18. |

1.3K 83 10
                                        

"Saya akan nikahin Joey minggu depan."

Lelaki paruh baya itu sedikit terperangah ketika ia mendengar pernyataan dari putra semata wayangnya.

"Kamu serius dengan ucapanmu?" tanyanya untuk meyakinkan.

Senio terdiam seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain di sudut ruangan. Lelaki paruh baya itu mengerti akan satu hal dengan apa yang terjadi pada anaknya.

"Papah tau kamu tidak akan sanggup untuk memilih. Pilihanmu tidak ada yang salah, hanya saja semua akan ada konsekuensinya."

Terdengar hembusan nafas kasar dari Senio yang kembali menatapnya tajam dengan tangan yang terkepal kuat. Lelaki paruh baya itu hanya menatap datar sang anak dengan beberapa kemungkinan yang akan Senio pilih pada akhirnya.

"Senio bakal terima semua konsekuensinya apapun itu."

"Meninggalkan kemudian ditinggalkan?"

Tatapan tajam Senio kembali menyendu saat mendengar pertanyaan yang sangat membuatnya sadar kemungkinan besar dari apa yang akan ia pilih.

"Tidak ada yang meninggalkan maupun ditinggalkan." Ucap Senio final kemudian langsung berdiri hendak meninggalkan ruangan tersebut.

Namun langkahnya terhenti saat kembali mendengar suara berat dari lelaki paruh baya yang masih setia ditempat duduknya.

"Baiklah. Papah tidak akan memaksa kamu dengan apa yang sudah kamu pilih, semua keputusan ada di tangan kamu dan resikonya akan kamu sendiri yang mengalami. Hanya saja papah punya satu pesan untuk kamu, satu-satunya penerus keluarga Pratista tidak boleh melakukan kesalahan yang sama seperti papah."

Lelaki itu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Senio yang masih berdiri ditempatnya, kemudian menepuk pundak anak semata wayangnya dengan senyuman.

"Perusahaan ini semua papah berikan untuk kamu urus karena papah percaya dengan kamu, termasuk semua keputusan yang kamu ambil. Semua urusan pernikahan biar papah yang urus, kamu dan Joey hanya tinggal mempersiapkan diri."

Senio masih terdiam tanpa menatap kearah papahnya yang sudah meninggalkan ruangan setelah lelaki paruh baya itu menepuk pundaknya dua kali kemudian berlalu pergi.

Senio kembali menghela nafas karena sekarang semuanya terasa berat. Bahkan seakan beban yang ada di pundak Senio semakin bertambah, belum lagi hatinya yang terus berteriak menolak keputusan yang sudah ia ambil. Namun hatinya terus kalah dengan keegoisan, sekarang semua akan berubah termasuk dengan perasaannya.

Drrt.. Drrt..

Pandangan Senio teralih saat mendegar suara getaran yang bersumber dari benda pipih yang ada di meja kerjanya.

Ia berjalan menghampiri dan menatap layar tersebut yang menampilkan nama seseorang. Dengan segera ia menerima panggilan tersebut dan menempelkan benda pipih tersebut di telinganya.

"Ada apa?"

"Bos, Joey.."

Senio seketika membulatkan kedua matanya saat mendapat penjelasan dari seseorang yang menjabat sebagai seorang sekertarisnya.

"Kirim ke gua lokasinya sekarang."

Ia lekas mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, dengan lekas ia merampas jas yang tersampir di kursi kerjanya dan berlari keluar gedung kantornya tanpa memperdulikan tatapan pekerja lain yang menatapnya bingung.

Senio kalut, ia hanya ingin segera mengetahui semuanya dan segera mengakhirinya.

Ia lekas memasuki mobil yang sudah berada tepat di depan pintu masuk kantornya kemudian mengemudikan dengan kecepatan melebihi rata-rata. Beruntung malam ini jalanan tidak terlalu ramai dan ia bisa dengan leluasa mengemudi dengan kecepatan tinggi agar ia bisa cepat menemukan keberadaan tunangannya.

My Senior 2 (Senior Series 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang