13. |

1.3K 121 9
                                    

Suara nada menyambungkan masih berbunyi pada benda pipih yang menempel di telinga Juni.

Sudah ke lima kalinya ia mencoba menghubungi Dion namun tak kunjung di angkat. Sekali lagi ia mencoba namun tetap saja nihil dan kembali mendecak sebal karena matahari semakin bergulir turun tapi ia belum bisa pulang.

Sebelumnya Dion sendiri yang memesan padanya untuk menghubungi jika sudah bisa pulang dan dilarang untuk pulang sendirian. Namun sekarang orangnya tak kunjung mengangkat telefon.

Juni memutuskan untuk kali ini adalah panggilan terakhirnya pada Dion sebelum ia memilih untuk pulang sendiri.

Sambungan telefon kembali berbunyi. Bunyi sambungan yang ketiga kali, saat itu juga suara orang yang ia tunggu akhirnya terdengar.

"Halo, maafin aku yaa ini baru selesai meeting. Kamu dimana? Biar aku langsung kesitu--"

"Lo pulang bareng gue."

Juni tersentak saat seseorang langsung mengambil alih handphone miliknya dan mematikan sambungan telefon tersebut. Ia kenal suara itu.

"Balikin hp gue," ucap Juni datar seraya menatapnya tajam.

"Gak, sebelum lo pulang sama gue," balasnya.

"Gak perlu, kak Dion mau jemput gue. Sekarang balikin hpnya." Ucap Juni sekali lagi seraya menyodorkan tangannya.

"Gue cuma mau minta maaf sama lo, sekali ini aja lo pulang--"

"Sen, lo bisa gak sih sekali aja gak bikin gue kesel?? Balikin hp gue!" gusar Juni dan mulai mencoba merebut handphone miliknya di tangan Senio.

"Gue gaakan bikin lo kesel asal lu nurut untuk pulang sama gue."

"Mau lo apa sih Sen?? Mau lo apa sebenarnya? Bisa gak sekali aja gak ganggu kehidupan gue? Lo itu bukan siapa-siapa gue, jangan ganggu gue! Gue juga gaakan pernah ganggu hubungan lo sama tunangan lo, begitu pun sebaliknya! Bisa gak lo ngertiin gue? Lo harus nyadar diri, lo udah punya Joey! Gue udah pernah pesen sama lo untuk jangan pernah bikin Joey kecewa sama lo! Gue ngelakuin ini juga buat lo! Joey udah sayang sama lo, dan lo mau sia-sia in dia cuma karena gue? Gila lo! Bego lo! Gue itu cuma masa lalu lo Sen.. Kita udah punya kehidupan masing-masing.. Gue ngerti, lo masih sayang sama gue? Itu hak lo, tapi bukan berarti lo pengen gue balik lagi kayak dulu. Karena gue tau, Joey lebih baik daripada gue.. Jadi mohon, lo harus ngerti untuk kali ini.. "

Sesak dan tepat sekali menusuk dada Senio, semua ucapan Juni dan fakta yang memang menamparnya jelas. Ia melihat mata sendu itu mulai berkaca-kaca, dan jujur saja itu menambah Senio semakin menyalahkan dirinya sendiri.

"Sekarang balikin hp gue.. Dan lo bisa pergi." Ucap Juni dengan suara yang terdengar semakin bergetar.

Juni sekuat tenaga menahan semua sesak dan sakit yang ia rasakan. Matanya pun enggan mengedip meskipun air mata semakin membuat pandangannya memburam.

"Gue minta maaf." Ucap Senio dan saat itu juga ia menarik Juni kedalam pelukannya.

Semua sesak yang menderanya terasa semakin memuncak dan air mata lah yang kemudian menjadi perantaranya.

Sudah tidak lama juga Juni tidak merasakan kehangatan ini, sungguh ia rindu namun fakta tidak bisa membuatnya berani untuk mengungkapkan hal tersebut. Ia hanya bisa semakin menangis tertahan dalam pelukan Senio. Begitu pun sebaliknya.

"Gue minta maaf untuk semuanya."

Senio semakin mengeratkan pelukannya saat merasakan Juni semakin menangis dengan kencang. Ia tau apa yang Juni rasakan, namun hanya ini yang bisa ia lakukan. Menyalurkan kehangatan dan kerinduan yang selama ini terpendam.

My Senior 2 (Senior Series 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang