Matahari telah menunjukkan rupanya dari ufuk timur. Langit pun terlihat cerah tanpa segumpal awan sedikit pun. Berbanding terbalik dengan Jaebum.
Hari ini merupakan hari yang paling dibenci oleh Jaebum, yaitu hari kepergian Seulgi. Ia lebih membenci jika ia harus berpisah dari Seulgi daripada bercerai dengannya. Menurutnya jika ia hanya bercerai setidaknya ia masih bisa bertemu dengannya.
Saat ini mereka semua sudah di bandara, menunggu keberangkatan pesawat. Mereka semua, yaitu Seulgi, Hyunjin, Jaebum dan juga Jiyeon.
" diberitahukan kepada seluruh penumpang pesawat XXX tujuan Jeju, bahwa pesawat akan segera lepas landas dalam 15 menit. Diharapkan semua penumpang segera naik melalui jalur F "
Suara pemberitahuan yang umumkan oleh petugas bandara memenuhi seluruh bandara. Penumpang yang akan menaiki pesawat tersebut segera beranjak dari duduk mereka dan menuju jalur yang telah di sebutkan.
Begitu pun dengan Seulgi. Ia segera mengambil tas yang akan ia bawa di tempat penumpang. Ia menghampiri Hyunjin yang sejak datang tadi tidak lepas dari Jaebum. Seperti sekarang Hyunjin sedang duduk di pangkuan Jaebum.
"Hyunjin ayo" Hyunjin turun dari duduknya, dibantu oleh Jaebum.
Seulgi sedikit membungkuk untuk merapikan pakaian Hyunjin. Kemudian ia beralih menatap Jaebum dan Jiyeon. Ia menampilkan senyumnya."baiklah pesawat akan segera berangkat. Kami harus pergi"
Seulgi berbalik untuk pergi. Tapi sebelum ia melangkah, ada yang menggapai tangannya."Seul" Jiyeon meraih tangan Seulgi.
"tidak bisakah kau disini untuk beberapa waktu lagi. Aku tahu memang ini akan sulit bagimu. Tapi didunia ini aku hanya punya dirimu Seul" ucap Jiyeon dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Seulgi tersenyum "maaf eonni, aku tidak tahu, aku harus menjawab bagaimana jika Hyunjin bertanya. Jadi lebih baik kami pergi sebelum acara kalian dilaksanakan"
Jiyeon yang sudah tidak tahan untuk menangis segera memeluk Seulgi. Ia tidak ingin Seulgi melihat air matanya. Dalam pelukannya tersebut Jiyeon mengusap air matanya. Seulgi melepas pelukan tersebut dan beralih pada Jaebum yang hanya menatapnya.
"Jagalah dirimu baik-baik. Kau juga harus menjaga Jiyeon dengan baik, ia tanggung jawabmu mulai sekarang. Jika sampai ia bersedih, aku akan membuat perhitungan denganmu" Seulgi sedikir terkekeh saat mengucapkan kalimat terakhirnya.
Jaebum hanya tersenyum tipis saat mendengar candaan Seulgi. Ia terus memandang Seulgi yang tepat di depannya yang hanya berjarak 3 langkah darinya. Jaebum melangkah mendekat pada Seulgi. Seulgi yang belum menyadari jika Jaebum mendekat padanya hanya tersenyum.
Grep
Tiba-tiba Jaebum memeluk Seulgi setelah ia mendekat pada Seulgi. Seulgi yang dipeluk tiba-tiba langsung membulatkan matanya. Selama beberapa saat ia diam membeku di peluk Jaebum. Setelah tersadar akan apa yang dilakukan Jaebum, Seulgi memberontak ingin melepaskan pelukan itu. tapi Jaebum semakin mempererat pelukannya.
"Jae, lepas" lirih Seulgi
Jaebum hanya diam. Seulgi tidak menyangka Jaebum akan memeluknya di tempat umum seperti ini. Apalagi di hadapan Jiyeon yang merupakan calon istri Jaebum.
"maaf"
Seulgi yang tadinya memberontak kini kembali diam mendengar ucapan Jaebum. Perlahan ia mulai membalas pelukan Jaebum. Ia tidak tega jika Jaebum terus meminta maaf padanya.
"it's oke"
Seulgi mengusap punggung Jaebum. Sebelum ia melepaskan pelukannya, ia membisikkan sesuatu tepat di telinga Jaebum.
"i love you too"
Kata itu sebenarnya balasan dari ucapan Jaebum, saat Seulgi menemukan Jaebum dengan jari yang terluka beberapa waktu lalu. Jaebum menatap Seulgi dengan tidak percaya pada Seulgi yang menampikan seyumnya setelah melepas pelukan mereka.
