Pandangannya kosong, semua terlalu begitu cepat dan ia menyesal.
Semua kejadian tragis yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri itu terus berputar bak kaset rusak yang tidak bisa berhenti, begitu pun kejadian di masa lalu yang saling bersautan. Seakan berusaha menjatuhkan mentalnya yang semakin lemah.
Ia tidak ingin di tinggalkan, lagi. Ia tidak ingin semua orang yang ia sayang harus pergi meninggalkannya, siapapun itu dan dalam keadaan apapun itu.
Semua terlalu nyata dan tidak bisa diterima olehnya. Takdir seakan memaksanya untuk terjatuh dan kembali hancur. Haruskah ia kembali seperti dulu jika memang orang yang sayangi harus pergi lagi? Menjadi Senio yang sangat arogan dan suka mencari keributan.
Ia memijit pelipisnya kemudian mengacak rambut frustasi dengan kejadian buruk yang terus menimpanya. Matanya sembab meskipun sudah tidak lagi mengeluarkan air mata tetapi rasa sesal terus menghantuinya karena terlambat menyelamatkan Juni.
Lain halnya dengan lelaki seumuran dengannya yang juga sama terpuruk dan menyesal atas kejadian yang menimpa Juni. Dion hanya terus menangkup wajahnya selama menunggu seorang dokter keluar dari ruangan ICU. Ia sangat menyesal karena telah membiarkan Juni jalan sendirian untuk menghampirinya. Andai Juni mau menurutinya untuk di jemput, semua tidak akan seperti ini.
Keduanya saling terdiam sibuk dengan pikiran dan rasa sesalnya masing-masing. Hening menyelimuti keduanya sejak setengah jam yang lalu, tanpa ada yang berniat berbicara.
Saat itu Dion tidak menyaksikan kejadian tragis tersebut, justru ia baru menyadari saat suara sirine polisi dan orang-orang yang langsung mengalihkan atensi ke sumber suara, begitu juga Dion.
Pandangan Dion terus terfokus di tempat keramaian, entah ada rasa tidak enak yang ia rasakan pada saat melihat hal tersebut. Kemudian ia berinisiatif untuk berjalan mendekat kearah kaca dan memicing berusaha untuk melihat lebih jelas dengan apa yang telah terjadi.
Matanya terus memperhatikan setiap pergerakan setiap orang di tempat kejadian tersebut, sampai akhirnya sebuah mobil ambulance dan ia melihat seseorang yang samar-samar ia kenali wajahnya. Dahinya menampakkan lekukan dalam saat menyadari siapa orang tersebut yang tengah menangis dengan seorang gadis yang tengah dinaikkan keatas brankar untuk segera di masukkan ke dalam brankar.
Dari situ perasaannya mulai tidak enak dan bergegas ia berlari mendekati kejadian tersebut dan jantungnya mencelos saat melihat tubuh tidak berdaya dengan cairan kental membanjiri tubuh gadis yang sedang ia tunggu-tunggu.
Ia lekas menghampirinya dan berteriak memanggil nama Juni yang sudah berada di atas brankar dan segera dimasukkan ke dalam ambulance, pandangannya memburam dengan dadanya yang sangat sakit seakan dihantam oleh beribu duri yang menancap dalam.
"Please.. Wake up, Juni!" ucapnya dengan nada bergetar dan terus mengusap wajah Juni yang tidak terusik oleh panggilan Dion.
"Sir.. Sorry we must immediately take him to the hospital." Ucap salah satu perawat yang menarik Dion untuk menjauh dari brankar agar mereka segera membawa Juni ke rumah sakit.
Dion menolak tetapi tenaganya terlalu lemah dengan tangis yang semakin pecah saat melihat Juni langsung di masukkan ke dalam ambulance.
Dion melemah dan ia menatap kearah Senio yang sedari tadi hanya berlutut dan menunduk dengan bahu yang bergetar.
Ia mengepalkan tangannya erat dengan menatap tajam Senio, namun ia menyadari saat dua orang polisi tengah membekuk seorang lelaki yang mabuk dan segera di masukkan ke dalam mobil polisi. Saat itu juga kepalan tangannya mengendur, ia hampir termakan emosi.
![](https://img.wattpad.com/cover/179459567-288-k741312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior 2 (Senior Series 2)
Teen Fiction[COMPLETE] Tidak ada yang akan pernah berakhir dalam sebuah kehidupan. Cerita tentang bagaimana kedua orang yang telah memisahkan diri namun kembali dipertemukan dalam keadaan yang telah berubah dengan takdir yang masih terus mengikuti mereka. Sen...