30

1.2K 128 15
                                    

Pagi telah menggeser gelapnya malam. Namun hal itu belum dapat membagunkan gadis yang masih nyenyak dalan tidurnya.

"eung"

Gadis itu mulai menggerakkan badannya tanpa membuka mata.

"appa"

Lirihan gadis itu membuat Seulgi yang tengah tertidur dengan duduk terbangun. Ia menoleh pada Ryujin yang masih memanggil ayahnya. Seulgi mendekat pada gadis itu dan mengusap kepalanya.

"Ryujin bangun nak"

Perlahan Ryujin mulai membuka matanya, terlihatlah wajah Seulgi yang tersenyum di hadapannya. Ryujin bangun dari posisi berbaringnya dan mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan.

"appa mana?"

"appamu masih tidur Ryujin, kenapa?"

"Ryujin boleh minta air eomma?"

"eomma?" Seulgi mengerutkan keningnya mendengar Ryujin yang menyebut dirinya 'eomma'.

"ah maafkan Ryujin ajhuma, maaf"

Ryujin yang baru sadar dengan apa yang dia ucapkan kini mulai menyadari kesalahannya. Dia menunduk berkali-kali sambil berkata maaf, berharap Seulgi tidak marah dengan ucapannya.

"tidak apa-apa jangan merasa bersalah seperti itu. Kau ingin air? Bagaimana kalau ke kantin saja? Sekalian sarapan"

"baiklah ajhuma, tapi Ryujin cuci muka dulu"

Seulgi terus memperhatikan Ryujin yang berjalan menuju kamar mandi sampai Ryujin menghilang di balik pintu.

*

*

*

*

"bagaimana kau suka?"

"eum, ini enak seperti masakan bibi"

Ryujin menganggukkan kepalanya sambil kembali menyendokkan makanannya membuat sebuah noda di sudut bibirnya. Seulgi yang melihatnya mengambil tisue di atas meja dan membersihkan noda itu.

"terima kasih" Seulgi membalasnya dengan anggukkan.

"baguslah kau suka, sepertinya kau sangat dekat dengan bibi"

"nee, karena appa selalu bekerja jadi hanya bibi yang menemaniku di rumah"

Setelah itu hanya keheningan yang bersama mereka. Seulgi sedikit merasa salah berbicara tadi. Ia merasa telah mengungkit kesepian yang selalu menemani Ryujin di rumah.

"ajhuma tahu, aku sangat iri teman sekolahku"

"maksudnya?" Seulgi sedikit bingung dengan ucapan Ryujin yang randon menurutnya.

"saat berangkat dan pulang mereka selalu di jemput sedangkan aku sendiri"

"bukankah appamu punya sopir?"

"iya memang, tapi bukan itu yang aku maksud ajhuma"

"lalu?"

"mereka selalu diantar dan di jemput appa dan eomma mereka dan aku iri dengan itu. Terkadang aku berangan punya seorang eomma pasti sangat menyenangkan. Dan setelah bertemu ajhuma aku ingin punya eomma yang seperti........ mu"

BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang