Terlalu mudah jika hanya ada sebuah kata "Iya" setelah kata "Maaf".
***
"Sen?"
"Ya? Kenapa?"
Joey mengukir senyumnya mendapati Senio yang ternyata tengah melamun di hadapannya.
Keduanya sekarang tengah berada di dalam sebuah restoran mewah yang menjadi saran Senio untuk hari ini keduanya menghabiskan waktu bersama-itu saran Joey- dan tengah menunggu hidangan yang mereka pesan akan datang.
"Mikirin apa?" tanya Joey
"Mikirin kamu," Joey yang mendapati jawaban Senio langsung memukul tangan Senio dengan buku menu yang ada di dekatnya tadi, kemudian membuang pandangannya dengan wajah yang terasa panas sampai ke telinganya.
"Kamu baru sembuh udah berani mukul-mukul ya sekarang?"
Joey menjulurkan lidahnya kemudian tertawa kecil melihat Senio yang menatapnya dengan mata melotot marah namun terkesan aneh menurut Joey.
"Aku udah mulai kuliah lagi besok," ucap Joey
"Ya udah kalo kamu udah merasa beneran lebih baik," Joey menatap Senio dengan tatapan lain, Senio yang mendapati tatapan itu hanya mengernyit bingung.
"Ada yang aneh dari aku?" Joey menggeleng dengan kemudian tersenyum
"Kamu ganteng," kali ini Senio yang mendecih
"Baru tau aku ganteng? Kamu selama ini jadi tunangan aku apa gak sadar aku ganteng?"
Joey menggeleng dan tertawa, "Enggak, kayaknya waktu itu aku nerima lamaran kamu karena aku lupa pake kacamata?"
Senio tertawa sambil memijit pelipisnya melihat Joey yang baru saja sembuh sekarang sudah bisa memberikan lawakan atau gombalan kecil, Senio sedikit menyesal telah mengajarkan Joey taktik gombalan ala anak brandal SMA jaman dulu.
"Benerkan?" tanya Joey dengan tawa yang masih menghiasi wajahnya.
Senio mengangguk menjawab dengan sekarang pandangannya terfokus pada senyum dan tawa lembut Joey di hadapannya, aura itu masih sama, Joey miliknya masih ada, senyum itu masih sama dan penyakit itu masih ada di dalam tubuhnya, menyerangkan dan terus memberikan rasa sakit pada gadis secantik Joey.
Entah apa yang akan Senio rasakan jika harus melepas atau justru kehilangan gadis ini, lekukan di pipinya ketika tertawa, matanya yang menyipit indah dengan iris coklat yang bersinar, pipi mulusnya, rambut berwarna chestnutnya yang baru saja diganti warna, serta bibir tipis yang pernah Senio kecup dengan lembut mungkin akan menjadi hal yang paling Senio rindukan dalam hidupnya.
Semua terasa singkat dan mengejutkan jika harus menceritakan bagaimana awalnya dari mereka, awal dari semua kisah yang telah mereka lalui dan Senio masih tidak akan bisa jika harus dipaksa melepaskan.
"Kenapa liatinnya gitu?"
"Aku merasa beruntung pernah ketemu sama kamu," Joey membalas tatapan Senio.
Joey mendekat dengan menyanggahkan kepalanya pada tumpuan kedua telapak tangan yang sekarang membingkai indah di wajahnya.
"Aku pernah berpikir gimana jadinya aku kalau kamu gak tiba-tiba hadir di kehidupan aku dulu.. Kalau emang ini takdir aku, aku bersyukur bisa dipertemukan sama kamu, tapi dengan keadaan kayak gini, kadang aku selalu merasa untuk apa sekarang aku ada disini..,"
"Sayang..,"
"Dulu tuh, hidup aku kayak gak ada lagi harapan selain aku mati, untuk apa aku masih di dunia kalau gak ada yang bisa aku lakuin selain menunggu penyakit ini ngebunuh aku secara perlahan? Semuanya selalu terlintas dipikiran aku, selama itu juga aku selalu mencoba untuk mengakhiri, tapi ternyata kamu hadir, mengubah semuanya, semua pemikiran aku sampai aku bisa bertahan sejauh ini.. Aku yang beruntung bisa ketemu kamu, Senio, aku yang beruntung bisa ditemuin sama lelaki seperti kamu yang mau selalu membantu aku dan menyayangi aku lebih dari apapun, semuanya terlihat jelas dan aku gak pernah bisa lupain saat kamu bilang kamu akan bertanggung jawab atas diri aku, kamu akan mau bikin aku selalu merasa hidup, merasa bahagia dan merasa bahwa aku masih bisa jadi seseorang yang berguna, bahkan sampai aku melanjutkan kuliah aku sekarang itu berkat kamu, berkat dukungan kamu,"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior 2 (Senior Series 2)
Teen Fiction[COMPLETE] Tidak ada yang akan pernah berakhir dalam sebuah kehidupan. Cerita tentang bagaimana kedua orang yang telah memisahkan diri namun kembali dipertemukan dalam keadaan yang telah berubah dengan takdir yang masih terus mengikuti mereka. Sen...