Seulgi beralih pada Hyunjin yang masih asik dengan mainan barunya yang dibelikan Jaebum saat dijalan menuju bandara.
" Hyunjin salam pada ibu Jiyeon dan appa " Hyunjin memberikan mainannya pada Seulgi dan berjalan mendekati Jiyeon.
" ibu Hyunjin akan berangkat, annyeongaseo " Hyunjin membungkuk 90 derajat pada Jiyeon kemudian kembali menegakkan badannya. Jiyeon berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan Hyunjin dan memeluknya.
" Hyunjin jaga diri ya disana. Jangan merepotkan eomma mengerti ? "
Hyunjin mengangguk.
Hyunjin beralih pada Jaebum yang berdir di samping Jiyeon. Saat Hyunjin mendekat pada Jaebum. Jaebum terlebih dahulu berlutut agar sejajar dengan Hyunjin.
" appa, Hyunjin pergi dulu " dimata Jaebum, Hyunjin sangat menggemaskan waktu itu. Jaebum mengusap rambut Hyunjin.
" tidak mau peluk appa ? "
Jaebum merentangkan kedua tangannya. Tanpa menunggu waktu lama, Hyunjin segera menubrukkan tubuhnya pada Jaebum. Ia menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Jaebum. Jaebum yang merasakan gerakan Hyunjin, hanya terkekeh. Ia memeluk Hyunjin dengan sangat erat. Mereka melepaskan pelukannya setelah beberapa waktu.
" Hyunjin jaga diri baik baik disana. Jaga eomma juga, bukankah appa pernah bilang jika laki-laki harus melindungi perempuan kan? karena di sana nanti hanya Hyunjin yang laki-laki jadi Hyunjin harus melindungi eomma mengerti ? "
" ne " Hyunjin mengangguk
" anak pintar "
Hyunjin kembali pada Seulgi yang ada dihadapan mereka. Seulgi menatap Jaebum dan Jiyeon yang masih dihadapannya.
"baiklah kami pergi dulu, Hyunjin dada sama appa dan ibu Jiyeon "
Hyunjin melambaikan tangan kananya pada Jaebum dan Jiyeon yang dibalas dengan keduanya. Kemudian Seulgi menggandeng tangan Hyunjin berjalan menuju pintu masuk.Jaebum yang masih diam ditempat sambil menatap punggung Seulgi dan Hyunjin yang semakin menjauh dan hilang di keramaian orang yang berlalu lalang di depannya.
Jaebum yang matanya sudah memerah sejak Hyunjin memeluknya tadi, tanpa sadar air matanya menetes. Jiyeon yang masih disampingnya mencoba menguatkan Jaebum dengan mengusap lengannya.
" maafkan aku Jae telah menghancurkan kebahagiaanmu "
Jaebum yang mendengar nada menyesal dari Jiyeon akhirnya memegang tangan Jiyeon yang masih di lengannya." ini bukan salahmu, ini adalah takdir, ayo kita pulang "
Jaebum mengusap air matanya yang sempat menetes dan menggandeng tangan Jiyeon menuju mobil mereka.
Di dalam pesawat menuju Jeju, semua penumpang sudah menempati tempat duduknya masing-masing. Begitu juga dengan Hyunjin dan Seulgi yang telah mendapat tempat duduk di bagian tengah.
Pramugari telah memberi tahu bahwa pesawat akan segera lepas landas. Semua penumpang segera memasang sabuk pengaman masing-masing. Pesawat sudah mulai berguncang karena pesawat sudah mulai naik untuk mencapai ketinggian yang telah ditentukan.
Seulgi sejak masuk pesawat matanya mulai memerah tanpa di sadari oleh Hyunjin yang selalu di sampingnya. Saat pesawat sudah tidak berguncang entah mengapa Seulgi meneteskan air matanya.
Hyunjin yang sedari tadi sangat takjub dengan pemandangan dari jendela terkejut melihat Seulgi yang meneteskan air matanya.
" eomma, eomma kenapa menangis ?"
Hyunjin meraih tangan Seulgi yang saling terkait.Seulgi terkejut ada sebuah tangan mungil yang menyentuh tangannya. Ia segera menghapus air matanya saat melihat Hyunjin yang menatapnya dengan pandangan bertanya.
" eomma tidak menangis sayang. Mata Eomma tadi kena debu saat di bandara tadi "
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK
Fanfiction"Mungkin ini memang jalan terbaik untuk kita. Jika memang kita ditakdirkan bersama, kita pasti kembali bersama"