1. |

3.6K 225 19
                                    

'Thank you for accepting me for who I am.'

.

Jalanan yang cukup lengang dengan berbagai pedestrian yang lebih mendominasi suasana sore hari ini. Cukup untuk mengemudi dengan kecepatan rata - rata dan roda yang berputar pada lintasannya.

Cuaca kali ini cukup hangat dengan matahari terik yang mulai turun pada peraduannya. Begitu juga dengan suasana di dalam mobil yang berisikan dua orang yang terasa sangat hangat dan nyaman.

Keduanya hanya diam dengan kenyamanan bukan kecanggungan untuk memikirkan hal apa yang pas untuk mereka bicarakan kali ini.

Sampai satu kalimat keluar dari mulut kecil gadis yang tengah duduk di samping tempat duduk pengemudi. Si pengemudi hanya terus menatap lurus ke arah jalanan meskipun sesekali melirik si gadis di sebelahnya.

"Senio, teman kamu tadi cantik. Kenapa kamu gak pernah bilang kalo kamu punya temen perempuan, yang pernah kamu ceritain kalo gak salah kamu cuma punya temen laki laki." pertanyaan yang gadis itu lontarkan cukup membuat Senio sedikit terhenyak.

"Dia cuma temen biasa. Lagian kalo aku cerita ke kamu mau kamu apain temen aku? Jangan bilang kamu mau jadiin dia model dari percobaan make up kamu?"

Si gadis seketika mendengus kesal seraya bibir mungil yang ia majukan kedepan.

"Ishh, kamu mah! Aku cuma pengen temenan sama dia soalnya dia keliatan kayak deket banget sama kamu sampe nyuruh kamu janji. Kali aja kalo aku deket sama dia aku bisa tau hal lain dari kamu." ucap si gadis dengan menatap Senio yang sedang fokus menyetir mobilnya.

Senio yang tengah menyetir mobil pun seketika terkekeh mendengar ucapan Gadis di sampingnya. Begitu ia melirik, entah kenapa wajah itu amat menggemaskan dengan mata yang mengedip lugu.

"Aku kira mau kamu jadiin model make up lagi. Cukup kemarin temen kamu aja yang kamu buat wajahnya jadi kayak badut. Kamu itu gak bakat jadi tukang make up, lagian aku suka kamu yang apa adanya kok. Joey yang pinter masak bukan pinter dandan." ujar Senio seraya menatap Joey di sampingnya yang terlihat tersipu malu.

Seperti inilah yang dirasakan Joey tiap kali Senio memperlakukannya manis, ada rasa panas yang menjalar di pipinya hingga menimbulkan warna merah yang kontras di wajahnya.

"Aish! Senio aku serius!"

"I'm so serious."

Joey hanya bisa mendengus seraya mencebik kala mendengar jawaban Senio yang justru terkesan menantangnya untuk kesal.

"Tersrah! Sekarang aku pengen kamu kenalin lagi aku sama dia dan aku minta kontaknya."

Senio menaikkan sebelah alisnya mendengar kalimat yang terkesan memaksa.

"Kenalin? Kan udah tadi siang. Kontaknya juga aku lupa minta tadi, aku gak punya kontaknya. Seriusan deh!" jawab Senio yang terkesan ia menjawab dengan sejujur jujurnya.

Joey memutar bola matanya dan kembali mendengus, Senio ini sangat menyebalkan. Sepertinya dari lahir sifat Senio seperti ini. Entahlah yang terpenting Senio sangat menyayanginya tulus.

"Oke, nanti kalo ketemu lagi aku mintain kontaknya. Tapi kamu jangan marah kalo semisal aku chattan sama dia, karena kamu sekarang itu satu - satunya yang aku sayang."

Lagi, Joey merasa bahwa ia berada di atas langit saat ini.
"Iya enggak. Aku janji."

Senio tersenyum melihat sifat penurut dari seorang Joey yang sudah menjadi calon masa depannya sekarang. Sungguh kali ini ia benar - benar tulus, menyayangi dan berniat untuk selalu menjaga apa yang sudah ia punya.

