25. |

326 52 4
                                        

Tidak ada yang abadi di dunia ini, bahkan bintang pun punya masa hidupnya masing-masing.

***

Pikirannya kacau, tubuhnya kalut dan seluruh resiko besar tengah Senio terima kali ini, semua terasa begitu cepat untuk hadir, untuk menampar bagaimana seorang Senio yang egois harus menerima begitu banyak karma yang menghampirinya.

Layaknya seorang antagonis yang harus menerima resiko besar menjadi seorang antagonis, semesta tidak akan pernah diam, terkadang jahil dan bahkan kejam. 

Perlahan, satu persatu, Senio menerima, menerima semua yang ia dapatkan, yang ia sesalkan dan yang ia hancurkan. Merasakan bagaimana sakitnya ketika harus melihat sebuah kenyataan pahit lain bahwa orang yang ia sayangi, orang yang ia lindungi dan orang yang ia syukurkan kehadirannya, mengatakan sebuah kalimat panjang bagaimana sakitnya berada dalam posisi itu, bagaimana sakitnya karena kebodohan yang telah ia lakukan, Senio tidak punya lagi akal yang sempurna untuk menjalani kehidupannya setelah ini.

Malu pun percuma, sesal pun tidak berguna, semua sudah terjadi dan itu sekali lagi karena kebodohannya.

Kesekian kalinya ia mengacak rambut untuk sekedar melampiaskan ke khawatiran, ketakutan serta penyesalan tak berujung. Perempuannya ada di sana, di dalam ruangan yang di penuhi dengan alat medis, kembali masuk setelah baru saja beberapa hari keluar, dan itu masih sama-sama di akibatkan olehnya, oleh kesalahannya.

Kakinya menendang kuat dinding rumah sakit, tangannya mencengkram rambutnya yang sudah tidak tahu lagi nama model rambut apa yang pantas untuk bisa di cocokan dengannya saat ini, pintu ruang perawatan darurat masih tertutup rapat tanpa celah, setelah sebelumnya di kabarkan bahwa tunangannya harus mendapatkan perawatan khusus karena penyakitnya yang terpantau semakin liar dan mengikis habis kesehatan fisik Joey, dan satu fakta lain lagi, Joey bahkan tidak pernah lagi meminum obatnya sejak keluar dari rumah sakit beberapa hari lalu.

Setengah jam berlalu, berjalan dalam kegelisahan di tempat yang sama berulang kali, semua masih tidak ada sebuah kepastian, satu menit yang seakan satu abad itu terus menggeluti Senio tentang ketakutan terbesarnya, beberapa saat kemudian orang tua Joey datang berikut ayahnya Senio yang turut hadir menemani anaknya yang semakin terlihat gelisah. Penantian yang cukup panjang itu, salah seorang perawat keluar untuk mengabarkan kondisi terkini.

"Patient had to return to intensive care because cancer had entered stage 4, so the patient had to undergo strict treatment,"(Pasien harus kembali menjalani perawatan intensif karena kankernya sudah memasuki stadium 4, sehingga pasien harus menjalani perawatan yang ketat.)

"Sorry, may I come in?" Tanya Senio

Perawat tersebut mengangguk dan mempersilahkan untuk Senio masuk ke dalam ruangan dan langsung mendapati suhu cukup hangat serta tatapannya yang langsung tertuju pada Joey yang sudah terbaring lemah di atas tempat tidurnya.

Sesuatu semakin mencengkram erat dadanya, sakit serta sesak yang Senio rasakan tidak sebanding dengan sakit yang di derita Joey, semakin melihat gadisnya menderita semakin tidak mampu lagi Senio harus menyakiti lebih jauh tentang perasaannya akibat keegoisannya. Seharusnya tidak seperti ini tapi semesta lagi-lagi terus bermain bersama takdirnya.

Senio mendekat, menatap lekat wajah pucat serta mata indah yang tertutup itu, nafasnya yang teratur serta bibir indah yang terkatup rapat, Senio tersenyum miris untuk dirinya sendiri, menertawakan nasib serta karma yang tidak berhenti mempermainkannya.

My Senior 2 (Senior Series 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang