Hari senin, hari yang di benci oleh kebanyakan siswa. Dimana mereka harus berdiri di bawah teriknya panas matahari mendengarkan apa yang di ucapkan Pembina yang ada di depan sana, juga hari dimana kelas 10 memasuki pembelajaran pertama kali di tingkat SMA. Setelah beberapa hari mengikuti kegiatan mos, akhrinya mereka resmi menjadi murid SMA Trisatya.
"Jadi murid kelas 10 akan di adakan pemilihan Organisasi serta ekstrakulikuler, Bapak harap kalian akan memilihnya dengan baik. Tapi saya tekankan untuk ekstra Pramuka itu adalah wajib bagi semua siswa kelas 10"
'Apa? Pramuka wajib? Bolos kali ya. ' Gunam Reya.
"Jangan coba-coba deh Re, urusannya nanti sama kak Aldrick loh. " Sahut temannya, Vera.
"Lah bodoamat! Gue gak takut! Orang gue gak suka pramuka. " Ucap Reya.
"Cukup sekian, saya akhiri Wasalamu'alaikum warrohmatullahi wabarokatuh. "
Akhirnya ucapan panjang lebar dari kepala sekolah selesai dan di lanjutkan oleh runtutan acara yang sudah di susun sebelumnya dan dibacakan sang petugas, atau biasa di sebut protokol.
Dan setelah melewati beberapa hal upacara pun selesai, mereka berhamburan masuk ke kelas karna sebentar lagi pembeajaran akan segera di mulai. Reya bersama satu temannya yaitu Vera segera duduk di bangku mereka yang berada di pojok paling belakang, nyatanya benar tempat yang menjadi rebutan para siswa.
Bukannya guru yang datang tapi malah anggota Osis yang membawa setumpuk kertas buram.
"Sebelumnya assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. " Ucap sang ketua Osis-Ferdo
"Waalaikumsalam warroh matullahi wabarokatuh. " Balas seluruh siswa yang berada di kelas 10 ipa 4.
"Saya disini akan membagikan kertas yang berisi nama nama organisasi serta ekstra, harap diisi dan kasihkan ke ketua kelas. Ada yang di tanyakan?" Ujar Ferdo menatap seisi kelas. Tak ada yang bertanya.
"Cukup sekian dan terimakasih, Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh. " Ferdo pun keluar kelas setelah menyerahkan kertas buram tersebut kepada meja terdepan untuk membagikannya.
Setelah kertas tersebut terbagi kelas menjadi ricuh, banyak yang berjalan mondar-mandir sekedar menanyakan pulihan mereka untuk sekedar menambah nilai di raport nanti.
Reya menatap kertas buram tersebut. 'Sekolah kaya kok kertasnya buram. ' batinnya berkata. Memang sekolah ini adalah sekolah swasta dimana untuk masuk para orang tua harus menyerahkan beberapa juta uang.
"Ck! Skolah kaya kertasnya buram! Apaan nih gue gak mau ikut pramuka!. " ujarnya lagi.
Vera menatap Reya heran sahabatnya itu memang tak suka terhadap hal yang berbau pramuka dari dulu. "Kenapa sih lo gak mau ikut pramuka? Padahal ganteng-ganteng loh kakaknya. " Ujar Vera sambil mengingat beberapa anggota dewan penegak yang sudah di kenalnya.
Reya menatap Vera sinis, sahabatnya terlalu menggilai cogan.
"Ribet tau gak!. "
"Coba dulu baru coment. "
"Susah ah ngomong sama lo, pokoknya gue bakal kabur nanti. " Ujar Reya lagi.
"Sebahagia lo. "
Reya mencoret kertas buram itu, memilih ekstra musik dan organisasi PMR dan dia juga menulis kata-kata mutiaranya di kertas tersebut.
"Kertasnya udah belum?. " Tanya Beni-sang ketua kelas.
"Kurang satu nih!. " Teriaknya lagi.
Vera menatap sahabatnya yang ternyata masih sibuk menulis di kertas tersebut, cewek tersebut menyenggol lengan sahabatnya Reya, "Lama banget sih milih doang. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet (END)
Teen Fiction"kamu harus ikut dewan penegak!!" "nggak mau! Gue gak suka pramuka!" "terkhusus kamu hukumnya wajib! Kalo kamu gak ikut, saya pastikan kamu gak naik kelas!" "hah! Gak bisa gitu dong! Gue gak bisa, apalagi tu sandi singapur! Pokoknya ini gak adil!" ...