Ia sudah berjanji untuk selalu menjaganya sesulit apapun rintangan, karena pada dasarnya hanya dirinya yang Joey butuhkan saat ini. Banyak alasan ia menerima perjodohan ini dan ada satu alasan besar juga yang membuatnya untuk berjanji menjaga Joey dari apapun.

Ia tidak berbohong bahwa Joey sudah ada di dalam hatinya. Ia sungguh - sungguh menyayangi Joey sebagaimana ia menyayangi Juni.

Namun ada satu hal yang ia bohongi dan juga dapat membohongi semua orang termasuk, Joey yang saat ini adalah tunangannya.

Ada satu nama lagi yang masih sampai saat ini belum ia hapus dan bahkan mustahil jika ia hapus. Nama yang dulu selalu terukir indah begitu juga kenangan yang tidak pernah ia lupakan.

Kenangan bagaimana ia mengenal seorang gadis cantik yang notabennya adalah adik kelas semasa SMA. Bagaimana gadis itu mengingatkannya pada adik kecil kesayangannya, bagaimana gadis cantik itu memberinya warna lain dalam hidupnya dan satu satunya gadis cantik yang dapat menaklukan sifat nakalnya pada masa itu.

Banyak pelajaran yang ia dapat dan banyak alasan kuat yang ia pilih untuk menyimpan tanpa berniat untuk mengungkitnya lagi. Karena yang ia inginkan kali ini adalah masa depan.

Masa depan yang lebih baik, meskipun ia masih belum mengetahui akan dengan siapa ia sebenarnya. Terpenting sekarang adalah ia menjaga satu - satunya yang berada di sampingnya sampai memang waktu akan menjawab dengan siapa ia berlabuh.

"Senio.. "

Senio melirik melalui ekor matanya ke arah Joey.

"Kamu beneran nerima aku apa adanya kan? " Senio mengangguk pasti.

"Kamu gak bakal ninggalin aku kan? "

Merasa pertanyaan yang Joey lontarkan terkesan ambigu, Senio mengernyit dengan pandangan yang bergantian antara Joey dengan jalanan di hadapannya.

"Aku usahain untuk gak bakal ninggalin kamu. Kamu kenapa nanya gitu? "

Senyum terukir di wajah Joey kala mendengar jawaban Senio yang mampu membuat dirinya yakin dengan ketulusan Senio.

Bukan maksud Joey untuk meragukan perasaan Senio, namun jujur ia merasa ada hal lain yang Senio sembunyikan darinya. Di tambah dengan pandangan Senio terhadap teman lamanya yang tidak lain adalah Juni.

Joey bisa membaca di mata Senio ada hal lain yang berbinar kala pertemuan mereka yang pada kenyataanya Joey sudah ada sejak Senio dan Juni masih saling pandang tak menyangka dengan pertemuan kembali mereka.

Ia takut jika memang ada hal lain yang Senio sembunyikan, ia takut jika memang Senio pergi meninggalkannya. Meskipun ia masih tidak mengerti dengan pandangan Senio dengan teman lamanya, tapi justru dengan pandangan tak biasa itu rasa takut Joey semakin bertambah.

Ia akui Juni memang anak yang terlihat baik - baik, cantik dan ramah. Ia ingin berteman baik dengannya dan bukan berarti ia harus menaruh rasa penasaran hingga akhirnya harus memaksa Senio atau Juni untuk jujur terhadapnya. Ia ingin semua berlalu sampai waktu yang akan menjawab ketakutannya.

"Gak, aku cuma seneng aja kalo kamu berusaha untuk gak ninggalin aku. Aku percaya kok. "

"maaf aku gak bisa janji untuk gak ninggalin kamu, tapi aku akan berusaha untuk gak pernah tinggalin kamu apapun yang terjadi. "

'karena aku gak mau mengulang kesalahan yang sama. '

****

My Senior 2 (Senior Series 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang