Di sebuah ruangan yang bercat putih terdapat seorang wanita duduk di sebuah kursi tunggal yang berhadapan langsung dengan sebuah tempat tidur yang biasanya terdapat di rumah sakit. Kedua tangannya tengah menggenggam sebuah tangan mungil milik seorang anak kecil yang sedang menutup matanya dengan damai. Terlihat dari berbagai alat rumah sakit yang terpasang di tubuhnya sepertinya ia tidak dalam kondisi yang baik.
Cklek
Pintu yang menghubungkan ruangan tersebut dengan lorong di luar sana terbuka. Ada seorang wanita yang terlihat masih muda sedang menggendong seorang bayi. Ia mendekati wanita yang sedang duduk tadi yang diketahui memiliki nama Seulgi. Ia terus berjalan sampai akhirnya berada tepat di belakang Seulgi. Ia mengulurkan tangannya menepuk bahu Seulgi.
Puk
Seulgi yang tengah memperhatikan anak yang terbaring lemah di hadapannya segera menoleh untuk mengetahui siapa yang menepuk bahunya. Saat ia sudah tahu ia segera berdiri dari duduknya.
“eonni, ada apa? “
“ini, kelihatannya si kecil sedang haus, tadi sudah aku beri susu formula dia tidak mau. Mungkin ia ingin minum asi”
“ ah, maaf eonni aku jadi merepotkanmu”
Seulgi segera mengambil alih, bayi yang ada di gendongan kakaknya yang bernama Joohyun dan menuju sofa yang ada di dalam ruangan. Ia duduk di situ dan membuka kancing bajunya untuk memberi asi pada bayi itu.
Sedangkan Joohyun, ia mengambil alih kursi yang baru saja ditinggalkan oleh Seulgi. Ia juga melakukan hal yang sama dengan Seulgi. Ia menggenggam dan mengusap dahi Hyunjin yang terbaring lemah di bangkar rumah sakit dengan berbagai macam alat yang menempel pada tubuhnya yang telah pasti diketahui oleh Joohyun apa kegunaan alat itu karena dia seorang dokter.
“ apakah masih belum ada perubahan Seul ? “
“ belum eonn, Hyunjin masih belum memberikan tanda-tanda akan bangun”
Setelah itu, ruangan menjadi hening. Hanya ada suara alat pendeteksi jantung yang bersuara. Kemudian terdengar sebuah isakan yang membuat Joohyun menolehkan kepalanya ke belakang.
Hisk...... Hisk... Hisk... Hahh......hisk
Suara tersebut terdengar sangat memilukan bagi yang mendengarnya. Joohyun segera beranjak dari duduknya dan mendekati Seulgi yang tengah menangis tersedu di sofa.
Joohyun duduk di samping Seulgi yang duduk disamping dia membaringkan bayinya yang diberi nama Yeji yang telah tertidur.
Joohyun memeluk Seulgi yang suara tangisnya semakin keras. Sebenarnya Joohyun juga ingin menangis melihat keadaan dan kondisinya saat ini, tapi ia berusaha menahannya. Ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Seulgi.“kenapa.... Semua ini...hisk terjadi eonn? Kenapa?......hisk.... hisk Hyunjin masih terlalu kecil..... untuk semua ini hisk..... hisk”
“stt ini mungkin sudah takdir, kau janganlah bersedih seperti ini Seul”
*
*
*
*
Seorang pria tengah duduk dengan cemas di ruang tunggu dekat ruangan bersalin. Pikirannya sekarang bukan hanya tertuju pada seseorang yang sedang berjuang di dalam ruangan itu tapi juga pada pembicaraan mereka beberapa bulan yang lalu.
Flashback
“ Ji pikirkanlah sekali lagi, aku tidak mau sesuatu yang buruk akan terjadi padamu suatu saat nanti”
“tidak Jae, apapun yang terjadi aku tidak akan pernah merubah keputusanku”
“tapi Ji ini menyangkut dengan nyawamu, risikonya sangat tinggi Ji. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu”
“aku tahu tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyia-nyiakan pengorbanan Seulgi, Jae. Ia rela melepasmu agar anak ini bisa hidup dengan layak setelah ia lahir, agar orang-orang tidak memandangnya dengan rendah, agar ia dapat menyandang marga appanya di depan namanya Jae. “
“ tapi caranya tidak seperti ini Ji. Aku yakin Seulgi juga tidak akan menerima keputusanmu ini. Kau adalah orang yang sangat berarti bagi Seulgi dan aku yakin dia akan sangat kecewa dengan keputusanmu ini”
“ aku tahu tapi hanya ini yang bisa aku lakukan untuk mewujudkan keinginannya Jae, dan aku harap kau mau membantuku dengan setuju keputusanku ini”
Flashback end
Hal inilah yang membuat pikirannya berkelana ke beberapa bulan yang lalu, perdebatannya dengan sang istri yang sekerang tengah berjuang melahirkan anak mereka.
Seorang dokter keluar dari ruangan yang diikuti seorang suster, membuat Jaebu sadar dari lamunannya dan menghampiri dokter tersebut.
“ dok bagaimana keadaan istri saya? “
“ keadaannya memburuk tuan, apa yang saya khawatirkan benar terjadi dan sepertinya kami harus melakukan tindakan operasi” dokter tersebut berbalik pada suster dibelakangnya dan meminta sebuah papan tulis kecil yang diatasnya terdapat selembar kertas. “ anda harus menandatangani ini agar kami berani melalukan tindakan operasi dan mana yang harus kami prioritaskan dalam kondisi saat ini. Saya permisi sebentar ada yang harus saya selesaikan“
Setelah kepergian dokter tadi, Jaebum hanya memandang kosong kertas di tangannya. Ia bingung keputusan apa yang harus ia ambil. Di satu sisi dia tidak ingin kehilangan Jiyeon tapi di sisi lain ia juga tidak ingin kehilangan anak itu.
Ia memejamkan matanya dan menghela napas panjang, ia ingin memantapkan keputusan yang diambilnya. Ia menandatangani kertas tersebut dan memberikannya kepada suster yang masih ada di dekatnya. Kemudian dokter tadi datang kembali dan menghampiri Jaebum.
“ jadi bagaimana tuan?” suster menyerahkan kertas tadi pada dokter dan dokter membacanya dengan sekilas.
“ aku harap anda bisa menyelamatkan keduanya dok”
“ akan saya usahakan tuan. Sus cepat siapkan ruang operasi, dan tolong panggil dokter park untuk membantu “
Dokter dan suster tadi meninggalkan Jaebum yang masih berdiri disana dengan tadi dan pikirannya yang masih bertentangan dengan keputusan yang diambilnya tadi.
*
Setelah menunggu beberapa jam akhirnya lampu yang ada di atas pintu ruang operasi mati. Itu artinya operasi telah selesai. Jaebum segera menghampiri dokter.
“ bagaimana dok? “
“ selamat tuan putri anda lahir dengan selamat dan tidak ada cacat apapun dan saat ini masih dibersihkan oleh suster, anda bisa melihatnya di ruang bayi nanti. Kami juga minta maaf tidak bisa menyelamatkan nyonya Jiyeon. Beliau meninggal saat operasi berlangsung. Kami sangat minta maaf dan ikut berduka atas kepergian nyonya Jiyeon. Saya permisi dulu “
Jaebum terduduk di kursi depan ruang operasi. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menggumankan sesuatu.
“ maafkan keputusanku ini Ji, maafkan aku”
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK
Fanfiction"Mungkin ini memang jalan terbaik untuk kita. Jika memang kita ditakdirkan bersama, kita pasti kembali bersama"