7. |

2.7K 234 45
                                        

Langkah lunglai Senio ambil setelah kendaraan roda empatnya melaju memasuki pekarangan rumah besar milik keluarganya. Sampai sekarang ia sudah berjalan memasuki rumah dengan keadaan yang dibilang sangatlah lelah.

Setelah seharian ia bekerja, belum lagi ia harus berpergian hanya untuk melakukan pertemuan dengan pelanggan kerjanya.

Sampai langkah Senio terhenti saat melihat seorang lelaki paruh baya yang tengah berjalan kearahnya dengan secangkir teh hangat ditangannya.

"Kenapa pulang larut? Bukannya kerjaan kamu selesai jam delapan tadi? " tanya ayah Senio.

"Nganter Joey pulang dulu." jawab Senio seadanya seraya melonggarkan dasi yang melingkar rapih di lehernya.

"Memang Joey ke kantor kamu? " Senio mengangguk lemas.

"Sejak kapan? " tanya ayah Senio lagi.

Senio melenguh malas, jujur ia tidak suka jika ditanya terlalu banyak seperti ini apalagi disaat dalam keadaan ia baru pulang kerja.

"Pah, Joey main ke kantor aku apa salahnya? Dia udah sering kan main? Kenapa papah jadi banyak nanya gini? Dia tunangan aku jadi aku bakal ijinin dia main ke kantor aku."

"Papah hanya bertanya, lagi pula papah kapan bilang kalo Joey gak boleh main ke kantor kamu?" jawab ayah Senio seraya mengusap pundak anak semata wayangnya.

Senio menghela nafas lagi dengan mengangguk kecil menanggapi ucapan papahnya.

"Yauda pah, Senio ke atas dulu. Senio lagi males di apart." ucap Senio dengan kemudian langsung melengos pergi menuju kamarnya.

Ayah Senio hanya menggeleng kecil melihat tingkah anaknya yang kadang tempramental jika dalam suatu hal yang tidak pas jika berbicara dengannya. Sama seperti dirinya, karena buah jatuh tidak jauh dari pohonnya bukan?

Senio segera mengistirahatkan dirinya setelah ia sudah menemukan kasur dan bantal. Tidak perduli dengan pakaiannya yang tidak akan rapih, yang terpenting ia sekarang bisa beristirahat.

Cukup lama ia menatap langit kamar dengan berbagai pikiran yang mungkin saling bersahutan memaksa untuk ia selesaikan. Ia lelah memikirkan semuanya bahkan ia lelah untuk melanjutkan semuanya.

Semua terlalu begitu cepat bahkan sampai saat ini ia baru menyadari ia sudah terlalu jauh melangkah sampai ia melupakan sesuatu yang sudah tertinggal dibelakang.

Benar memang jika dirinya terlalu egois dalam hal memilih. Ia akan lebih sulit memilih jika keduanya adalah permata yang berharga.

Benar, sekarang ia tengah memikirkan masalahnya. Masih dengan masalah yang sama dengan orang yang sama juga. Apalagi dengan mengetahui kenyataan bahwa ada yang harus ia lindungi saat ini.

Ini terlalu sulit dipilih, namun satu yang ia sadari. Ia mengharapkan Juni kembali.

Seberapa keras pun ia memikirkan Joey untuk mencoba berhenti memikirkan Juni, itu sangatlah sulit. Bahkan jika memang ini mudah, tetapi pasti ada satu yang harus ia korbankan. Namun ia tidak ingin resiko itu terjadi ia ingin semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada resiko sedikitpun.

Namun ia sadar, itu terlalu egois. Orang yang ia inginkan adalah orang yang berbeda dan sudah pasti memiliki pemikiran dan perasaan yang berbeda. Tidak mungkin jika ia harus memaksakan keduanya, mungkin jika iya maka dengan berat hati ia harus kembali mengulang kesalahan yang sama.

'Gue juga kangen sama lo kakak kelas nyebelin yang sekarang udah jadi CEO muda. '

'Dia nyampe in satu hal ke aku, katanya aku harus jaga hubungan baik sama kamu dan harus saling terbuka. '

My Senior 2 (Senior Series 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang