan. Selama ini, hanya sepuluh persen wanita hamil yang mengalami penyakit ini yang dapat selamat. Karena apabila seorang wanita hamil yang memiliki penyakit hipotensi akan berisiko mengalami kurang darah pada waktu melahirkan. Tapi untuk sementara itu bisa diatasi dengan meminum tablet tambah darah agar tidak mengalami kekurangan darah. Tapi penyakit diabetes inilah yang menjadi masalahnya. Karena diabetes tidak ada obatnya"
Tuan Im yang memiliki nama lengkap Im Jaebum atau bisa dipanggil Jaebum, hanya bisa mendengarkan apa yang dikatakan dokter. Pikirannya berkecamuk. Ia bingung apa yang harus dia perbuat.
“ Sebaiknya anda segera membicarakan ini dengan Nyonya Jiyeon agar lebih cepat mengambil keputusan, semakin cepat maka semakin baik”
“ baiklah dokter, saya akan segera menemui anda setelah saya membicarakan ini dengan Jiyeon. Saya permisi”
Jaebum keluar dari ruangan dengan langkah lunglai menuju ruangan rawat istrinya, Jiyeon. Saat sudah berada di depan pintu ruangan yang ia tuju ia tidak segera masuk. Ia berdiam diri sebentar disana sambil memejamkan mata sipitnya. Ia menghembuskan nafasnya kasar kemudian membuka mata dan mendorong pintu didepannya agar terbuka. Dilihatnya bibi dan sopir Jiyeon didalam ruangan.
“tuan bagaimana keadaan nyonya? “
“Jiyeon baik-baik saja, kalian tidak perlu khawatir. Dan bisakah kalian tinggalkan kami sendiri”
“baik tuan, kalau begitu kami permisi pamit pulang”
Bibi dan sopir membungkuk pada Jaebum sebelum benar-benar meninggalkan ruangan dan menutup pintunya dengan perlahan, takut mengganggu Jiyeon yang sedang tertidur di bangkar rumah sakit.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK
Fanfiction"Mungkin ini memang jalan terbaik untuk kita. Jika memang kita ditakdirkan bersama, kita pasti kembali bersama"